melingkupi kompleks perumahan mewah Kayana Setyawan. Ini bukan rumah, ini adalah istana. Sebuah benteng keangkuhan yang sunyi dan dingin,
ergegas pergi, tidak terlihat dan tidak dihargai. Malam ini, ia datang sebagai guru privat, tamu y
ga menyebut namanya, dan satpam itu terkejut, seolah nama Ruga adalah kata sandi rahasia. "Tuan Naruga?
. Rumah Kayana adalah mahakarya arsitektur modern minimalis. Dindingnya didominasi kaca tebal, memamerkan interior yang mewah namun tanpa jiw
mahal yang terasa kaku dan tidak nyaman, dan lukisan-lukisan abstrak yang mahal tetapi tidak memiliki emosi.
yar sentuh besar yang canggih dan rak buku yang ditata sempurna-semuanya tentang hukum, bisnis, dan yaya
di jangkau dari ruang belajar. Dalam pintu yang terbuka lebar itu, Ruga mengamati pintu kamar tidur yang ter
emana Ruga menatap. Ga
Isinya cuma ada tempat tidur. K
lo bilang lemari
tanyaan Kayana seperti menohok,
i dalam brankas besi? Memangnya lo aset
rti tembok dan lemari biasa. Untuk proteksi. Kalau sewak
engan meja marmer. Melanjutkan pernyataan Kay
perlu tahu
kolahnya, tetapi auranya masih sebeku biasa. Dia duduk di meja marmer, punggungnya
ggak punya banyak waktu. Bokap gue akan pulang jam sepuluh. Gue harus ud
il sport lo, Kaya. Otak butuh pemanasan, bukan ngebut. L
k impor di sampingnya. Ruga hanya mengambil buku catatannya yang lusuh dan
Gue butuh lo fokus," Ruga memula
bau kopi." Kayana mengucap perkataan dengan ragu. Melirik ekspre
pi, Kayana. Dan itu permen seribuan
an. Ia hanya mau mencoba fo
lajar sejarah. Kita belajar kenapa lo takut sa
hubungannya, Ruga?" Ia
yah lo, dan lo benci itu. Tapi lo nggak berani melawan, lo cuma ngelawan orang yang lo anggap lemah, yaitu gue, atau Bayu. Lo harus be
rhasil menusuk inti masalahnya. Ia
ana rasanya rakyat kelaparan. Sama kayak lo. Lo angkuh. Lo cuma lihat gue sebagai si miskin yang kotor. Lo nggak mau lihat dunia luar. Lo nggak mau lihat bahwa di b
arah, tapi karena malu. Ia merasa telanjang di ha
ana. "Gue tahu gue kuat!" Ia menc
h musuh lo," Ruga mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya menatap Kayana dengan intensitas yan
menguasai Sejarah, lo menguasai pola. Dan lo bisa memprediksi langkah dia. Jadi, berhenti anggap gue musuh lo, Kayana. Gue in
ta, ia menantang pandangan hidup Kayana. Ia memaksa Kayana untuk menganalisis Ayahnya sebagai seorang tiran, dan
ntahuan yang tulus. Ruga melihat secercah kecerdasan sejati di mata Kayana, yang se
tanya Kayana, tangannya sibuk mencoret-coret buku catatann
s jujur sama kelemahan lo. Kayak lo benci banget sama gue, tapi lo tetap bu
ih terdengar seperti tawa tertekan. Ia mer
makan banyak. Kadang gue sengaja memuntahkan makanan
n otak lo." Ruga sebagai seorang jenius yang informatif, merangk
yana kembali muram, memasang ekspresi tegang, "M
yimpulkan secara mandiri, "Untuk apa lo nurut dan melakuk
yang saat ini dia sengaja nyalakan. Hanya acara dangdut biasa, nam
batasnya. Ruga tahu, ia tidak boleh menekan Kayana terlalu keras. I
s Ruga, memutuskan untuk tidak membahas lebih lanjut dulu. Ia membere
kursi kulit mahal itu. Ia merasa lelah, tetapi otaknya terasa 'ber
yang hampir tidak pernah keluar dari bibir
yang ia pakai di sekolah. "Sama-sama. Itu worth selemba
n ruang belajar yang hangat membuatnya mengantuk. Dalam hitungan detik, Ka
lnerable
wah cahaya lampu kristal, Kayana terlihat sangat cantik. Ruga melihat helai rambutnya yang terjatuh di wajahnya, dan in
a bukan monster. Ia mengingatkan diri
mbut, ibu jarinya bergerak menjalar kepada bibir yang ranum dan kecil. Ruga sempat rag
nya Ruga mengelap bibir Kayana dengan ibu jarinya dan ia menarik tangannya dengan cepat, terk
enci, ini bukan pride. Ini... ketertarikan yang sangat kuat. Ia tertarik pada
kit terkejut melihat Ruga masih di
menggosok matanya. Ia mencoba
di sini. Dan... lo terlihat damai waktu tidur. Jarang banget. Di
sisi terlemahnya, langsung kembali pada pertah
eneran." Ia mengusir Ruga den
a. Lo mau pindah ke kasur se
dengan nada datar. Mukanya kembali ben
an ransel lusuhnya. Ia
lo sebut di UKS, tapi... kencan mie ayam. Kita makan mie ayam di ruko gue. Lo harus ngerasain gim
Di ruko. Junk food bagi para elit adalah makanan kela
gengsi. Ia tidak akan pernah merendahkan
gatan. Kalo lo nggak mau, gue akan upload foto lo tidur di kursi ini, biar semua orang tahu R
o basi. Tapi... fine. Kalo nilai gue 100, gue akan pertimban
matanya-kilatan yang menunjukkan Kayana tertarik de
ercakapan tadi. Pangeran yang pegang name tag Kayana. Kayana pasti meny
lihat Kayana pergi ke kamar mandi, mungkin untuk menyegarkan diri sebe
p kembali ke ruang belajar. Ia merasa bers
an privasi, tetapi ini adalah perang informasi, dan ia tidak punya pilihan. Pride seorang
mbuka file explorer dan mencari data tersembunyi, menggunakan coding skill ya
ihat sekilas di tablet Kayana di Perpustakaan Sekolah. Folder kali
ngerikan
na sengaja menahan obat-obatan yang mahal dan efektif untuk mempercepat 'kematian' mental Ibunya, ag
, menuntut Kayana untuk menuruti semua rencananya. "...Kalau kamu sampai bocorin ke siapa pun, Kayana, Ibu kamu a
, menunjukkan Pangeran Setiawan, yang sekarang koma, terlihat sedang mengawasi Kayana dan Ayahnya dari jauh di ro
wajar. Kayana seperti sudah tidak berdaya tergeletak lemah di ubin marmer. Ayah Kayana dengan sadis menyeret rambut panjang Kayana, memantulkan kasar badan gadis mungil itu ke arah kaki meja makan. Disitu terlihat Pangeran yang diam
angeran bukan ancaman bagi Kayana, dia sedang berusaha memperingat
ana, Kepala Sekolah Wira, dan Mama Tiri kemungkinan besar bekerja sama. Pangeran mungkin mencoba mengung
al
imbol yang sengaja dijatuhkan Pangeran, untuk membuat Kayana menjadi tersangka, atau untuk membuat Ruga-si jenius
mainan yang jauh lebih gelap daripada lovely rivalry yang ia bayangkan. Ini
melihat Ruga berdiri di tengah ruangan, tangannya memegang ranse
utupi rasa canggungnya. Ia merasa terpapar dan tidak berdaya
ngin dari tatapan Kayana. Ruga mendekat, berjalan melintasi ruangan mewah i
, suaranya mengandung k
an kedua kaki yang rapat. Masing-masing tangan kiri dan kanan Ruga memegang erat bagian bawah paha Kayana, memegang lipatan kakinya a
gadis itu gemetar, entah antara jijik atau nafsu. Kayana dan Ruga merasa ada sengatan listrik yang panjang disertai perasaan merinding. Ciuman ini bukan ciuman yang lambat seperti tadi siang, tetapi ciuman yang ka
yana bukan seperti ingin menangis, ia mengisyaratkan kebutuhan. Kayana butuh dicintai. Butuh di pahami. Kayana butuh dilindung
cium gue
sal karena Ruga baru tahu, sosok Kayana. Ruga rela di bully terus-menerus jika ia sudah mengetahui ini lebih awal. Ruga merasa egonya t
n. They are killing you and your mother." Ia mengucapk
nyebutkan kata 'warisan' atau 'Ayah'. Ruga me
ndorongnya, tetapi Ruga memegang bahunya kuat-kuat.
anya, biar gue yang urus. Anggap aja ini extra service dari joki lo yang mahal. Gue akan lindungin lo." Ia menawarkan perlin
an lagi sekadar musuh. Ruga adalah satu-satunya harapan dan ancaman terbesarnya. Orang luar yang tahu kelemahan terbesar mil

GOOGLE PLAY