terasa sepert
jungan Marko, membantuku. Dia memberiku satu set seragam bekas yang kebesaran di tubuhku dan pura-pur
mah sakit. Setiap suara terasa diperbesar-sirene yang melolong di kejauhan, desis ban di aspal basah, detak jantungku sendiri yang panik. Aku mence
hingga aku hampir tidak bisa menandatangani namaku di slip akses. Petugasnya, seorang pemuda bernama David dengan mata bosan, sepertinya tidak memperhatikan. Diar, ada sebuah amplop vellum tebal yang disegel dengan lilin merah tua. Lamba
ampuran rasa takut dan adre
ya kuno, bahasa hukum formal yang sulit dipahami. Tapi nama-nama itu
Clara
ama yang membuat
n Adi
a, dan sangat tertutup. Dia adalah hantu di dunia elit Jakarta, seorang pria yang kerajaannya adalah
cara hukum yang kupegang di tangankuyang lalu, mengikat cucu sulung mereka. Itu adalah peninggalan dari era lain, aliansi dinasti yang dimaksudkan untuk m
Marko.* Keberaniannya, keanehan abad pertengahannya, sangat mengejutkan. Orang tuaku t
ang kelabu terasa keras, kasar. Kota itu mulai bangun, jalanan dipenuhi orang-orang yang memiliki kehi
h aku meli
tetapi fokus mereka terlalu tajam, keheningan mereka terlalu predator. Salah satu dari mereka mengangkat tel
mku. Kakiku mulai bergerak sebelum o
ong orang-orang, mengabaikan teriakan marah mereka. Seragam itu adalah penyamaran yang bur
mpat pertama yang akan mereka cari. Hotel membutuhkan KTP dan kartu kredit, k
Aku melirik ke belakang. Mereka semakin dekat sekarang, berge
asaan mulai mencakar di tepi kepanikanku. Mereka akan menangkapku. Mereka akan menyeretku kembali,
ku mel
ti pecahan obsidian, sebuah monumen kekuas
h satu-satunya tempat di seluruh Jakarta yang tidak bisa disentuh Marko dengan
as dan berangin menuju pintu masuk kaca dan baja yang berki
an langit-langit setinggi tiga lantai. Sebuah patung abstrak besar dari perunggu dan baja mendominasi bagian tengah ruangan. Udara berbau uang, bersih dan steril, d
rambutku yang acak-acakan, napasku yang panik-semua itu
sa dengan wajah tegas, segera bergerak untuk
Julian Aditama," des
Saya yakin begitu. Anda dan semua
u sekarang berada di pintu, untuk sementara d
ap menjadi jeritan
AN AD
menoleh. Setiap percakapan berhenti. Keheningan yang m
anan mengeras. "C
u. Aku mengangkatnya, vellum tebal itu bergetar.
bisa melihat rasa kasihan dan ketidakpercayaan di wajah-waja
an, sebuah
yang berdiri di dekat tangga besar yang melay
pandangan me
telan jas yang begitu pas hingga terlihat seperti kulit kedua. Bahkan dari jarak ini, kekuatan yang terpancar dariny
yang tajam, rahang yang kuat, dan rambut gelap. Tapi matanyalah yang menawanku. Warnanya abu-abu sedingin es yang mengejutkan, dan terk
g masa depanku di tangannya. Dan tatapan ding
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY