/0/13631/coverbig.jpg?v=20250123145519)
"Jangan sakiti Mamih!" Teriak Basti sambil melempar barang di meja rias ke arah laki-laki yang sedang menindih sang Mamih. "Wah, jagoannya Jonas sudah datang. Hai jagoan, Om tidak akan menyakiti Mamih kamu kok. Om mau buat Mamih kamu enak," Aldri menyeringai mesum. "Kamu tidak akan pernah bisa menghindariku lagi Helen! Ingat, kartu matimu ada ditanganku. Bukankah selama ini kita saling mencintai? Aku hanya ingin kamu merayu Jonas untuk mengalihkan seluruh hartanya kepadamu, lalu kita akan hidup bahagia bersama. Bukankah itu rencana kita sejak awal? Tapi kenapa sekarang sikapmu berubah? Kamu bahkan lebih sering membela Jonas? Apa mungkin hatimu sudah berpindah pada Jonas?" tutur Aldri panjang lebar. Napas lelaki itu kian memburu. Helen hanya diam meski tubuhnya masih tetap meronta-ronta. Aldri memperkuat cengkramannya pada ke dua pergelangan tangan Helen.
"Jangan sakiti Mamih!" Teriak Basti sambil melempar barang di meja rias ke arah laki-laki yang sedang menindih sang Mamih.
"Wah, jagoannya Jonas sudah datang. Hai jagoan, Om tidak akan menyakiti Mamih kamu kok. Om mau buat Mamih kamu enak," Aldri menyeringai mesum.
"Diam kamu Aldri!" Teriak Helen. Pandangan wanita itu kini beralih ke arah sang anak. "Basti keluar! Keluar kata Mamih!" Perintah Helen masih dengan suaranya yang lantang. Saat itu, Helen tidak bisa berkutik karena tubuhnya di kunci dengan sangat kuat oleh Aldri, sang mantan kekasih yang kini menjadi selingkuhannya.
Aldri tersenyum sinis lalu mencium paksa bibir Helen di depan Basti dengan penuh gairah. Saat dia melirik ke arah pintu, Basti sudah tidak ada di sana. Tampaknya bocah kecil itu sadar kalau usahanya menolong sang Mamih hanya akan berakhir sia-sia.
Sepeninggal Basti, Aldri semakin menggila di tempat tidur. Dia terus mencumbui Helen bagai seorang singa yang lapar. Bahkan rintihan wanita itu tak sama sekali dihiraukannya.
"Kamu tidak akan pernah bisa menghindariku lagi Helen! Ingat, kartu matimu ada ditanganku. Bukankah selama ini kita saling mencintai? Aku hanya ingin kamu merayu Jonas untuk mengalihkan seluruh hartanya kepadamu, lalu kita akan hidup bahagia bersama. Bukankah itu rencana kita sejak awal? Tapi kenapa sekarang sikapmu berubah? Kamu bahkan lebih sering membela Jonas? Apa mungkin hatimu sudah berpindah pada Jonas?" tutur Aldri panjang lebar. Napas lelaki itu kian memburu.
Helen hanya diam meski tubuhnya masih tetap meronta-ronta.
Aldri memperkuat cengkramannya pada ke dua pergelangan tangan Helen.
"Aku tak akan melepaskanmu begitu saja. Aku sudah menunggu terlalu lama untuk bisa mewujudkan semua impian kita sejak awal. Mungkin jika kamu tidak di jodohkan dengan Jonas, kita sudah bahagia sekarang! Semua ini tidak perlu terjadikan?"
Ancaman Aldri membuat seorang Helen kian di rundung perasaan cemas luar biasa. Wanita bergaun tidur itu mulai menangis. "Aldri, aku mohon, lepaskan aku. Lupakan aku Aldri. Lupakan semua rencana kita dulu. Jonas sudah begitu baik padaku selama ini. Aku tidak mau mengkhianatinya lebih jauh lagi. Tolong Aldri, kamu bisa mencari wanita lain yang bisa mencintaimu dengan tulus. Tolong jangan ganggu aku lagi" mohon Helen dalam tangisnya yang terdengar pilu.
Sayangnya, Aldri sudah tidak perduli.
Walau kenyataannya Aldri sangat mencintai Helen, namun rasa kecewanya pada Helen yang sudah mangkir dari semua janji dan kesepakatan mereka untuk menghancurkan Jonas justru lebih mendominasi atas apapun juga.
Bagaimanapun, Jonas sudah merebut Helen darinya dan Aldri tidak terima.
"Maafkan aku Helen, aku tidak menginginkan wanita lain lagi selain dirimu. Ayolah, aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu. Aku sangat merindukanmu Helen. Sejak Jonas di penjara, lalu kamu melahirkan, kita tidak pernah berhubungan lagikan?"
Aldri hendak menuntaskan niatnya untuk menyetubuhi Helen ketika sesuatu tiba-tiba saja terjadi.
Srettttt!
"Argh!"
Aldri berteriak kencang saat tiba-tiba tangannya seperti di cincang sesuatu.
Darah segar menetes bersamaan dengan nyeri luar biasa akibat sayatan benda tajam pada lengannya. Dan mereka jadi terperanjat saat melihat Basti, si bocah laki-laki yang baru berumur enam tahun itu, berdiri tak jauh dari mereka dengan sebuah pisau di tangannya.
*****
Sebuah pernikahan sederhana di gelar di kediaman mempelai pengantin wanita yang bernama Raline Septia Wulandari.
Seorang karyawati swasta yang harus merelakan cita-citanya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah kandas karena dirinya yang kini harus menikah dengan seorang lelaki bernama Bastian Dirgantara.
Lelaki yang dulunya adalah sahabat dekat Raline di SMA dan hubungan mereka terus berlanjut hingga sekarang.
Meski, semuanya kini sudah jauh berbeda.
Hubungan mereka, tak seharmonis dulu.
Acara ijab dan kabul itu pun di tutup dengan doa bersama yang di pimpin oleh bapak penghulu dan di iringi kata Amin oleh para tamu undangan.
Kini, waktunya pengantin di sandingkan di atas pelaminan karena acara selanjutnya adalah acara resepsi.
Keluarga Bapak Ibnu Jamil dan Ibu Rani Kalila selaku orang tua dari mempelai wanita terlihat duduk menemani putri tercinta mereka di atas pelaminan. Mereka ikut menyambut para tamu undangan yang hendak bersalaman dengan ke dua mempelai.
Beberapa ibu komplek perumahan seberang tampak berkumpul di tengah-tengah para tamu undangan. Mereka terlihat bercakap-cakap santai.
"Saya masih tidak menyangka kalau Raline bisa menikah dengan anak Gubernur yang tampan itu. Pakai mantra apa dia itu?" ucap Bu Hindun, salah satu anggota dari kumpulan ibu-ibu penggosip di daerah sekitar komplek.
"Tapi dari kabar yang beredar, Raline itu sudah lebih dulu hamil. Coba lihat, tidak ada satu pun keluarga dari mempelai laki-laki yang hadir karena mereka itu tidak setuju kalau anak mereka menikah sama orang miskin," lanjut Femi si ibu RT.
"Kalau begitu, bisa jadi Bastian itu cuma terpaksa menikahi Raline hanya untuk menyelamatkan nama baik Bu Helen? Beliaukan baru naik jadi gubernur DKI," kali ini Ibu Ratna yang bicara.
"Atau bisa jadi, Raline dan keluarganya sengaja pakai cara kotor untuk menjebak Bastian. Ah, aku sudah sangat paham wanita macam apa si Raline itu! Perlu Ibu-ibu tau ya, saya pernah loh, pergokin Raline jalan sama Om-om di mall," kata Ibu Femi lagi.
"Hah? Serius? Wah, tidak benar ini! Kasihan sekali si Basti. Tahu begitu, lebih baik Bastian sama anakku saja yang sudah jelas masa depannya," sahut Bu Hindun.
Kalimat Ibu Hindun memancing tawa Ibu-ibu yang lain. "Bu Hindun ini, tidak usah terlalu berharap nanti kalau jatuh sakit," ledek Bu Ratna.
Gosip-gosip itu masih terus berlanjut sampai akhirnya terhenti dengan sendirinya ketika seseorang datang menghampiri mereka.
Kiara sengaja duduk tepat di sebelah Ibu Femi dan santai menikmati santapannya. Dengan adanya dia di sini, Kiara yakin, ibu-ibu tukang gosip itu akan berhenti mencela kakaknya. Kiara sudah sangat gerah mendengar ocehan ibu-ibu komplek bermulut pedas itu.
Punya mulut kok fungsinya cuma untuk menggosipkan hidup orang? Huh!
Gerutu Kiara dalam hati.
Hari ini resepsi berjalan dengan lancar. Meski sempat di warnai oleh sedikit berita-berita miring karena tak adanya satu pun keluarga dari pihak mempelai laki-laki yang hadir. Hal itu jelas memancing pertanyaan para tamu undangan. Belum lagi mengenai merebaknya isu kehamilan Raline serta latar belakang Bastian, suami Raline yang di gadang-gadang berasal dari keluarga terpandang.
Semua hal itu terangkum menjadi satu berita panas yang pastinya kini menjadi buah bibir di kalangan warga setempat. Terutama oleh ibu-ibu komplek penghuni perumahan elit yang berhadapan langsung dengan rumah Raline yang sangat sederhana.
"Kiara heran deh, kenapa sih selalu keluarga kita yang kena cibiran dan jadi jelek di mata umum cuma karena kita ini orang miskin?" seru Kiara saat acara resepsi selesai. Kini, dirinya dan ke dua orang tuanya sedang beristirahat di ruang keluarga. Kiara baru saja selesai melepas kondenya di bantu oleh Rani, sang Ibu.
"Tidak usah di dengar, Ki. Biarkan saja mereka mau bicara apa, mulut-mulut mereka ini, dosa kita berkurang kalau kita ikhlas," ucap Rani dengan gayanya yang keibuan dan lembut.
"Ibu dan Bapak tidak dengar sih apa yang di katakan sama komplotannya Bu RT tadi, kalau saja tidak memandang perasaan Kak Raline, sudah Kiara sumpal tuh mulut mereka pakai kuah bakso panas! Supaya melepuh bibirnya," omel Kiara lagi. Dia benar-benar tidak terima jika nama baik kakaknya selalu di injak-injak.
"Yang harusnya di salahkan itu kan si Basti! Laki-laki brengsek! Gara-gara dia hidup Kak Raline jadi menderita!" lanjut Kiara tanpa menyadari bahwa nama laki-laki yang tadi dia sebut itu kini baru saja keluar dari arah dapur hendak memasuki kamar pengantinnya.
Rani menendang kaki Kiara. Memberi isyarat supaya anak bungsunya itu berhenti bicara. Tapi dasarnya Kiara, dia justru semakin menjadi begitu tahu kini Basti sedang berjalan di belakangnya.
"Kalau Kiara jadi Bapak, Kiara jelas lebih memilih buat jeblosin Bastian Dirgantara ke penjara, supaya dia bisa belajar bagaimana caranya menghargai wanita! Jangan mentang-mentang anak orang kaya, bisa bertindak seenaknya sama orang lain! Anak sama Ibu kok sama saja! Bisanya cuma membuat hidup orang lain susah!" teriak Kiara, sarkas. Dari balik wajahnya, dia mencoba menyembunyikan senyum penuh kepuasan. Bahkan dia tidak perduli dengan pelototan Rani padanya.
Hingga akhirnya, terdengar sebuah suara pintu yang tertutup. Itu artinya, laki-laki bernama Bastian itu kini sudah masuk ke dalam kamar.
Kiara hanya menggumam saat mendengar omelan Rani dan Ibnu di ruang keluarga. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan keputusan orang tuanya terhadap kehidupan Kakaknya. Jika Kiara menjadi Raline, Kiara akan lebih memilih kabur dari rumah daripada harus dinikahkan dengan laki-laki brengsek macam Basti.
Laki-laki yang sudah dengan tega memperkosa Raline hingga hamil.
Dan perempuan itu? Kulihat wajahnya memang cantik. Rambut panjang terurai dengan cat pirangnya. Kulit putih, meskipun tidak seputih susu. Tinggi semampai, dengan tubuh yang proporsional. Dengan dada dan bokong yang besar. Ah, tapi tetap saja, aku lebih cantik tentunya. Coba deh, tanyakan ke Mas Ali. Dia pasti akan bilang, bahwa aku adalah yang tercantik. Aku harus percaya diri. "Kamu jangan khawatir, sebentar lagi juga kamu bakalan jadi ratu di rumah ini. Menggantikan mantuku yang mandul itu. Kita hanya harus pintar bersandiwara. Kamu mainkan peranmu secantik mungkin. Jangan sampai rencana kita berantakan. Rayulah Ali, sampai dia jadi milikmu. Berikan aku cucu. Ok?" Spontan, aku menutupkan telapak tanganku, menutupi mulutku, yang membentuk huruf o. What ? Mantu mandul? Ibu mertuaku bilang, mantu mandul? Ok, baiklah. Orang bodoh pun tahu arah pembicaraan mereka. Tak perlu menerka-nerka, aku sudah sangat paham. Sepertinya aku akan ikuti sandiwara mereka, dan akan kupastikan, mereka hanya akan jadi figuran saja.
Nama ane Aliando Abdul Wahab atau biasa dipanggil Dodo. Mungkin nama ane ini kayak artis yang dulu main di sinetron Ganteng Ganteng Anjing ya? Tapi ane bukan dia kok, ane ini cuman orang biasa yang kebetulan lebih ganteng dari artis itu. Ane berasal dari pinggiran Garut City yang dimana banyak sekali pegunungan yang menjulang tinggi. Sangat manusiawi kalo seorang anak remaja pengen punya pengalaman romantis di masa sekolah. Seperti lagu ChrIyse yang menceritakan indahnya masa muda di sekolah. Ane pingin membangun sebuah kenangan indah di masa sekolah. Akhirnya ane bertekad untuk dapetin Mitha bagaimanapun caranya. Walau tampang ane pas-pasan dan gak seganteng Donnie, tapi ane yakin bisa dapetin Mitha.
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
“Aduh!!!” Ririn memekik merasakan beban yang amat berat menimpa tubuhnya. Kami berdua ambruk dia dengan posisi terlentang, aku menindihnya dan dada kami saling menempel erat. Sejenak mata kami bertemu, dadanya terasa kenyal mengganjal dadaku, wajahnya memerah nafasnya memburu, aku merasakan adikku mengeras di balik celana panjang ku, tiba-tiba dia mendesah. “Ahhh, Randy masukin aja!” pekik Ririn.
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?
Semua ada hikmahnya. Belajarlah dari cerita ini agar terhindar dari berselingkuh atau diselingkuhi pasangan