rhina. Seorang Naruga, si anak miskin yang berbau mie ayam dan kecerdasan murahan, berani membalikkan keadaan. Kayana bahkan membuang papan nama Donatur No. 15 demi mainannya itu, karena
dengan senyum remeh, seolah mengatakan, 'Lo kaya, tapi lo gak bisa beli gue.' Itu adalah penghinaan terbesar bagi Kayana, yang seluruh hidu
ngan sofa beludru dan meja marmer, adalah simbol kekuasaannya. Stella mengangguk patuh. Stella adalah bayangann
u nyiram kopi," usul Fariz, yang ironisnya sudah mulai ketakutan Ruga akan membocorkan rahasia joki tugasnya. Fariz adalah antek yang
g tersenyum palsu. Semua pengkhianatan itu terakumulasi dan mencari pelampiasan. Ruga adalah pelampiasan
tai dua. Biar dia tahu rasanya jadi kotoran di sekolah ini. Dan biar dia sadar, dia gak pantes berdiri di lantai yang
benci. Kayana adalah magnet yang menarik, musuh yang begitu rapuh tapi cantik. Setelah
u terlihat seperti akan menangis, suaranya bergetar marah, seperti gadis suci y
n ketakutan itu. Ia melihat kelemahan di balik topeng es
itu harusnya bukan
rumit dan berbahaya. Tapi ia tidak bisa
Ia berjalan melintasi area inner court yang sepi, di lantai dua gedung akademik yang elegan. Ia merasa le
isanya, menangkap suara aneh dari atas. Suara bisik-bisik yang tertahan dan suara b
g tajam menembus bayangan sore. Di balkon, ia melihat Stella dan Fariz. Stella memegang ga
arogansi siapa pun. Jika ia lari, Kayana menang. Jika ia diam dan tersiram, Kayana juga menang. Ruga harus menciptak
ke tengah balkon, percis dimana dia dapat melihat lobby lantai 1 dengan papan nama Donatur. Ia berlari. Ia kurus dan tinggi,
seringai tipis, penuh kemenangan, sudah terpahat di wajah jutekn
, dia lari! Dasar pengecut!" Ia senang melihat Ru
i. Ia memiliki renc
u untuk menangkis atau berteriak.
terdesak. Ruga melihat Kayana berdiri tepat di bawah balkon, sedang menunggu Stella d
wajah Kayana yang tampak tertawa jahat seperti villain di film-film disney. Menung
kilat. Ia menghitung jarak, sudut, dan momentum. Ia menganalisis risiko
r balkon lantai dua. Ia merasa s
rasa sakit tulang yang patah, hantaman ubin marmer, dan teriakan ngeri. Ia membay
an untuk melarikan diri, tapi untuk menimpa targe
layang ke arahnya. Ia hanya bisa berteriak
r
cil dan lebih empuk dari yang ia bayangkan. Tubuh Kaya
nding di atas Kayana. Air comberan itu terbuang ke arah lain, membasahi St
antai. Tumpukan buku Ruga yang tebal berser
momennya. Cium
terkejut, menimpa bibir Kayana yang dingin dan keras. Hanya sekejap, tetapi cukup untuk menghent
akan menangis. Ruga dalam momen itu, merasa menang. Dirinya menatap dalam dua mat
menyebalkan terpancar di sela bibir miliknya
berapa film yang pernah ditonton, ini adalah momen yang tepat. Dengan perlahan, Ruga memagut bibir mungil d
perempuan itu malah membuka mulutnya untuk mempersilahkan bibir asing itu masuk. Melakukan hal yang berseberangan daripada instingnya. Lida
r bawah yang terakhir kali, Ruga melepas pagutan itu paksa. Padahal dengan jelas kegiatan itu masih belum usai dinikmati oleh winggulnya. Otak jeniusnya tidak memprediksi ia akan terbawa suasana
car dari pupilnya. Kayana megap-megap, bagian bawah rahangnya serta bibirnya bergerak tak karuan,tidakpercayaan. Seluruh pride-nya hancur. Ciuman pertamanya! Dan itu dari si mi
merapikan kacamatanya, mencoba mengembalikan pride-nya
brutal. "Lo, lo yang berdiri di situ! Lo yang salah! Lagian ngapain lo berdiri diam disitu
usnya menyiram Ruga, turun dengan panik. Mereka menatap Kayana
, wajahnya jijik. Ia merasa kasihan pada Kaya
penuh api dan air mata yang ditahan. Penghinaan ini
belum pernah- Lo miskin, tapi berani banget!" Gengsinya kembali
a kontak fisik yang intim dengan orang yang ia benci. Badan
ba mencari celah, dan ia menemukannya: di balik amarah, ada ke
? Jangan lebay. Kalo lo ngerasa jijik, bagus. Berarti fair. Lo mau nyiram gue pake air comberan, gue 'balas' pake ini." Ruga menunjuk bibirnya. "Anggap aja itu harga joki
a menghindar, ternyata memilih serangan balik yang paling tak terduga dan
uga mengalami keseleo ringan di pergelangan kaki, dan Kayana mengalami sedikit benturan di kepala dan trauma emosional yang jauh lebih p
ng sebelah Kayana. Ada tirai pemisah, tetapi suasananya sangat
ana dari balik tirai, suaranya lebih pelan, lebih
da lari pagi. Gue nggak akan biarin pride gue diinjak-injak sama siapa pun. Apalagi sama pemb
Gue cuma ngasih lo pelajaran." Ia masih
rena gue miskin, kan? Lo pikir orang miskin itu lemah, cengeng, gampang disuruh-suruh. Tapi sayangnya, g
yang salah. Itu-first kiss gue." Kayana dengan suara yang agak serak menahan air mata un
kin lo teriak kayak anak kecil. Bahkan sekarang lo nangis cuma karena satu ciuman doang." Ucapan Ruga menusuk. Kayana terdiam. I
ah tepat bawah pria itu masuk. Bahkan Kayana sempat membalas pagutan lidah mereka. Walaupun sangat terasa,
bunya mulai sering masuk RSJ. Sejak itu, semua sentuhan Ayahnya terasa seperti pu
rnya berseru. "Lo nggak tahu apa-apa tenta
n karena bokap lo cerai demi guru kontrak miskin. Gue tahu lo benci semua kemunafikan. Dan g
kan hal yang paling menyentuh kelemahan Kayana. Ia
ma bully gue kayak anak SD. Be professional, Kaya. Kalo lo mau gue jadi musuh lo, jadilah musuh yang setara." Ruga
annya sudah kembali dingin. Ia menatap Ruga. Ia merasa tertarik dan terancam ole
o untuk keluar dari sekolah ini, jauh-jauh dar
Karena gue pinter. Dan lo, lo butuh nilai Sejarah, Kimia, sama Fisika yang ancur itu buat nutupin kelemahan lo dari b
yasan. Ia tertekan oleh Mama Tiri, yang selalu mengincar posisinya. Ruga benar. Ia butuh Ruga, si jeni
h. "Gue butuh lo. Tapi jangan harap lo bisa menang. Lo cuma ala
ebih dari sekadar alat. Ini adalah izin ma
t gue. Kalo nilai gue bagus di Sejarah, treat gue ken
sly? Lo gak jijik sama gue?" I
food. Kayak anak SMA normal. Dan lo yang bayar junk food-nya, at least itu yang lo bisa." Kayana menantangnya. Ia ingin Ruga tahu bahwa Ruga hanya bisa memberika
stirahat. Nanti malem, kita mulai les privat Sejarah di tempat lo. No more bullying,
rus janji s
itu yang melirik ke lanta
ng nggak sesuai kesepakatan kita saat sesi pelajaran. Apapun hu
banggaan tersendiri saat membuat Ratu Es pembully ini tak
b itu." Kayana masih men
u-satunya hal yang lo takutin. Kontak fisik. Dan itu akan jadi
asih tertunduk, matanya menatap d
tadi itu lumayan enak. Karena l
pi cukup sampai situ a
naruh kembali cangkir kecil itu sambil melirik heran. Gadis in
ayana? Ciuman gak bisa bikin lo hamil. Sama seper
tes, "Gue nggak per
malam itu dari pak Wira yang mengatakan Kayana di TKP karena s
ilang, tetapi kini diselingi oleh pe
k. Si Ratu Es Kayana baru saja berjanji untuk kencan den
sepasang musuh yang paling membin
e. Ruga tahu, permainan yang sesungguhnya baru saja dimulai. Ia akan meng

GOOGLE PLAY