ana
ulitku. Aku menjaga wajahku tetap tenang, posturku tegak. Biark
bawa lampion. Saskia bertepuk tangan gembira. "Oh,
nduk berdekatan. "Aku berharap," kata Saskia, suaranya terdengar
uman. "Cium aku, Bas," bisiknya. Para tamu di sek
it konflik di dalamnya. Tapi tekanan dari kerumun
uh dan menempelkan bi
n yang berbicara tentang kerinduan bertahun-tahun yang terpendam. Aku
gambaran itu terpatri di benakku, dan mula
a?" sebuah suara ta
ita yang hampir tidak kukenal, telah menge
mbut merah bernama Clara, dengan sinis. "Tidak bisakah kamu
" tambah yang lain. "Jangan memb
ncoba berjalan melewati mereka, t
aik dari kami? Dulu Baskara menulis puisi untuk Saskia. Dia terbang ke Paris seharian han
n sebagai belati, tetap
desis Clara, wajahnya dekat de
ng lewat dan menyiramkannya ke kepalaku. Cairan dingin itu mengalir di wajahku dan membasahi bagian depan ga
emparkanku
ga. Gaunku yang berat menarikku ke bawah, melilit kakiku seperti kain k
butan itu. Matanya terbelalak kaget. Dia mulai berlari ke arahku.
. "Bas! Tolong! Aku terpe
nya, wajahnya menunjukkan rasa sakit. Itu bohong.
ku, yang tenggelam di danau, dan Sa
ragu hany
angiku dan berlar
ku adalah pemandangan Baskara mengangkat Saskia ke dalam pe
ungku. Seorang perawat memberitahuku salah satu penjaga kediaman telah menarikku
tu, tampak tidak nyaman. Dia bilang dia senang aku baik-baik saja dan
diri datang menemuiku. Dia m
mpurna antara kepolosan dan keprihatinan. "Clara dan yang lainnya bilang itu h
tindakan yang hampir me
tir," kataku,
Jadi, ceritakan lebih banyak tentang tunangan
ng,"
i, dia berkelahi dengan pria lain hanya karena menatapku terlalu lama. Dia mencintai dengan beg
h kuketahui. Baskara mampu mencintai dengan dalam
bah serius. "Bas menolak membicarakannya. Katanya itu terlalu traumatis bagiku." D
ami. Inilah kesempatanku untuk menceritakan seg
terbuka. Baskara berdiri di sana,
, melangkah masuk ke dalam ruangan. Dia memberiku tat
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY