img Dalam Belenggu Pengkhianatan Cinta  /  Bab 2 PELUKAN RINDU | 28.57%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 PELUKAN RINDU

Jumlah Kata:1581    |    Dirilis Pada: 10/07/2022

lupa ubah nada dering telepon dan terpaksa b

yidik wajah Rendi berharap kalau itu hanya gurauan. Namun, tidak tampak

pria yang mimik wajahnya berubah muram. Sementara, Keiza pun merasa

niat untuk melakukan hal itu sekalipun hanya bercanda. Rendi yang dikenalnya sangat suk

asih diam terpaku di bangku taman. Sedetik kemudian, Milfa bergegas menyusul langkah lel

h ke belakang. Saling menatap beberapa

dikenalnya sejak lima tahun silam. Ia berusaha menyusun kalimat, ne

unjuknya di depan bibir Milfa. Rendi menggeleng m

s milik Milfa. Sebenarnya bukan hanya sekali atau dua kali kesal

reka sempat berpisah dan baru kembali bertemu lag

yang selalu ada dalam hati. Tak pernah terhenti s

lfa mengungkapkan rasa bersalahnya. Sekejap tu

tah, aku gak bisa marah lama-lama sama kamu.” Beberapa saat saling merasa

mendekati dua insan itu setelah menyadari bahwa banyak mata yang menyorot ke arah mereka.

mum? Kampus!” Keiza berbisik dengan

g terjadi, kedua manusia yang berbed

*

um, gitu!” Keiza masih saja memba

bahas yan

a dunia milik berdua, udah mirip drama korea,” goda

asaan lebih!” tegas Milfa. “O, iya, gimana tadi di kelas pas

a yang gak hadir. Jadi, rencananya akan di ganti lain waktu, masih cari ruan

ahan di lantai tiga. Menemukan ruangan yang dituju terlihat lenggang dan lan

dosennya

nggi, proposional mirip-miriplah sama sahabat lamamu itu. Yah, bisa dibilang sebelas dua belas, sih. Dan yang bi

terlalu berlebih-lebihan memuji sosok dosen yang belum bersua langsung dengannya. Milfa hanya sedikit tahu bahwa dose

lnya mereka adalah manusia keempat dan kelima yang masuk di ke

a puluh tahun masuk ke ruangan. Perkulia

agian sudah ada yang keluar ruangan. M

bareng, ya? Kamu ada jadwal kuliah terakh

i. Ini aku udah selesai, kok. Kamu masih di m

ke masjid kampus menemui Rendi. Keiza pamit untuk pulang leb

i gak apa-apa kalau kamu m

mau balik dul

nggak enak

gak apa-apa pulang sendiri. Jalan ka

aku pulang.” Tiba-tiba ada ide yang melintas dalam pikiran. Milfa merogoh saku ransel da

u berangkat kuli

mikir itu. Gampan

us dipaksa. Akhirnya, Keiza mengiyakan dan pu

ngan azan yang dikumandangkan. Ia masuk

uara yang tidak asing baginya memanggil. Ia la

h itu, berjalan menuju parkiran kendaraan roda dua.

Milfa duduk dalam posisi lebih tinggi dari pengemudi. Berbeda dengan motor Rendi ke

di. Namun, sesekali bagian dadanya tidak sengaja bersentuhan dengan punggu

pria seusianya itu. Sikap Milfa yang demikian memun

a kaki Rendi menapak di tanah untuk menahan beban kendaraan roda dua itu. Milfa yang juga sp

kuat dari sebelumnya mengisyaratkan rasa kesal. Rendi

otorku udah mirip kusir lagi ngend

erem-ngerem mulu bikin kesel, d

g untuk menggoda. “Iy

anya yan

di menggantu

kik, “Astaga! Dasar otak mesum!” Milfa menj

cowok normal. Wajar aja, k

bku! Malah diketawain

k! Ini, kan, motor k

ng ngemudiin! Dasar kamunya aja, sih, se

cap Rendi meredam. “Mau main ke rumah dulu, gak? Atau m

umahmu dulu. Aku

u gak ka

nggang kanan Rendi s

main cubit sama ji

lan, keburu s

ketika masa putih abu-abu. Dulu Milfa sering di antar-jemput Rendi, padahal rumahnya lumayan deka

berbeda jauh dengan Jakarta yang sering macet. Rata-rata pen

fa mengamati bangunan itu. Tidak ada yang berubah di sana. Hanya warna cat bangunan berlantai dua itu yang

intu di buka setelah Rendi memencet bel. Rendi mengucap sala

ika wajah sang ibu tersembul dari balik pintu sambi

a perempuan itu berpelukan erat dalam be

a Milfa sembari melerai pelukan. Milfa meraih pung

tambah cantik,” puji Ibu Siska. “Alhamdulil

ar Fafa seperti yang Ibu lihat,” jawabnya dengan

us di depan pintu, ya?” sindi

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY