/0/29158/coverbig.jpg?v=b388063e861531ba54e595798d8341d0)
h "Aura," pencipta anonim dari perangkat lunak bernilai triliunan rupiah milik perusahaan kami, dan aku menggunakan
kami, demi masa depan yang s
mukannya sedang mesra dengan asisten barunya, Kyra-gadis yang sama yang kulih
tner mendaki"-nya, seo
ngonfrontasinya, Revan tidak membuatnya bertanggung jawab. Dia membela Kyra. Di depan se
cibirnya, suaranya penuh dengan penghinaan, "mung
elah kubangun, kini memecatk
enting. CTO kami melangkah keluar, matanya menangkap wajahk
arah pacarku, suarany
n nada seperti itu pada
a
Pandan
ku akhirnya tertutup bukan oleh tiket pesawat, melainkan
dan detak jantungku yang menggila di dalam dada. Aku sedang menunggu sebuah paket data raksasa selesai dikompilasi, sebuah proses yan
dis yang tidak kukenal, wajahnya ceria dan ekspresif, sedang tertawa ke arah kamera. Dia tampak begitu hidup, dengan bintik-bintik di hid
tapi aku kenal jaket kulit itu. Aku yang m
teriak di tengah deru mesin. Angin menerbangkan rambutnya menutupi wajah, tapi suara
ian emoji-dinding panjat tebing, martabak, da
a
yang bersinar di tanganku. Si pengendara menoleh sedikit, hany
va
ontaknya. Telepon berdering sekali, dua
Sudah malam." Suaranya
kuk-musik keras, orang-orang berteriak, den
ku sendiri terdengar hampa di
anya, sedikit terlalu cepat. "Kami baru se
milier, terdengar dekat dengan ponseln
raku nyaris berbisik
." Kata-katanya dimaksudkan untuk menenangkan, tapi teras
a kabur. Aku memarkir mobil di tempat parkirku, mesinnya berdetak s
antung di setang motornya adalah helm yang kup
"ClimbLife" menulis, "Kal
dita, membalas dengan serangkaian emoji tertawa. "Dia part
Dan setidaknya di selusin foto itu, ada Revan. Berdiri di sampingnya di kaki tebing, tertawa bersama sekelompok
ket dan ambisinya membawanya ke Jakarta dua tahun lalu. Dia bilang dia terlalu sibuk untuk
tahuanku tentang hidupnya, kehidupan nyatanya, benar-benar kosong. Sebuah kekosongan selama dua t
lewatkan, akhirnya putus. Rencana kepindahan yang telah kusiapkan dengan cermat untuk bulan depan, yang membuat
auan menara Cakra Adiguna di Jakarta. Koper kabinku berd
kan segera pindah ke sini, tapi kami tidak menyangka Anda datang hari ini! Ini suatu kehorm
idak tahu aku akan datang.
n barunya ke atas. Biar saya hub
n semuanya demi mimpi yang kami bagi bersama: posisi puncak untuknya, kehidupan bersama untuk kami. Aku adalah arsitek tak terlihat di balik kesuksesannya, pencipta anonim 'Aura,' kerangka kerja perangkat lunak yang menjadi dasar seluruh perusahaan kami. Dia pikir aku ha
nya berdiri di sampingn
buka dengan de
sanal
megang sebuah tablet, adalah gad
is bergema di kepal
umnya goyah sesaat
u, suaraku lebih stabil dari yang kurasakan. "Saya Erika Larasati. Saya arsit
alih dari wajahku ke pintu kantor Revan yang ter
h aku tahu. Aku tahu ini lebih dari sekadar persahabatan. Wajahnya adalah wajah ceria
ku lihat videomu," kataku, suaraku
digantikan oleh tatap
ri
datang dar
di tangannya. Harapan yang kupegang erat selama penerbangan, keyakinan
cintai selama lima tahun, terbelalak. Tapi
alah syok ber
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY