img Will Never Say Good Bye  /  Bab 6 Cinta Bersemi  | 2.73%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Bab 6 Cinta Bersemi
Jumlah Kata:1041    |    Dirilis Pada:22/06/2022

Semenjak mendapatkan pekerjaan tambahan, Yoan selalu sibuk. Pagi sampai sore hari bekerja sebagai pelayan di mansion. Sore sampai malam hari bekerja bersama Kenzo di ruang kerjanya.

Sebenarnya ini sangat melelahkan. Namun, rasa lelahnya menguap begitu saja ketika Hena menyerahkan sebuah amplop padanya.

“Yoan, ini gaji pertama kamu,” ujar Hena dengan senyum turut merasakan bahagia.

“Terima kasih, Bu Hena,” ucap Yoan sambil tersenyum lebar.

Setelah Hena berlalu untuk membagikan amplop kepada pelayan yang lain, Yoan segera membawa amplop tersebut ke dalam kamar dan melihat isinya.

“Wahhh … jumlahnya cukup banyak!” pekik Yoan sambil meneteskan air mata terharu, “terima kasih, aku bisa mendapatkan pekerjaan dan penghasilan sendiri,” gumam Yoan memejamkan mata.

Ini pertama kalinya Yoan menerima hasil kerja kerasnya sendiri dan dia merasa bangga.

Tanpa berpikir lebih lama, Yoan langsung menyimpan sebagian dan yang sebagian lagi akan digunakan untuk membeli kebutuhannya.

Yoan perlu membeli beberapa pakaian dan keperluan pribadi lainnya. Rencananya, satu hari libur akan digunakan Yoan untuk pergi ke supermarket.

Setelah mengunci lemari pakaiannya, Yoan keluar dari kamar dan segera kembali bekerja.

Sore hari ketika Yoan masuk ke dalam ruang kerja Kenzo di mansion untuk menyelesaikan pekerjaannya, tiba-tiba Kenzo memanggil, “Yoan, kemarilah!”

“Ya, Tuan?” sahut Yoan sambil melangkah mendekat ke arah Kenzo.

“Minggu depan kamu akan mendapatkan kartu identitas yang baru. Beri tahu aku saat kamu bisa mengambil hari libur!” ujar Kenzo.

“Maaf, untuk apa Tuan?” tanya Yoan keheranan.

Pasalnya, Yoan ingin menggunakan hari libur untuk pergi belanja kebutuhan pribadinya. Dia tidak mungkin mengajak Kenzo, bukan?

“Kita harus pergi ke bank untuk membuka rekening baru. Itu akan memudahkanmu menerima upah,” jawab Kenzo.

“Oh, saya sudah berencana untuk minta tolong Tyas mengantarkan saya ke bank,” ujar Yoan.

“Apa kamu sedang menolak untuk pergi bersamaku?” sahut Kenzo mengernyit.

“B-bukan begitu. Tapi … saya tidak ingin merepotkan lagi,” jawab Yoan sambil menunduk.

“Saat membuka rekening yang baru, kamu harus membawa uang tunai. Itu akan sangat berbahaya. Kamu perlu seorang pria yang menemani,” ujar Kenzo.

Memang benar kata orang bahwa alasan selalu bisa dicari. Kenzo sengaja membuat alasan demi bisa menemani Yoan pergi ke bank.

“Oh, baiklah kalau begitu, saya akan memberi tahu Tuan saat bisa mengambil hari libur,” jawab Yoan patuh.

Yoan memang tidak pernah membuat rekening bank sendiri. Selama ini dia selalu menggunakan rekening atas nama Ayara. Jadi, dia tidak mengerti.

“Ini untuk hasil kerja kerasmu,” ujar Kenzo. Tangannya terulur untuk memberikan amplop persegi panjang berwarna putih.

“S-saya dapat gaji lagi?” tanya Yoan dengan polosnya.

“Aku memberikan pekerjaan tambahan untukmu. Itu artinya, kamu akan mendapatkan gaji tambahan,” jawab Kenzo.

Perlahan Yoan mengulurkan tangannya untuk menerima amplop pemberian Kenzo.

“Terima kasih, Tuan,” ucap Yoan senang.

Kenzo ikut tersenyum sambil mengangguk.

“Tanpa terasa kamu sudah bekerja selama satu bulan di sini. Apa kamu menyukai pekerjaan ini?” tanya Kenzo.

“Iya, saya sangat menyukai semua pekerjaan yang Tuan berikan,” jawab Yoan.

“Hm, bagaimana kalau kamu melanjutkan pekerjaanmu seperti sekarang? Apa kamu tidak merasa terlalu lelah?” tanya Kenzo.

“Apa boleh? Bukankah anggota dari department keuangan di kantor Tuan sudah mulai bekerja?” Bukannya memberi jawaban, Yoan justru balik bertanya.

“Sayangnya, perusahaan kami masih membutuhkan seseorang untuk membantu,” jawab Kenzo.

Kenzo tahu berbohong itu dosa. Akan tetapi, dia belum memikirkan alasan yang lain untuk menahan Yoan agar bisa bekerja bersamanya setiap malam.

“Ah, begitu rupanya,” gumam Yoan, “sebenarnya, saya senang bisa melakukan beberapa pekerjaan seperti sekarang ini. Saya hanya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan,” sambung Yoan.

“Selagi masih muda, kamu perlu memiliki banyak pengalaman,” tambah Kenzo. Di dalam hatinya dia bersorak kegirangan karena ternyata Yoan tidak keberatan bekerja dengannya.

“Baik, kalau begitu saya akan kembali melanjutkan pekerjaan yang kemarin,” ujar Yoan bersemangat.

Kenzo hanya mengangguk untuk menanggapi.

***

Keesokan harinya …

Berhubung para pelayan baru saja menerima hasil keringat mereka dan hari ini adalah akhir pekan maka pekerjaan di mansion hanya sampai siang hari saja.

Setelah makan siang, beberapa orang pelayan ada yang pamit pulang ke rumahnya dan ada juga yang masih tinggal di mansion.

Yoan sendiri izin untuk pergi ke supermarket. Dia membeli semua kebutuhannya dan membeli beberapa cemilan untuk dibagikan ke teman-temannya. Tidak lupa, Yoan juga membeli shampoo dan sabun yang baru untuk menggantikan milik Tyas yang dia gunakan.

Hanya pergi belanja begitu saja Yoan sudah merasa senang. Lihat saja! Yoan terlihat mengayunkan kaki dengan senyumnya yang masih mengembang.

Ketika Yoan tiba di mansion, dia langsung meletakkan barang belanjaanya di dalam kamar. Yoan lantas bergabung bersama teman-temannya yang sedang bersantai di halaman belakang mansion.

“Aku membeli beberapa cemilan untuk kalian,” ujar Yoan. Dia membuka beberapa bungkus cemilan dan membagikan pada teman-temannya.

“Terima kasih, Yoan!” Mereka semua saling bersahutan.

“Sama-sama. Kalian sedang membicarakan apa?” tanya Yoan.

“Tidak ada yang penting. Kami hanya bersantai di sini,” jawab Tyas, seseorang yang selama ini paling dekat dengan Yoan.

“Biar lebih seru, bagaimana kalau kita bermain?” usul Yoan.

“Bermain?” ulang Tyas.

Pun teman-teman yang lain hanya memasang raut wajah bingung sambil memperhatikan Yoan.

“Kita bermain ‘truth or dare’. Jadi, kita semua harus duduk melingkar. Lalu, aku akan memutar botol kosong ini. Jika kepala botol ini menghadap ke kalian, itu artinya kalian harus menjawab pertanyaan kami.” Yoan menjelaskan.

“Truth or dare itu artinya apa?” Asri bertanya.

“Truth itu benar. Sedangkan dare itu berani. Kalau kalian memilih benar maka kalian harus menjawab pertanyaan dengan jujur. Sebaliknya, kalau kalian memilih berani maka kalian harus melakukan sesuatu yang kami perintahkan dengan berani.” Yoan menjawab.

“Sepertinya permainan ini sangat seru. Mari kita mencobanya,” ujar Tyas bersemangat.

Yoan mengangguk, lalu dia mulai memutar botol.

“Wah! Dian yang pertama!” seru Asri yang sudah berdebar-debar, merasa khawatir kepala botol akan mengarah padanya.

“Dian memilih benar atau berani?” tanya Yoan.

“Berani,” jawab Dian.

“Hm, kalau begitu kita akan menyuruh Dian melakukan sesuatu. Apa ya?” Yoan tampak berpikir.

“Dian harus menyatakan cinta pada Pak Ocep!” usul Tyas.

Terdengar para pelayan bertepuk tangan sambil berseru kegirangan.

“Ah, sulit sekali perintah kalian!” keluh Dian.

“Ayo! Ayo! Ayo!” Teman-teman Dian, termasuk Yoan, bertepuk tangan dan memberi semangat Dian untuk melakukan perintah.

“Baiklah! Aku akan melakukannya. Di mana Pak Ocep?” ujar Dian sambil mengedarkan pandang.

Tanpa mereka sadari, dari jendela yang ada di lantai dua, Kenzo berdiri memperhatikan Yoan sambil sesekali ikut tersenyum.

Sikap Kenzo ini tentu saja tidak luput dari perhatian Raka, sang tangan kanan. Ini bukan pertama kalinya Raka memergoki Kenzo menatap Yoan begitu lama.

Sepertinya memang benar, benih-benih cinta mulai bersemi di hati Kenzo untuk Yoan.

Sebelumnya              Selanjutnya
img
Konten
Bab 1 Bertemu Bab 2 Aku Butuh Pekerjaan Bab 3 Siapa Dia Bab 4 Tentang Yoan Bab 5 Aku Menyukainya Bab 6 Cinta Bersemi Bab 7 Ketahuan! Bab 8 Sebuah Perjanjian
Bab 9 Sebuah Penawaran
Bab 10 Persiapan Pernikahan
Bab 11 Mengunjungi Makam
Bab 12 Pernikahan
Bab 13 Bulan Madu
Bab 14 Malam Pertama
Bab 15 Bertemu Teman Lama
Bab 16 Usaha Dewi
Bab 17 Sengaja Menyakiti
Bab 18 Mengalihkan Perhatian
Bab 19 Terbersit Pikiran Buruk
Bab 20 Home Sweet Home
Bab 21 Kejutan untuk Kenzo
Bab 22 Hilangnya Rasa Percaya Diri
Bab 23 Kabur
Bab 24 Pingsan
Bab 25 Bertemu Xander
Bab 26 Siapa Xander
Bab 27 Sedikit Menakutkan
Bab 28 Jangan Pergi!
Bab 29 Berusaha Mengenal
Bab 30 Makan Siang
Bab 31 Cerita Xander
Bab 32 Bisik-bisik Tetangga
Bab 33 Saudara
Bab 34 Apa yang Bisa Aku Lakukan
Bab 35 Pingsan Lagi
Bab 36 Hamil
Bab 37 Cerita Yoan
Bab 38 Kamu Aman
Bab 39 Benci Tanpa Alasan
Bab 40 Tamu Tak Diundang
Bab 41 Firasat Tidak Enak
Bab 42 Kenapa Tidak Pulang Saja
Bab 43 Tidak Ada Hasil
Bab 44 Berdebar-debar
Bab 45 Dekat di Hati
Bab 46 Dia Lagi
Bab 47 Kembali Mengganggu
Bab 48 Menghibur Diri
Bab 49 Menginginkan Sesuatu
Bab 50 Kenzo Marah
Bab 51 Sedikit Keributan
Bab 52 Mendapat Tuntutan
Bab 53 Menekan Dewi
Bab 54 Menyusun Strategi
Bab 55 Kemarahan Martin dan Dewi
Bab 56 Dewi dan Sikap Manjanya
Bab 57 Kedatangan Aditya
Bab 58 Pertolongan Aditya
Bab 59 Protes Pekerja
Bab 60 Pengakuan Arif
Bab 61 Peringatan untuk Dewi
Bab 62 Permohonan Martin
Bab 63 Ini Melelahkan
Bab 64 Persiapan
Bab 65 Sudah Waktunya
Bab 66 Aku Bahagia
Bab 67 Hati Xander
Bab 68 Perhatian Xander
Bab 69 Sebuah Kode
Bab 70 Bicara Melalui Sikap
Bab 71 Menunggu Waktu yang Tepat
Bab 72 Membutuhkan Pekerjaan
Bab 73 Permohonan Xander
Bab 74 Ide Yoan
Bab 75 Bagaimana Cara Kerjanya
Bab 76 Bermimpi
Bab 77 Menjadi Lebih Baik
Bab 78 Kedatangan Saudara Ryu
Bab 79 Tidak Ada Hentinya
Bab 80 Berita Buruk
Bab 81 Terpaksa Kencan
Bab 82 Maukah Kamu
Bab 83 Aku Tidak Sendiri
Bab 84 Ulang Tahun Nara
Bab 85 Apa yang Terjadi
Bab 86 Sesuatu yang Buruk Terjadi
Bab 87 Kesedihan Xander
Bab 88 Butuh Bantuan
Bab 89 Seperti Pernah Melihat
Bab 90 Mendapat Cuti
Bab 91 Pulang
Bab 92 Itu Yoan!
Bab 93 Informasi Penting
Bab 94 Yoan, Aku Datang
Bab 95 Siapa Kamu
Bab 96 Biarkan Aku Bicara
Bab 97 Keputusan yang Sulit
Bab 98 Membujuk Yoan
Bab 99 Hari yang Dinantikan
Bab 100 Home Sweet Home
img
  /  3
img
img
img
img