ana
idakpercayaan. "Menikah dengan kakakku? K
mukan kekanak-kanakan yang bisa dia redakan. Sentuhannya terasa seper
," kataku, suaraku sedingin
otaknya yang tebal. Wajahnya pucat pasi.
te penthouse Dananjaya, rumah baru yang baru saja aku tempati. Rumahku. Suara
mulai berdatangan b
pintunya. Kita
esalahan. Kam
. Beri aku sedikit waktu lagi denga
mbalas. Giliran kami tidak akan per
Aku bertanya pada kepala staf Dananjaya, seorang wanita tua yang tegas bernama Elena, tentang
satu set kancing manset antik, kotak platinum sederhana dengan satu saf
g menyedihkan. Baskara berdiri di dekat tempat sampah besar dekat pintu masuk
. Kumpulan novel bekas yang seharusnya kami baca bersama. Mug pasangan yang kami
di dadaku, sebelum menyuruh sopir untuk melanjutkan ke pintu masuk u
ampak bingung. "Kirana. Aku baru saja... membersihkan beberapa barang lama
gan yang sangat le
ku ringan. "Bagus untuk menyingkirkan bar
erti sindiran dalam kata-kataku, tetapi s
u di sini. Aku harap kamu mau makan malam bersama kami. Bas mau mengajakku makan hot pot!"
matanya melebar. "
Surabaya," jawabku dengan ten
tahu jadwal kakaknya? Dia dengan cepat mengabaikannya, mungkin m
meraih lenganku. "Kita perg
embiarkannya menarikku, terpaksa duduk di mobil bersama pria
uk Saskia, yang paling disukainya, meskipun perutn
n pucat. Keringat membasahi dahinya. Dia terus merai
putih untuknya, memastikan dia minum susu untuk meredakan rasa ped
aku hany
engan gembira, sama sekali tidak menya
bibirnya kaku menahan
secara halus bergerak ke perutnya. Aku menjaga
beberapa sayuran ke mangkukk
matkannya dari penderitaan yang dia ciptakan sendiri ini, seperti yang selalu kulakukan. Tapi dia tidak bisa
yang berbeda. Untuk Saskia, dia akan menelan api dan tersenyum menahan sakit. Untukku, dia hanya p
an besar berisi minuman tersandung di dekat
erjadi dal
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY