Dia terbangun dengan posisi meringkuk di sofa ruang tengah, bukan di kamar utama yang empuk. Badannya terasa pega
t yang semalam dia siapkan masih ada di sana, tampak menyedihkan dengan krim yang mulai meleleh. Elara
ja kantor yang sudah rapi, terlihat segar seolah badai yang dia ciptakan semalam sama sekali tidak mem
pada ayahmu," sindir Julian sambil mengancingkan
ia hanya menatap Julian
epertimu untuk mencuci dosanya," Julian melangkah menuju pintu depan, tapi langkahnya
itu tersentak kaget. Jantung Elara berdegup kencang, tapi sedetik kem
ak berubah jadi rendah dan tajam. "
Maksudmu apa? In
jah mereka hanya berjarak beberapa senti. "Ini parfum yang sering dipakai Clara. Kau sengaja,
ulai sakit. "Aku bahkan tidak tahu Clara
ni, dan sekarang kau mencoba meniru baunya?" Julian mengibaskan tangan Elara seolah-olah tangan itu adalah kotoran. "Bahkan
mpatnya. Dia mencium aroma tubuhnya sendiri. Parfum itu adalah hadiah dari temannya, dia tidak tahu kalau aromanya mirip de
a dengan kedua tangan. Baru jam delapan
"Ayah" muncul di layar. Elara menghapus air matanya sec
o, Y
Kau sakit?" suara berat ayahn
sedikit, Ya
anya, jangan karena dia suamimu, dia bisa santai-santai. Kalau dia berulah la
Setiap kemajuan karier Julian selalu dibayang-bayangi oleh ancaman ayahnya. Ju
Yah. Nanti aku sampaik
lan utama. Jangan biarkan pria itu merendahka
batu besar yang siap menghimpitnya sampai remuk. Di satu sisi ada ayahnya yang sombong dan su
api untuk menyampaikan pesan ayahnya-sekaligus, jauh di dalam lubuk ha
lian suka. Dengan kotak makan di tangan, dia berjalan masuk ke gedung kantor Julian. Para karyawan menatapnya dengan pandangan
etarisnya mencoba menahannya. "Maaf, Bu E
a dengan sisa-sisa kesombongan yang dia punya. Dia t
uk, Elara me
i sofa dengan seorang wanita. Wanita itu sedang menangis, dan tangan Julian berada di bahu wanita itu, mengusa
tu adala
an amarah karena privasinya diganggu. "Sia
di tangannya. Rasanya sangat konyol. Dia datang seperti istri yang be
ek," kata Elara, suaranya terdengar hamp
Kau lihat? Clara sedang kesulitan karena bisnis kecilnya diganggu oleh orang-orang s
pa-apa soal bisni
apalagi melihat wajahmu yang pura-pura tidak tahu apa-apa." Julian mengambil kotak makan
tempat sampah terdengar seperti suara ha
n, mencoba melerai, tapi Elara tahu itu hanya ak
g sudah mendesak di pelupuk matanya. Dia tidak boleh me
au kau tidak mau perusahaanmu habis," kata
ift tertutup, pertahanannya runtuh. Dia bersandar pada dinding lift, tubuang ternyata justru semakin membeku. Dan hari ini, melihat Julian memberikan kelembutan yang
anya yang besar ternyata bukan sebuah kekuatan, me
sar dari atas lemari, dan mulai memasukkan baju-bajunya. Bukan baju mahal yang dibelikan Julia
erasa seperti borgol yang berat. Dia melepaskan cincin itu, meletakkannya di atas meja r
nya pada ruangan yang

GOOGLE PLAY