di dalam d
benaran yang terpaksa kutelan, kebenaran yang coba dikubur Marko di bawah tumpukan kebohongan dan jargon medis. Pada
yang begitu mendalam hingga membuat lututku lemas. Aku akan jatuh ke lantai jika Julian tidak b
ap utuh. Aromanya-aroma wol yang bersih dan mahal serta sesuatu yang unik maskulin-
lembut, membimbingku
dalam dinamika kekuatan ruangan. Dia tidak lagi menginterogasiku dari balik benteng mejanya. Dia lebih dekat, menunggu
ku menceritakan
iliki, tanda-tanda kecil yang kuabaikan. Aku menceritakan tentang Amelia, sahabatku yang seharusnya. Aku menceritakan tentang hari ketika aku tahu aku hamil, hari pali
hancurkan, perasaan benar-benar terperangkap. Suaraku pecah dan patah, dan air mata mengalir di wajahku, tapi aku tidak ber
. Tatapannya tidak pernah goyah, dan aku punya perasaan aneh bahwa dia menyerap setiap kata, setiap air mata, setiap getaran dalam suaraku, dan menyimpannya.
onal, satu-satunya suara adalah napasku sendiri yang teren
melihat otot di rahangnya berkedut
nikan. *Dia pikir dia telah membuat kesalahan. Dia meng
ada gairah dalam suaranya, hanya kepastian dingin dan keras dari sebuah janji. "Tim saya sudah membongkar aset perusahaannya. Besok, Sterling Group akan menjadi
patan pembalasannya sangat menakutkan. Dia menggunaka
besar, memandang ke bawah ke kota di bawah. Cahaya kel
masih menghadapku. "Itu adalah bagian pertama dar
e kehidupan lamamu. Kau tidak bisa ting
Aku tidak punya rumah sejak Marko mengu
rasakan kebingunganku. "Aman. Tidak
nenangkan. Aku terlalu lelah untuk berdebat, terlalu rapuh untuk s
tar kami dengan mobil hitam ramping dengan jendela berwarna yang membuat kota hujan terlihat seperti lukisan cat air. Kursinya terbuat dari kulit
ujan menorehkan pola di jendela, bayanganku adalah gambar pucat dan hantu yang ditumpangkan di atas jalan-jalan kota. Aku merasa seper
klusif di Jakarta. Lift terbuka langsung ke apartemen, dan
ni, ada kehangatan yang halus. Karpet tebal berwarna krem melembutkan lantai marmer. Sebuah perapian, yang saat ini tidak menyala, dibangun di dinding batu gelap yang dipoles. Seluruh dinding jauh terbuat dari k
an, suaranya sedikit berg
mata berkerut yang ramah dan rambut abu-abu yang diikat sanggul longgar. Dia men
enyumnya melembut dengan simpati. Dia memperhatikan seragamku, wajahku yang berlinang air
i sini. Tolong tunjukkan dia ke kamar tamu dan carikan sesuatu untuk d
egitu aneh, begitu klini
guk dan menoleh padaku. "Tentu saja. Ikutla
ruh apartemen lamaku. Ruangan itu memiliki balkon sendiri, tempat tidur king-size dengan
alk-in yang penuh dengan pakaian baru yang belum pernah dipakai dalam berbagai ukuran. Hal-hal sederhana-sweater kasmir, piyama sutra, celana k
ntap. "Kau terlihat seperti telah melalui neraka, Nak. Kau aman di sini
pintu dengan lemb
hat diriku di cermin. Orang asing menatapku kembali. Wajahnya pucat dan tirus, matanya lebar dan angker, dibingkai oleh rambut yan
er, tekanan airnya deras dan panas. Aku berdiri di bawah semprotan untuk waktu yang lama, menggosok kulitku sampai
luar biasa lembut, aku akhirnya membiarkan d
ra
as, menikah dengan pria dari es dan baja. Tapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, aku aman. Da
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY