itama sama absolut dan meresah
akarta seperti dewa, jalanan dan gedung-gedung yang basah kuyup oleh hujan terhampar seperti peta. Dinding lainnya telanjang, dicat putih galeri yang mencolok. Satu-satunya perabotan adalah mej
inatang liar yang dibawa masuk dari badai, menetes ke karpet yang tak ternilai harganya. Kontrak vel
ahananku lapis demi lapis. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak dia membubarkan kerumunan yang melongo di lobi dengan sat
rah? Apakah dia akan mengusirku? Dia terlihat seperti bisa menghancurkan kaca denga
a membacanya perlahan, ekspresinya tidak terbaca. Satu-satunya suara adalah gemerisik lembut vellum dan deru hujan yang terus-menerus di
etakkan dokumen itu kembali di atas meja, me
iton rendah dan bergema, sedingin dan sehalus marmer di lobinya
g tidak kusadari telah
enyatukan jari-jarinya, tatapannya menahanku di tempat. "
es. Dia tahu apa isi kontra
ini pemerasan.* Pikiran itu menyengat, mena
Marko, dia mencoba memasukkanku ke fasilitas psikiatri. Dia menyuruh ora
terling Group." Itu bukan pertanyaan. Dia tahu persis si
" bi
acakan-seragam murah, ketakutan liar di mataku. Dia sedang m
" katanya, kata-kata itu disampai
begitu kuat hingg
idak ada yang akan menyentuhmu. Sebagai imbalannya, kau akan melakukan tugas-tugas yang dibutuhkan dari Nyonya Aditama di depan umum. Kau akan menjadi istri sebatas n
etelah jaring kebohongan Marko yang menyesakkan, kejernihan brutal Julian adalah semacam kelegaan
raku nyaris berbisik. Aku
di interkomnya. "Evelyn, bawa dokumen pendaftaran. Dan minta tim hu
rapa jam, aku telah berubah dari seorang tahanan
masuk dengan sebuah ma
pengacara berpenampilan mahal. Setelan jasnya yang sempurna sedikit a
erbakar amarah, mendarat padaku. "Aku ta
lur seolah hendak menangkapku. "Clara,
a Julian, yang tidak bergerak sedikit pun. Dia hanya menyaksikan kek
or yang sunyi. "Dia tidak stabil secara mental! Seora
s, isinya tumpah. Laporan psikiatri palsu. Dokumen-dokumen penuh kebohongan yang dir
keprihatinan palsu, sebuah pertunjukan untuk Julian. "Dia h
tu seperti sengatan listrik, sentakan teror murni. Aku berteriak, mencoba melepask
ot dan setelan jas ma
epanku, melindungiku dengan tubuhnya. Tangannya terangkat dan mencengkeram pergelangan tangan Marko,
eras. Suaranya sangat rendah, gemuruh guntur pelan yang menjanjik
rtegun dalam kehenin
mengambil pena dari tangan Evelyn yang gemetar. Dia menarik akta nikah d
ya mundur selangkah. Dia kemudian menoleh ke kepala
edungku. Dan kemudian, aku ingin kau menghancurkannya. Secara finansial. Secara profesional. Secara
ma," kata kepala keamanan
gun dengan hati-hati hancur di sekelilingnya secara real time. Pintu tert
utkan dan menggembirakan. Aku menatap punggung Julian, pada pria yang, dalunya tegang. Kemudian, perlah
tak, dan sorot mata abu-abunya adalah intensitas mentah yang ta
nya bisikan rendah dan mendesa
nembus keterkejutanku. "Ceritakan sem
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY