/0/12391/coverbig.jpg?v=df9bc69e28f044837769e4a0005ff9ff)
Reya Yasmitha (22) sadar bahwa tubuhnya tambun dan wajahnya standar jaya. Dengan kata lain, tak ada yang spesial dari gadis itu. Sepertinya, selain Juniar Adi Pranaja (42), tak ada yang mau menjadikan dirinya kekasih. Oleh karena itu, Reya rela menjadi simpanan om ganteng itu walaupun dia tahu bahwa itu adalah hal yang salah. Lagi pula, ada banyak keuntungan menjadi simpanan si om ganteng itu. Namun, Reya tidak ingin selamanya dalam posisi pelakor. Dia ingin mandiri dari segala kemudahan yang biasa Om Jun berikan. Sayangnya, pria tersebut justru kesal. Bagaimana nasib Reya? Apakah dia bisa lepas dari posisi pelakor?
Seorang gadis bertubuh gemuk terbangun seraya menutupi tubuhnya dengan selimut. Itu adalah Reya Yasmitha, 22 tahun pemilik tubuh gempal dan tinggi seberapa. Bukan tipe ideal untuk seorang pelakor. Jika kalian membaca pelakor, itu benar. Dua tahun belakangan ia sibuk menjadi simpanan Juniar Adi Pranaja, pria berusia 42 tahun yang mungkin lebih pantas dikatakan ayahnya sendiri.
Juniar seorang pengusaha sukses, Adidaya Raja Tekstil adalah perusahaan turun menurun milik keluarganya yang kini menjadi tanggung jawabnya. Jangan tanya tentang kekayaan, ia juga memiliki banyak usaha lainnya termasuk kerjasama dibidang resor juga dunia hiburan.
Reya membuka matanya menatap pria di sampingnya yang kini terpejam. Om Jun, begitu Reya memanggil kekasihnya, ungkapan sayang dari gadis itu. Katakan saja Reya gila, tapi Jun punya sejuta pesona yang ia punya selain uang yang memang jangan ditanya jumlahnya berapa. Tatapannya mengintimidasi, rahang tegas, tubuh yang paripurna, terlebih perhatiannya. Boleh dikatakan kalau Jun punya pesonanya sendiri, lesung pipi saat tersenyum punya magnet luar biasa. Oke baiklah, tampan itu relatif. Namun, Jun memang sesempurna itu di mata Reya. Kini segalanya tentang Jun itu luar biasa.
Gadis bertubuh tambun itu baru saja akan bangkit dari rebah setelah lelahnya pergumulan yang ia lakukan. Tangan Jun menahan meski matanya terpejam.
"Istirahat dulu," kata Jun.
"Katanya, Om mau aku masakin makan siang?" tanya Reya. Saat datang tadi, Jun mengatakan ia ingin makan siang. Menyantap masakan yang dimasak langsung oleh Reya.
Jun membuka mata, tersenyum kemudian. "Saya mau makan nanti. Mana tega saya biarin kamu capek-capek masak setelah saya buat kamu capek. Hmm? Istirahat dulu ya, sayang."
Reya mengambil selimut dan melilitkan ke tubuhnya, lalu melangkah ke kamar mandi. "Om tidur aja, aku tetap mau masak."
Jun hela napas. Memang susah bicara dengan si keras kepala satu ini, batinnya. "Ya udah terserah kamu." Ia kemudian kembali merebahkan tubuh dan memejamkan mata.
Reya memakai pakaian dan kini berjalan ke dapur di apartemen mereka. Jun suka masakan rumahan sederhana. Dulu mendiang ibunya suka membuatkan masakan rumahan. Ketika ia mencicipi masakan Reya ia ingat masakan sang ibu. Bukan berarti ia tak menyantap masakan rumahan di rumah utamanya. Hanya saja, ia merasa rasanya berbeda ketika Reya yang membuat. Ya, bisa saja itu hanya rayuan gombal si Om, tapi sepertinya Reya jadi sedikit besar kepala dengan pujian Juniar.
Aroma masakan menyeruak, terutama saat kini Reya menumis sambal sebagai langkah akhir dari kegiatannya memuaskan kekasihnya. Dari dalam kamar terdengar suara bersin yang buat gadis itu terkekeh geli.
Tak lama Jun berjalan ke luar dari kamar lalu menghampiri Reya. Berdiri tepat di samping gadis itu, lalu menyibak poni Reya menunjukkan kening lebar kekasihnya dan segera ia kecup. Sementara Reya dengan segera menutup kembali poni yang menutupi aibnya.
Reya tak suka poninya disibak menunjukkan kening lebarnya dan itu buat ia membecik, menggemaskan. "Om ih, kebiasaan."
"Kenapa sih? Selalu bermasalah sama jidat? Jenong gitu, saya kan tetap sayang sama kamu," kekeh Jun sambil mencubit bibir Reya.
"Enggak jenong ya Om. Cuma lebar."
"Lalu apa bedanya?"
"Jenong itu menonjol ke depan. Jidat aku enggak," protes Reya dengan tatapan kesal hingga buat keningnya bertaut.
Juna tertawa geli sendiri melihat kelakuan Reya. Reya menggerakkan matanya seolah meminta pria itu duduk di meja makan. Jun menurut dan ia kini berjalan, lalu duduk di kursi menunggu Reya menyajikan makan siang.
Reya segera membawa sajian terakhir menuju meja makan. tadi ia sudah selesai membuat sup ayam, pergedel, dan telur dadar. Tak membuat masakan yang sulit karena ia tak sempat berbelanja. Lalu dengan telaten, ia menyajikan ke atas piring. Sudah hapal betul porsi maan kekasihnya.
"Ini," katanya kemudian meletakkan piring ke hadapan Jun. "Ah, lupa minum. Tunggu sebentar Om."
"Biar saya yang ambil," kata pria itu, kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil air putih dalam botol dan juga gelas yang sudah disiapkan Reya kemudian dengan segera berjalan kembali ke meja makan.
"Terima kasih Om sayang," ucap Reya.
Jun mengacak rambut Reya kemudian kembali duduk. Ia kemudian menyantap makan siang yang tersaji.
"Ibu Indi sehat kan?"
Jun menatap, tak suka. "Saya lagi makan lho ini."
"Om aku kan cuma tanya," rengek Reya.
"Baik," jawab Jun kemudian.
Reya melanjutkan kegiatan makan mereka meski ia ingin bertanya lebih lanjut. "Om enggak ada masalah kan?"
Jun gelengkan kepalanya. "Enggak, memang kenapa kamu mikir gitu?"
Reya menatap pada pria di hadapannya, mencoba cari jawaban dari tatapan Jun. "Soalnya waktu datang tadi muka Om kusut banget."
Jun tersenyum di sudut bibirnya. Reya memang pandai membaca situasi dan apa yang terjadi dalam dirinya. "Ada sedikit masalah di kantor, tapi bukan masalah besar. Jangan khawatir," jawabnya sambil mengusap bahu Reya.
"Syukurlah." Reya menyahut kemudian terdiam. "Om," sapanya.
"Hmm?" tanya Jun seraya mengusap bibirnya dengan tisu setelah selesai makan,
"Aku .., Aku kayaknya mau cari kerja." Reya katakan itu takut-takut.
Jun terhenti, meletakan tangannya ke atas meja sebagai penopang wajahnya, kemudian menatap Reya dengan tatapan kesal. "Uang dari saya enggak cukup buat kamu?"
Reya menggelengkan kepala. "Kadang ibu tanya kenapa aku sering ke Bandung. yang ibu tau kan aku kasih workshop kepenulisan. Ya, kadang ibu tanya mana foto-fotonya. Aku enggak pernah kasih karena memang enggak ada kegiatan itu."
"Kalau kamu kerja malah kamu enggak ada waktu ketemu saya. Gitu mau kamu?"
"Enggak gitu Om."
"Gini aja, kamu bilang kerja di mana gitu. Saya sewakan apartemen di Jakarta. Kamu bisa di sana, pura-pura kerja, Kalau saya ke Jakarta juga kita bisa bertemu di sana."
Reya menatap Jun, ia ingat dulu Jun yang meminta untuk tak saling bertemu di Jakarta karena takut jika tanpa sengaja bertemu dengan orang yang mungkin mereka kenal.
"Sesekali, kita ketemu," kata Jun lagi. "lagian kalau kamu kerja, siapa yang jagain ibu kamu? Arka? Kamu bilang adik kamu enggak bisa jagain ibu."
"Iya sih, cuma kemarin ada teman yang ngajakin aku kerja." Reya masih kekeh dengan keinginannya.
Jun hela napas, ia tak ingin terlalu kesal pada wanitanya. "Siapa? Kamu niat kerja gini emang mau cari apa?"
"Cari uang sih Om. Aku kan enggak mungkin nyusahin Om terus."
"Siapa bilang kamu nyusahin saya? Saya kirim bulanan itu kurang buat kamu? sama biaya berobat ibu ity kurang? Saya tambah kalau memang kurang. Enggak usah macem-macem lah. Saat saya butuh nanti kamu harus ada. Kalau kamu kerja, nanti kamu alasan a,b,c lah. Saya enggak kasih ijin." Jun katakan itu tegas.
Lagi Reya selalu kalah jika meminta ijin untuk bekerja. Ya, meskipun salah satu tujuan berkencan dengan Om Jun adalah utuk membantu finansialnya, tapi entah mengapa setelah ia memiliki rasa pada Juniar. Reya malah merasa tak enak hati dan merasa selalu merepotkan.
****
Tak percaya pada pernikahan tapi, Restu Kanaya Putri gadis bertubuh tambun itu ingin sekali memiliki anak. Bekerja sebagai penjaga bayi besar Alvian Saga Majendra sahabat yang juga atasannya. Buat ia memberanikan diri untuk meminta pria pucat itu menghamilinya. "Lo mau hamilin gue Ga?" Saga menoleh cepat, mendekatkan telinganya ke wajah Reres coba dengar kembali apa yang sahabatnya itu katakan. "Ulangin." "Hamilin gue Ga." Reres mengulangi dengan yakin buat Saga menatapnya. Permintaan gila tapi, itu yang ada dalam pikiran Reres. Tak ada laki-laki lain yang bisa ia mintai tolong selain Saga. Tujuh hari mereka habiskan di Bali menikmati malam bersama. Berhasilkah Saga menghamili sahabatnya itu? Bagaimana hubungan keduanya setelah menghabiskan malam di Bali?
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.