perti biasanya. Hubungan badan itu di
e di mana Kamila merasa jenuh, tetapi kembali sem
las siang dan pulang pukul sepuluh malam. Sebagai pegawai seb
pertama Kamila masuk. Ia bekerja deng
n kedua lengannya sambil tersenyum. Kalimat itulah yang k
badannya meriang. Mungkin karena efek
et. Sakit, ya?" tany
senyum tipis. "Aku
jaan. Seorang gadis biasa yang ha
t aja? Bibir kamu juga
lau aku nggak kerja
satu kampung, tentu semua war
untah. Mungkin masuk angin. Gadis itu berlari ke arah toile
get aja. Perut nggak en
r dari depan. Barangkali pelanggan kembali menyerbu.
ajah ramah. Menyembunyikan rasa s
kehilangan penglihatan. Kepalanya berkunang, lalu ketika meng
ri pertolongan pada Kamila. Kekei mencoba mendekat
puskesmas aj
awan lelaki ke puskesmas terdekat. Barangkali perempuan yan
gadis itu sadar ketika sampai di puskesmas, sehingga Kekei dan satu karyawan lelaki bisa pulan
Melihat matanya yang pucat, lalu berta
ngat. "Belum, Dok. Bulan kem
menstruasi sering datang terlambat. Terkadang dua bu
i berhubungan
kan Kamila. Hatinya mul
asih obat sembarangan kalau Mbak sedang isi," s
, meskipun batinnya tetap menolak. Begitu alat itu di
empurna. Dua garis itu nyata. J
?" Dokter berusaha menent
k," jawab Kamila be
ang, didapatlah usia kandungan Kamil
amila untuk banyak beristirahat. "Selamat atas kehamilannya, Mbak. Tolong, perik
lit menerima kehadiran anak ini. Namun, ada hal penting
ta lelaki itu menemuinya di sebuah taman
. Ia mengatakan jika Dokter menyuruhnya is
as selama berada di angkutan umum. Ingin menangis. Menolak. Namun, itu tak mung
uju. Dirga pun sudah di sana. Lelaki itu tersenyum meny
en tau,"
diam, lalu
skan pelukan, lalu
lutnya sulit mengelu
ayang?" Di
duk, Kamila menjaw
a. Reaksi ini membuat Kamila mengangkat kepala. Menatap D
ua bola matanya.
amu hamil?" Dirga
ambil memegang perut. "Ya
encang. "Nggak mungkin, Sayang! Kita it
Reaksi Dirga di
ku belum siap punya anak! Kam
a. "Tapi, ini anakmu, Saya
gurin kandungan kamu sekarang juga!" Dirga menari
tangan Dirga darinya. "Aku nggak
andungan ini sekarang juga!" Kalimat
la tetap pada
lih pergi meninggalkan Kamila sendirian. Lelaki
taman. Menyesali perbuatannya y
*
ar lelaki itu agar bertanggung jawab. Namun, Dirga hilan
erja, walalupun sering mual dan muntah. Teman seprof
ah trotoar. Pikirannya kacau. Mungkin saat ini kandungannya
Kenapa?" Ia menangis sepanjang berjalan. Sudah jau
ir itu menghipnotis. Menarik tubuhnya mend
inya menyenangkan di ba
isikan halus terus merayu di telinga. Menyem
ua tangan ke samping. Matanya terpejam. Anak ini memang bukan beban, tetapi hidu
dan siap terjun. Tiba-tiba seseorang menariknya kenca
ng terseb
saja ingin hidup lagi. Tapi, kamu yang dikasih kese
atan. Menangis histeris meminta perto
rdiri tegap di depannya. Bola mata lelaki itu begitu i
epan Kamila. Menatap balik leka
awab, ia justru m
il di lua
nya keluar dari mulu
k bersalah. Dia berhak hidup. Jangan karena kesalaha
a Kamila. Mengantarkan gadis itu ke ruma