An
t aku menutup kedua mataku, tapi tiba-
n menyerangnya dari belakang. Ian terjungkal ke lantai, mengeluark
ututku lemas, tubuhku goyah, dan akhirnya terjatuh terduduk. Pandanganku te
rdaya. Dia mendekat, tatapannya terlihat sangat
unia terasa berputar terlalu menakutkan untukku. Aaron, seolah membaca pikiran
nya, membawa serta semua ketakutan dan kecemasan yang kurasakan. Aku bersyukur, sangat bersyukur
dia melepas jaketnya dan memakaikannya padaku. "Kita pergi da
on, jika kau tahu yang sebenarnya, akankah kau masih bersika
sedikit khawatir, membuyarkan l
Dadaku sesak saat mengingat pelecehan yang hampir menimpaku tadi. Tetapi seolah menjawab kegelisahan dan ketakutanku, Aaron menggenggam tanganku, jemarinya
Aaron mengantarku hingga ke depan mobil.
sih, Aaron
sakit," katanya. "
stirahat di rumah sudah cukup untukku. Tapi, lukamu..."
uh wajahnya sekilas, lalu tersenyum. "Kau sendiri
ku. Setelah memastikan aku duduk de
a bersalah menggerogoti hatiku karena membiarkannya begitu s
taku. Aku tahu dia naik bus sekolah, tapi bus sekol
namun terasa sebuah keraguan tergurat di sana. Aku tahu dia tipe yan
sak, "Aku tidak bisa membiarkanmu pulan
h senyuman tipis terukir di bibirn
memarnya mencolok, dan sudut bibirnya berdarah. Aku tak bisa menahan diri. J
ekali?" tany
Jangan terlalu mengkh
tong pembicaraan kami.
ang dulu,
sopir itu sebelum
rumahku dulu. Aku a
anya luka kecil, ak
si dengan keras kepalanya.
n mengobatimu, dan itu bukan permintaan. Aku
erhenti di depan rumahku. Aku m
uk sofa kulit cokelat tua di ruang
tu disimpan di laci bawah, dekat wastafel. Tanganku menarik laci itu terbuka,
di depannya, membuka kotak P3K di atas meja. "Ini akan s
r sedikit, meski aku mencoba untuk tetap tenang. Jarak antara kami
u akhirnya, mencoba memecah ketegangan.
isa melindungimu," katan
bisikku, menekan perban pada luka di alisnya. "
akan sembuh. Beberapa memar ini bukan apa-apa. Selama kau
enar-benar menatapnya, dan untuk sesa
nku, aku tersentak kecil. Sentuhannya lembut, n
suaraku nya
ia menarik tanganku perlahan, membawanya lebih dekat ke
seperti bisikan. "Kau penting bagiku. Aku t
merasakan kehangatan napasnya menerpa wajahku. Seluruh tubuhku terasa panas, dan a
eperti dunia ini hanya ada kami ber
ngan ponselku memecah kehen
a. Aku menatap Aaron sekilas. "Aku harus menjaw
Aku berdiri, melangkah menjauh ke sudut ruangan
," sa
ng. "Ini dari rumah sakit. Kami ingin memberi tahu bahwa kondisi ibu Anda, Mr
rjadi?" tany
kritis. Kami perlu
amku dengan keras. Hatiku terasa berat d
egera ke sa
tamu dan melihat Aaron seperti tamp

GOOGLE PLAY