LIA
gejolak. Aku berlari ke kamar mandi, memuntahkan isi per
Dia menggosok pungg
a? Kita ke dokt
tangannya. Lagi. "Apa kau tidak men
ucat, mata sembab. Lalu aku melihat Aditya ber
eriku bunga tanpa alasan. Aditya yang membelikanku perhiasan mahal. Aditya yang
ira semua ini adalah hasil dari doa-doaku. Ternyat
kami. Tempat tidur kami. Tempat suci yang seharusnya hanya
esak, sakit. Aku membuka mata lagi,
rot mataku. Dia mundur sel
a tempat untuk melampiaskannya.
limut. Kapas-kapas putih beterbangan di udara, seperti salju di tengah n
Rasanya belum cukup. Aku ingin memb
nghentikanku. Dia
! Kau bisa meluka
ai kapas putih yang bertebaran. Kontras yang menyakitkan. Darahku, di tengah kehan
inan hatiku. Mataku tertuju pada foto pernikahan kami di na
" kataku, suaraku
ku erat, seolah aku akan men
eraikanmu! Aku akan putus dengan Nasywa. Aku janji! Aku
nkan. Aditya yang kucintai sudah mati. Hanya ada pecu
kitkan. Aditya mencoba bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
Setiap kali Nasywa menelepon, Aditya akan menolak
r suara pelan dari balkon. Aditya berbica
Mengganggu tidurku saja," kataku s
pa, Mel. Hanya rekan kerja." Dia lalu sibuk menyia
wa Hadinata muncul di layar. Aku men
ka ponselku, meneka
ong, Mbak. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Mas Adi
u meyakinkan. Dia memohon, meng
nselku dan mematikan panggilan itu.
m. Tidak ada lagi amarah. Tidak ada lagi k
milikku. Dia tidak akan pe
kataku, suaraku begitu tenang
GOOGLE PLAY