Buku Nur Afni
/0/13634/coverbig.jpg?v=571269c2a7144e429eccfaaee7d9cdc2)
Pesona Liar Sang Pelakor
Dan perempuan itu? Kulihat wajahnya memang cantik. Rambut panjang terurai dengan cat pirangnya. Kulit putih, meskipun tidak seputih susu. Tinggi semampai, dengan tubuh yang proporsional. Dengan dada dan bokong yang besar. Ah, tapi tetap saja, aku lebih cantik tentunya. Coba deh, tanyakan ke Mas Ali. Dia pasti akan bilang, bahwa aku adalah yang tercantik. Aku harus percaya diri. "Kamu jangan khawatir, sebentar lagi juga kamu bakalan jadi ratu di rumah ini. Menggantikan mantuku yang mandul itu. Kita hanya harus pintar bersandiwara. Kamu mainkan peranmu secantik mungkin. Jangan sampai rencana kita berantakan. Rayulah Ali, sampai dia jadi milikmu. Berikan aku cucu. Ok?" Spontan, aku menutupkan telapak tanganku, menutupi mulutku, yang membentuk huruf o. What ? Mantu mandul? Ibu mertuaku bilang, mantu mandul? Ok, baiklah. Orang bodoh pun tahu arah pembicaraan mereka. Tak perlu menerka-nerka, aku sudah sangat paham. Sepertinya aku akan ikuti sandiwara mereka, dan akan kupastikan, mereka hanya akan jadi figuran saja.
/0/13632/coverbig.jpg?v=7a16d12178284e2fb0973321d3a81241)
Cintaku Bersemi Di Sekolah
Nama ane Aliando Abdul Wahab atau biasa dipanggil Dodo. Mungkin nama ane ini kayak artis yang dulu main di sinetron Ganteng Ganteng Anjing ya? Tapi ane bukan dia kok, ane ini cuman orang biasa yang kebetulan lebih ganteng dari artis itu. Ane berasal dari pinggiran Garut City yang dimana banyak sekali pegunungan yang menjulang tinggi. Sangat manusiawi kalo seorang anak remaja pengen punya pengalaman romantis di masa sekolah. Seperti lagu ChrIyse yang menceritakan indahnya masa muda di sekolah. Ane pingin membangun sebuah kenangan indah di masa sekolah. Akhirnya ane bertekad untuk dapetin Mitha bagaimanapun caranya. Walau tampang ane pas-pasan dan gak seganteng Donnie, tapi ane yakin bisa dapetin Mitha.
/0/13631/coverbig.jpg?v=d3e9ea7ccebf4fbd862ce11444a5618e)
Pejuang Restu
"Jangan sakiti Mamih!" Teriak Basti sambil melempar barang di meja rias ke arah laki-laki yang sedang menindih sang Mamih. "Wah, jagoannya Jonas sudah datang. Hai jagoan, Om tidak akan menyakiti Mamih kamu kok. Om mau buat Mamih kamu enak," Aldri menyeringai mesum. "Kamu tidak akan pernah bisa menghindariku lagi Helen! Ingat, kartu matimu ada ditanganku. Bukankah selama ini kita saling mencintai? Aku hanya ingin kamu merayu Jonas untuk mengalihkan seluruh hartanya kepadamu, lalu kita akan hidup bahagia bersama. Bukankah itu rencana kita sejak awal? Tapi kenapa sekarang sikapmu berubah? Kamu bahkan lebih sering membela Jonas? Apa mungkin hatimu sudah berpindah pada Jonas?" tutur Aldri panjang lebar. Napas lelaki itu kian memburu. Helen hanya diam meski tubuhnya masih tetap meronta-ronta. Aldri memperkuat cengkramannya pada ke dua pergelangan tangan Helen.