sak dari dalam. Aku nyaris terharu, tapi Jo tidak mengatakan apa-apa. Aku terbuai dengan
n hanya sebagai seseorang yang kembali ke rumah mas
aku lemah, tetapi karena aku merasa memiliki tempat untuk bersandar. Dan yang paling membuatku goyah adalah kenyataan bahwa
, membuat kata-kata yang suda
ebih kecil daripa
jantung ber
eh... c
karena takut ia menolak, tapi karena aku sadar bahwa
asih menarik napas... dan pada detik berikutnya, bibir Jo sudah menyentuh bibirku. Bukan ciuman ya
tah mengapa... itu membuatku merasa semakin aman. Saat Jo menarik diri sedikit-masi
ketika ia berkata pelan,
untuk hal yang su
sa lebih dalam d
u. Dalam satu gerakan yang begitu mudah, seolah tubuhku terasa ringan, aku terangkat dari sofa. Jo menggendongku. Tan
egangan pada dirinya. Napasku tertahan ketika kusadari betapa yakinnya ia bergerak. Tidak ada pertanyaan.
Seolah ia sudah hafal dengan rumahku. Tentu saja... teman-teman party family memang pernah beberapa
lutut dan punggungku. Dan satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanyalah mengenca
tetap menggendongku dengan mudah. Pintu itu terbuka perlahan, tetap dibiarkan tanpa terkunci sepe
utkan keni
nggak
entar, suaranya
Kalau ada orang data
juga, aku baru sadar-kini Jo adalah orang yang bisa masuk begitu saja ke ruang pribadiku yang paling dalam. Dan Jo... dia adalah pria
embuatku tenang, tapi malam ini cahayanya memantul ke dinding-dinding masa kecilku dan membuatku sa
kati sisi kasurku-kasur yang sudah kupakai sejak lama. Banyak kenangan tersimpan di sana, menemani hampir setiap malamku. Tapi t
ing personal dan ternyaman untukku. Namun, keputusannya membawaku kesini, seolah ia tahu bah
ringat setelah seharian beraktivitas berdua. Perpaduan itu membuat kepalaku berputar dan membua
melepaskan. Bukan menjatuhkan. Ta
tangannya tetap menopangku sampai aku benar-benar berada di tempat yang nyaman membuatku terbuai.
angannya yang masih berada di pinggangku. Di bawah sinar lampu kamar, wajahnya terlihat seperti seseorang yang bukan hanya memimpin situ
gan lama, tapi tatapan Jo memunculkan kenangan yang baru. Untuk pertama kalinya, r
rak ke samping tubuhku, jari-jarinya mengikuti garis tu
panggil
Perlahan ciuman itu beralih ke leherku. Ciumannya tidak terburu-buru; seolah sedang mengambil w
. Ia masih menempel di leherku, menarik napas pelan, sebelum akhir
i. Tapi sekarang, aku lebih suka
u agar aku bisa mengikuti ritmenya. Tanpa sadar, aku mengangkat
i ketika ujung jarinya menyusuri pinggul dan bagian atas perutku. Tangan Jo lalu berhenti tepat di t
ggak butuh r
erada di lantai, meninggalkan tubuhku yang kini sudah telanjang. Seketika itu juga, aku melihat Jo m
nar merasakan bagaimana kamar ini berubah. Biasanya ini tempatku bersembunyi, tempat aku menena
. Tanpa jarak.
u pelan. Sentuhan itu menenangkan, tapi sekaligus membuatku hamp
i. Aku menarik napas pelan, tapi tetap tidak bisa menahan getaran ringan di dadaku. Jo pasti merasakannya
ya. Ia telanjang di depanku. Dan kamar ini-kamar paling pribadiku, tempat d
hadapannya-seolah ia sedang membaca setiap perubahan kecil di wajahku. Jempolnya m
knya dengan suara serak yang
u... se
tiap tindakannya bisa kuterima. Bibirnya terasa cukup dekat sehingga aku bisa merasakan hembusan napasnya di san
ratur. Jantungku terus berdetak keras, terasa seperti memukul dadaku dari dalam. Aku b
J
h-tengah keheningan, seperti bis
apa
ucapku men
jernih. Hangatnya napas Jo yang terasa dekat, membuatku t
gan lembtu dan tenang. Tangannya menyentuh pipiku, jari-jarinisiknya dengan suara sera
atikan cara aku menurutinya, membuka mulutku seperti yang ia minta. Dengan dorongan pelan, tekanan itu meme
ndiri. Tatapannya menusuk, seperti sedang membaca tiap reaksi kecil di wajahku. Saat dia mulai me
phhh
a tergesa-lebih seperti keputusan yang sudah dia pikirkan dalam s
kitar mulutku masih terasa, membuatku sulit menenangkan diri. Tatapan Jo tetap menempel pa
ar berat, seperti menahan
ntrol. Ibu jari Jo menyentuh vaginaku-basah karena semua y
masuk lebih dalam. Tekanan itu tepat... terlalu nikmat. Getaran
...", era
serak, jari-jarinya bergerak lebih c
udah ngga
kosong yang singkat itu langsung digantikan oleh sesuatu yang lebih besar,
elakang. Tubuhnya menempel erat padaku, napas kami bercampur satu sama lain. Aroma hangat dan suasa
i itu. Begitu Jo menggerakkan penisnya keluar-masuk dalam vaginaku, tubuhku otomatis menegang dan meremas sprei di sebelahku tanpa bisa
!!", te
ke pahaku, membuatku menggeliat tanpa daya di bawahnya. Wajah Jo berada tepat di atasku. Ia menatapku dalam diam selama beberapa detik
an sensasi terbaik
bisa memahami sepenuhnya apa yang terjadi. Yang aku tahu, rasany
terdengar seperti godaan-sedi
um seles
gikuti arah gerakannya. Kehangatannya menekan masuk semakin dalam, membuat napask
suaranya rendah dan ka
"aku mau dengar suara desa
mpat untuk bersembunyi, bahkan di ruangku sendiri. Satu gerakan kuat dari bawah membuat tub
membuatku kembali merasakan sensasi yang sama seperti sebelumnya-sensasi yang begitu kuat sampai-sampai aku merasa kamarku sendiri
idak bisa berpikir jernih. Setiap gerakannya membuatku semakin kehilangan kendali atas tubuhku sen
Jo.
rgetar tanpa bisa kuhentikan, seperti tidak ada yang stabil di bawa
riak namaku lagi."" godanya,
ni biasanya terasa seperti wilayahku sendiri-tempat aku menyimpan rahasia, ketakutan, dan semua hal kecil yang hampir tidak p
o...
ah cukup membuatku kehilangan kendali. Jo mendesah keras saat men
ak
alam dirinya yang baru saja terpicu. Tatapannya menusuk, seolah ia
di atas kepalaku. Tubuhnya turun, mendekat begitu rapat hingga tidak ada jarak tersisa
ni cukup? Cum
gangku dengan kasar-bukan dalam konteks menggoda, tetapi seperti ingin memastikan aku te
a sengaja menciptakan kekacauan di tubuhku agar aku benar-benar kehilangan kendali. Ia hanya m
ti kamu sudah ketagi
ens-caranya menguasai ruang, tubuhku, dan pikiranku sampai aku merasa benar-benar diguncang oleh sensasi yang tak bisa kuartikan.
ni sebelumnya. Kehadirannya membuat seluruh tubuhku terasa goyah-tidak ada yang stabil,
di atasku. Tanpa henti. Tidak peduli di mana atau kapan. Rasanya seperti aku membutuhkan jara
, tidak ada kata-kata jelas yang muncul-hanya desahan kecil yang bahkan tidak terdengar seperti su
menyapu wajahku-hangat, padat, dan terlalu dekat sa
ndah, hampir seper
u bilang
antungku berdebar tidak karuan. Tubuhku merespons setiap tekanan kecil darinya, setiap pergerakan, set
betapa kecilnya ruang gerak yang kumiliki. Dan anehnya aku suka ketika kusadari betapa mudahnya
erit tan
ngan- janga
n yang menjalar dari ujung kaki sampai tengkukku membuatku mencengkeram sprei begitu keras sampai jariku sakit. Kakiku meli
gemetar setiap kali suaranya menyentuh kulitku. Dia tertawa re
r... udah mau
ubuhku lebih kuat, menciptakan ritme gerakan yang tidak beraturan tapi penuh kekuatan...
ikut menekan tubuhku. Ritmenya semakin tak terduga. Kadang cepat, kadang lambat, kadang begitu intens sampai aku terangkat dari kasur
ulit fokus pada wajah Jo. Dunia terasa mengabur, dan satu-satunya hal yang masih jelas bagiku hanyalah
ku tetap menghadap ke arahnya. Sua
egini, ya? Kamu kayak pelacur ke
endekat, begitu dekat sampai bibir kami hampir bersentuhan. Aku tidak mampu menjauh. Aku bahkan tidak mampu menarik napas. Kehadira
ara yang muncul seolah ia sedang menyaksikan sesuatu yang lebih dari sekadar reaksi biasa. Ada keyakinan di
tidak ingin berbicara. Tidak ingin bergerak. Yang benar-benar aku ras
Jari-jarinya menahan daguku dengan perlahan, memaksaku tetap menatap ke arahnya. Aku membeku. Napasku terhenti sesaat keti
banget, kamu
i, tidak memberi ruang untuk bergerak sedikit pun. Yang bisa kulakukan hanya menatapnya, menahan semua
a bergerak meski aku ingin. Ia tahu aku tidak akan menolak sentuhan atau kehadirannya. Ia tahu betapa ku
membara-gelap, dalam, dan penuh rasa menang ketika ia melih
ng." bisiknya, suaranya
a. Ritme gerakannya semakin cepat-bukan dorongan seperti sebelumnya, tapi tekanan tubuh yang sengaja menghimpitku lebih dalam ke k
kung secara refleks setiap kali Jo menekan lebih keras ke arahku
plap..
keras, cepat, dan berirama-mememen
t!! A-A
ensasi seperti gelombang besar yang menyambar seluruh tubuhku-membuat jari-jariku mencengke
nduk, gumamannya
entar lagi
seolah ia tidak mau membiarkanku goyah atau jatuh. Aku hanya bisaalu panas, terlalu sempit, dan terlalu penuh oleh kehadirannya. Aku tidak bisa menggerakkan satu pun oto
erti gelombang yang sulit dikendalikan. Tubuhnya menegang di atas tubuhku-keras, kak
... a
a desahan tertahan dan erangan
ek. Tangannya menahan tubuhku di tempat, menancapkan aku ke kasur seolah dunia akan runtuh jika i
Plok
u menatap Jo lebar-lebar. Wajahnya berubah- dari tegas menjadi kacau, dari terkendali menjadi hampir liar. Bibirnya terbuka, napasnya bergetar, alisnya berkedut sep
sakannya bergetar di tulang rusukku-saat ia akhirnya mengeluark
rat tubuhnya. Aku merasakan otot-ototnya menegang tanpa kendali-perut, punggung, bahu, semuanya seperti mengunci bers
ti seseorang yang dipaksa menaha
antakan. Jari-jarinya memutih, menancap begitu kuat seolah ia sed
... R
a menunduk, dahinya menempel pada pundakku. Aku bisa mera
demi sedikit. Dan akhirnya... Jo membiarkan dirinya jatuh ke atas tubuhku. Tidak keras. Tidak memaksa.
Nadinya berdetak cepat tapi perlahan melambat saat ia menindihku. Dadanya naik turun di atas milikk
n berat, semakin sulit dibuka. Kelelahanku datang seperti gelombang besar yang langsung menenggelamkanku. Dengan Jo masih terbari

GOOGLE PLAY