ang Kirana
ah satu staf rumah tangga yang muncul di foyer. Suaranya setajam dan sedingin pecahan kaca. "Rania but
tak terbaca, saat Rania memberiku senyum kecil gemetar yang penuh kemenangan beracun. I
g, kau pasti lelah. Ayo ki
an kekecewaan yang mendalam, seolah-olah keh
rkannya terjadi. Para staf, yang setia pada pria yang menandatangani gaji mereka, mulai memindahkan pakaianku, buku-bukuku, hi
a kota dan tempat tidur di mana anak ka
pilihan mereka di sarang barunya. Dia menemukanku berdiri di tengah kamar tamu yang sem
h memindahkan wanita lain ke tempat tidur kita
nya menipis. "Rania harus terlihat di sini.
cerita kita? Bagaima
ting sekarang! Hanya
eluncuran IPO, dan ketika dia di rumah, dia bersama Rania. Aku akan mendengar mereka tertawa di ruang tamu, melihat mereka berbagi makanan di teras.
ya Elina telah menginstruksikannya untuk hanya menyiapkan makanan dalam daftar diet yang disetujui Rania. Ketika aku mencoba b
an menyusun strategi dengan Elina tentang cara terbaik untuk menampilkan "keluarga baru" kepada pers. Mereka melihat bay
dak lagi terasa seperti milikku, mengandung seorang anak ya
ang pribadiku. Dia mengelus-elus model arsitekt
tanpa berbalik. "Sayang sekali
lepaskan apa pun," ka
Kau masih belum mengerti, ya? Kau itu masa lalu, Kirana. Aku masa depan. Bima t
u," kataku, tanganku
a gambarku. "Sebentar lagi, ini akan menjadi kamar bayi. Bima dan aku baru
rah yang membara. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan, hanya saja aku ti
engkeram lenganku, menarikku kembali. Itu Bima. Dia m
ungi Rania seolah-olah akulah ancama
kan?" tuntutnya, matanya m
Rania, memegangi perutnya dan terhuyung
eriakku, berjuang melawan c
melembut karena khawatir. Dia bergegas ke sisinya, membantunya
agu sedetik pun, dia lebih
tentang IPO. Ini bukan pengaturan sementar
. Dia masuk dengan sikap seorang sipir penjara, orang tua angk
suaranya tanpa emosi. "Ketidakstabilanmu adalah r
ah dokumen ke meja k
au akan tetap menikah sampai setelah IPO. Kau tidak akan membuat pernyataan publik. Kau akan menyerahkan
g pukulan terakhir
a pada putraku. Dia bilang kau mengaku padanya bahwa anakmu mungkin bukan anak Bima. Mengingat ledakan kekerasan
"Itu bohong. Itu keboh
rsepsilah yang penting. Oleh karena itu, k
ina ke orang tua angkatku. Mereka tidak mau menatap mataku. Mereka
an kepala tak percaya. "Tidak
u tidak punya pilihan. Janji temunya besok pagi. Kau bisa ber
GOOGLE PLAY