img Pocong Itu Bapakku  /  Bab 2 Kematian Bapak | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Kematian Bapak

Jumlah Kata:1077    |    Dirilis Pada: 17/06/2022

mil

POCONG I

ar

R.D.L

gil beberapa orang seraya me

, apalagi Ibu, ia nampak susah payah membawa pe

na, segera membuka pintu dan mendapati tetanggaku Yuk Jam

reka saat melihat wajahku yan

u .

s-ngosan berdiri di belakangku. Kuras

ebelah. Di temukan mayat pria. Ada ya

e

ak ... apa yang terjadi sama Bapak? mayat?apa bapak

um dia pergi," kilah Ibu seraya berusaha tenang, tapi jelas

tubuhnya gosong, wajahnya yang kelihatan separuh. Makanya kit

ada ga di rumah?"

. " Dari semalam bel

Bu RT tiba-tiba datang dan menyela. Ia m

gi, Ia sempat menoleh dan berpesan padaku," Indah di rumah

kemudian Ibu ikut Bu RT dan j

sedih. Jangan tanya bagaimana p

seorang pemabuk dan juga penjudi, tapi bapakku sangat sayang kepada kami,

Danang. Kalau Bapak lagi punya kerjaan,

ng menginjak kepala lima, Bapak tak kunjung mau me

rmasuk aku, tapi hati Bapak terla

k selingkuh dan menduakan Ibu. Entah p

engisi udara sebanyak-banyaknya. Be

n rumah yang sedikit berantakan

ah itu berceloteh saat melih

, Bapak tadi

e

an menatap ke arahnya. 'Bapak? Danang b

" tanyaku pelan, berjongko

an, lihat Bapak lagi di bonceng pake

uk, Dek. Yok sekarang mandi sama Embak," ujarku seraya menarik tang

sendiri di temani denganku y

an

rjatuh tanpa sengaja, melesat begitu s

an tepat di depanku, perasaanku seketika tak

hkan piring, Danang berte

ik bungsuku itu merapatkan dirinya d

, Dek?"

ri atas," Danang terlihat bergidik sam

nang. Benar, lumayan banyak belatu

cium bau bangkai sedikitpun, jika memang ada

uhku saat kulihat Danang mulai menggigil. Boc

ur, tiba-tiba indra penciumanku m

mungkin Ibu lupa mematikan ko

sekilas aroma tak sedap itu mampir,

gis mendekat sayup-sayup di kejauhan. Aku terke

berdegup kencang. Perasaan

h depan. Sempat terpeleset di dekat sumur kare

u .

ambah kuat saat melihat kehadiranku jug

Ibu yang nampak sempoyongan

. ada a

a!" teriak Ibu histeris. Air matanya tumpah ruah, me

berpisah dari jasad. Tubuhku rasanya

ucapku tak percaya. Otak ini rasan

sudah tiada. Aku menatap nanar Danang yang mengge

rani mendekat, semua larut

gh

awanya ke dalam rumah. Lemah tak bertualang, beg

agai angin. Aku tenggela

i pun aku tak mampu, hanya mampu menatap i

awa masuk ke kamar, sedang aku duduk menyender menungg

Bapak di rumah sakit, aku tak ta

semangat dan kata-kata wejangan, tapi bukann

pertamaku itu pergi, meninggal

k lagi dapat kulihat. Tangan legamnya tak mampu

Aku beberapa kali terjerembab, berusaha bangkit unt

erpakaian putih

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY