TYA
. Senyum merekah di wajah mereka. Ada rasa lega yang ane
u sudah memberikan cucu yang merek
, aku merasa bahagia. Ini anakku. A
a memiliki penerus keluarga. Dia tidak perlu lagi menanggung beban IVF y
nnya. Amelia akan bahagia. Aku juga. Kami
cur di mal tadi terngiang di telinga
harus cepat pulang. Aku harus
ku, berusaha melepaskan diri dar
Anakmu baru lahir!
lia," kataku, melesat
u caranya menenangkan Amelia saat dia marah. Sebuah buket mawar putih
g rumah sakit. Pikiranku su
ity
. Itu Dokter Rina, dokter spesialis kand
ku, sedikit terkeju
alnya sudah lewat seminggu. Apa dia baik-
Apa yang dia katak
k-baik saja." Suaraku terdeng
ya berhasil, Aditya. Amelia hamil. Dia sudah menunggu del
rdenging. Aku tidak bisa mendengar apa-apa
a...
kter katakan?" tany
an hasil USG pertama. Dia sangat bahagia, Aditya. Dia bilang dia ingin memb
rasa seperti pisa
ia h
potongan puzzle yang bera
ihat Amelia menatapku dengan tatapan terluka. Hari di mana ak
Dia datang untuk memberiku kabar gembira. Kab
mendorongnya. Aku membiarkan Nasywa m
ke lantai. Mawar putih di tanganku jatuh, kelopaknya berseraka
cerah saat dia mungkin melihat hasil USG itu. Seny
u tidak hanya mengkhianati Ameli
Aku menggelengkan kepala, mencoba men
esakitan saat suntik hormon. Amelia yang menangis setiap kali p
ku egois. Aku meng
arus memohon maaf padanya. Ak
memedulikan tatapan orang-orang, aan menemukanmu. Aku ak
Aditya. Kau s
GOOGLE PLAY