Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3

Jumlah Kata:903    |    Dirilis Pada: 18/11/2025

dang Bina

tiseptik yang steril. Rumah sakit. Lagi. Tanganku dibalut perban

, syukurlah, An

orang yang pernah menunjukkan kebaikan yang konsisten padaku, bergegas ke samping tempat tidurk

ggorokanku kering. "Dokter b

ereka bilang kalau saya terlambat lima menit memanggi

t Anda, untuk melihat bekas gigitannya, untuk memanggil dokter. Tapi mereka tidak mau mendengarkan. Mereka semua mengerumu

ka menyebut saya wanita tua yang histeris. Tuan Kresna menyur

adangan yan

semalaman, mengganti kompres dinginnya. Ketika Tuan Bima patah kaki saat bermain ski, Anda yang mengantarnya ke fisioterapi tiga kali seminggu karena dia benci perawat.

ing-masing menusuk cangkang mati rasa

l sosialnya, Anda bahkan belajar membuat sup favoritnya yang hanya ibunya yang tahu resepnya. Anda mela

nelusuri pelipisku dan masuk ke rambutku. Rasa sakit d

tang pulau itu menjadi balsem dingin yang jauh di ji

si balon dan pita. Suara perayaan yang meriah menghantamku seperti pukulan fisik. Mereka menga

mewah. Kalung berlian dari Adipati. Mobil sport antik dari Darma. Tas tan

di ambang pintu, tawa itu mati

arkasme. "Memutuskan untuk menghormati kami dengan

keras. "Mereka bilang itu gigitan laba-laba ringan. Kamu

kebiasaan burukmu,

tolong," katanya lembut, seolah berbicara pada anak yang sulit. "Hapsari merasa sangat bersalah atas apa yang terja

yang telah kami bangun, terhapus oleh satu dokumen hukum yang begitu bersemangat dia tandatanga

u bisa merasakan darah terkuras dari wajahku, tapi aku memaksakan bibirku

ku, suaraku manis yang men

lisahan di matanya. Dia tidak meny

gan. "Oh, sudah waktunya! Wakt

Hapsari. Sebaliknya, layar itu dipenuhi dengan gambar definisi tinggi Hapsari, lima tahun lebih muda,

lebih memalukan dari yang terakhir. Udara di ruangan

bal, sebuah tulisan muncul: SELAMAT ULAN

meledak dala

Darma, wajahnya

trik, mencabutnya dari din

. "Jika satu kata pun tentang ini kelua

an teatrikal. Kemudian, matanya bertemu denganku di sebe

enderitaan yang terlatih. "Bagaimana bisa?

ke belakang, dan dia pingsan di lantai, jatuh den

ranya penuh kepanikan. "P

ke atas, matanya terkunci denganku. Tatapan matanya tidak lagi

i," geramnya, suaranya janj

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY