/0/12548/coverbig.jpg?v=f72bc751994afe48ccd7108bf84b4770)
Takdir ,,, Takdir yang mempertemukan, takdir pula yang memisahkan. Takdir yang membuat kita tertawa bahagia, takdir pula yang membuat kita berurai air mata kesedihan. "Lantas, apa yang harus aku lakukan?" Tanya seorang gadis berkulit putih menatap dalam iris mata pria yang ada dihadapannya. "Aku tidak tahu," jawab pria itu pelan dengan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. "Mampukah kita terpisah? Apa kamu mampu hidup terpisah denganku?" Tanya gadis itu dengan kelopak mata yang mulai berkaca-kaca. "Aku tidak tahu," jawab pria itu menatap dalam wajah gadis yang sangat dicintainya. "Kenapa? Kenapa? Kenapa cinta kita harus seperti ini? Apa salah, jika kita saling mencintai?" Tanya gadis itu dengan bulir air mata yang perlahan jatuh dari kedua kelopak matanya. "Tidak ada yang salah, cinta kita juga tidak salah," jawab pria itu lirih dengan menahan segala kesedihan. "Lalu? Kenapa? Apa aku yang salah?" "Tidak, kamu tidak salah. Cinta kita tidak salah. Tidak ada yang salah, jangan pernah menyalahkan dirimu ataupun cinta kita. Semua ini, karena aku dan kamu yang berbeda," jawab pria itu memeluk erat gadis yang telah bersimbah air mata. Cinta tidak pernah salah dalam menjatuhkan pilihan dan cinta juga tidak pernah salah dalam menentukan takdirnya. Jodoh ,,, kita tidak pernah tahu kepada siapa kita akan berjodoh. Maut ,,, kita tidak pernah tahu, kapan kita akan dipinang dengan kematian. Rejeki ,,, kita tidak pernah tahu, apa kita terlahir berlimpah harta atau berkekurangan. Semuanya ,,, Semuanya sudah tertulis dalam garis takdir setiap insan yang terlahir ke dunia ini. Note : (18+) Karya ini murni dari hasil imajinasi author sendiri tanpa bermaksud untuk menyinggung siapapun atau unsur apapun.
Pagi yang dingin dengan suara hujan di luar rumah semakin meninabobokan semua orang yang berlindung di bawah selimut tebal. Begitupun dengan seorang gadis cantik berkulit putih yang semakin terlelap dalam tidurnya.
"Elena," terdengar suara ketukan di luar pintu kamarnya. "Sayang, bangun! Ini sudah adzan subuh. Nanti waktu sholatnya habis. Elena!"
Tidak ada jawaban, sepi. Hanya terdengar suara hujan dari arah luar rumah.
"Sayang, bangun! Nanti waktu subuhnya habis!" Terdengar lagi suara ketukan. "Elena, bangun!"
Terlihat Elena menggeliat. Matanya yang tertutup rapat berusaha untuk dibuka.
"Elena! Bangun, cepat sholat subuh. Nanti waktunya habis."
"Dingin sekali," gumamnya pelan dengan suara serak menarik kembali selimut tebalnya.
"Bangun nak!"
"Jam berapa ini?" Matanya yang sulit dibuka melihat jam dinding Hello Kitty yang terpasang.
Terdengar lagi suara panggilan dari luar kamarnya. "Sayang bangun!"
"Iya Ma! Aku sudah bangun," teriak Elena dengan suara serak.
"Cepat sholat subuh, nanti waktunya habis," jawab Mamanya dari luar pintu kamar.
"Iya!" Dengan rasa malas yang menggelayuti dirinya, Elena menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. "Ahhh, dingin sekali."
Elena turun dari tempat tidur langsung masuk ke dalam kamar mandi. "Kalau bukan karena kewajibanku, aku tidak mau memegang air dingin. Aduh, mana dingin banget lagi nih air."
Elena cepat-cepat membersihkan dirinya dan segera mengambil air wudhu. Sebagai seorang muslim, sudah tentu merupakan suatu kewajiban jika dirinya harus menjalankan kewajiban lima waktu.
"Kamu sudah sholat sayang?" Tanya Mama begitu melihat putri kesayangannya datang mendekat.
"Sudah," jawab Elena menarik salah satu kursi meja makan.
"Anak pintar," puji Mama. "Mau susu putih atau susu coklat?"
"Susu coklat," jawab Elena. "Juga roti bakar isi coklat."
"Iya," Mama dengan telaten menyiapkan semua yang dipinta putrinya.
"Papa mana? Biasanya sudah duduk manis di sini menemani Mama."
"Tadi ada di sini, tapi katanya sakit perut. Mungkin Papa kedinginan, karena dari tadi malam hujan tidak berhenti," jawab Mama.
"Papa masuk angin kali Ma."
"Sepertinya begitu," jawab Mama.
Tidak lama masuk Papa masih memakai kain sarungnya. "Aduh, leganya perut Papa."
"Papa sakit perut?" Tanya Elena.
"Iya, tapi sekarang sudah tidak sakit perut lagi," jawab Papa. "Kamu sudah sholat subuh?"
"Sudah Pa."
"Bagus, anak pintar. Itu kewajiban kamu sebagai seorang muslim. Jangan pernah tinggalkan sholat karena sholat merupakan tiang agama. Ok sayang!" Ucap Papa tersenyum melihat Elena.
"Iya Pa."
"Papa mau minum apa?" Tanya Mama. "Susu atau kopi?"
"Papa mau kopi, tapi jangan terlalu manis," jawab Papa.
"Mau roti bakar juga?"
"Iya dong, masa kopi doang," jawab Papa.
"Memang si mbak ke mana Ma?" Tanya Elena baru menyadari tidak ada asisten rumah tangganya.
"Mbak lagi pulang kampung, kemarin sore minta ijin pulang karena Ibunya sakit. Tapi nanti siang katanya mau balik lagi ke sini. Pulang hanya untuk mengantar Ibunya ke Dokter," jawab Mama.
"Memangnya tidak ada orang lain yang mengantar Ibunya ke Dokter. Sampai si mbak yang harus pulang?" Tanya Papa.
"Iya, pekerjaan rumah jadi berat kalau tidak ada si mbak," sambung Elena.
"Kan ada kamu yang bantu Mama," jawab Mama.
"Nggak ah, aku mau kuliah. Terus nanti pulang juga harus bantu Papa kerja," jawab Elena.
"Dasar malas. Kerja bantuin Papa juga tidak setiap hari," jawab Papa.
"He-he-he."
"Jam berapa kamu masuk kuliah?" Tanya Papa.
"Nanti agak siangan. Dosennya hari ini kurang aku sukai."
"Masa begitu sama Dosen," ucap Papa.
"Iya, Dosennya memang begitu, bukan aku saja yang tidak menyukainya."
"Jangan begitu tidak baik," tegur Mama.
Elena terdiam, diambilnya susu coklat panas yang ada didepannya. "Enak sekali dingin-dingin begini minum susu coklat."
"Berdoa dulu sebelum minum atau makan apapun," tegur Mama.
"Sudah Ma dalam hati, memang kalau berdoa harus selalu terdengar?" Jawab Elena.
"Kamu ini selalu saja ada buat menjawab," ucap Papa sambil meniup kopi panasnya.
"Iya, dasar bandel," sambung Mama.
"Bandel juga anak Papa dan Mama," jawab Elena. "Bandel, tapi cantik dan baik hati."
Mama mencibir melihat putrinya. "Mudah-mudahan ada laki-laki yang mau sama kamu."
"Eh, Mama sembarangan saja. Begini-begini, bentukan model kayak aku ini banyak yang mau. Mama saja yang tidak tahu," jawab Elena.
"Memangnya kamu punya pacar?" Tanya Papa.
"Tidak," jawab Elena tersenyum penuh arti.
"Bohong! Melihat kamu tersenyum begitu pasti kamu punya pacar," bantah Mama.
"Apa sih Mama ini, memang aku tidak punya pacar. Tapi baru mau punya pacar. He-he-he."
"Kecil-kecil sudah ingin punya pacar!" Kata Papa.
"Kecil apaan sih Pa! Aku ini sudah kuliah, sudah besar. Temanku saja sudah berapa kali berganti pacar. Masa aku tidak boleh punya pacar."
"Jangan ikut-ikutan temanmu," kata Papa.
"Pacar itu penyemangat hidup Pa. Kuliahku bisa tambah semangat dengan punya pacar," jawab Elena tersenyum manis.
"Kamu ini selalu ngeyel kalau dikasih tahu. Laki-laki jaman sekarang sudah jarang yang benar-benar tulus mencintai wanita. Kamu harus berhati-hati. Jangan sampai termakan bujuk rayunya. Ingat kamu itu masih gadis, jangan kamu jual harga dirimu hanya karena cinta. Ingat itu ya baik-baik!" Mama mengingatkan.
"Iya Ma, tenang saja. Aku juga masih punya otak untuk dipakai berpikir."
"Bagus! Mama tidak mau kamu salah arah dalam menentukan pilihan. Jauh cinta boleh, tapi tetap harus pakai logika!" Ucap Mama lagi.
"Iya Ma. Cinta pakai logika!" Jawab Elena.
Begitulah suasana pagi di dapur keluarga Prasetyo Darmawan setiap hari sebelum memulai aktifitas rutin setiap harinya.
Suara klakson mobil yang saling bersahutan selalu mewarnai hiruk pikuknya jalan raya di Ibukota. Terlihat seorang gadis berkulit putih dengan rambut berponi serta rambut yang diikat ekor kuda baru saja turun dari bis.
"Elena!" Teriak suara cempreng dari arah belakang. "Elena!"
Yang merasa namanya dipanggil langsung menghentikan langkahnya dan melihat ke sekeliling yang terlihat banyak orang.
"Gue di sini!" Teriak seseorang melambaikan tangan dari jarak beberapa meter yang terhalang beberapa orang didepannya.
"Dewi."
"Hai, gue memanggil loe dari tadi," ucap Dewi begitu ada di depan Elena.
"Banyak orang di sini gue tidak mendengarnya," jawab Elena kembali meneruskan langkahnya.
"Gue lihat tadi loe baru turun dari bis. Memangnya loe tidak diantar bokap?" tanya Dewi.
"Kagak! Memangnya kenapa kalau gue naik bis, sah-sah saja!" jawab Elena.
"Iya sih, tapi biasanya loe selalu diantar bokap secara loe itu anak kesayangan. Putri satu-satunya yang takut tergores lecet. Ibarat berlian, loe itu jangan sampai retak rusak dan pecah."
"Jangan ngawur deh kalau ngomong. Gue biasa saja," jawab Elena terus melangkah memasuki gerbang kampusnya.
Cantika tidak pernah menduga, pertemuannya dengan Jaden akan membawanya pada kehidupan yang berbeda. "Jika aku tidak bisa memiliki kamu, maka siapapun yang ada di dunia ini, tidak bisa memiliki kamu!" Ultimatum keras yang dilontarkan Jaden telah membelenggu Cantika pada kehidupan yang tidak pernah sedikitpun dibayangkannya. Akankah, Cantika bisa keluar dari belenggu Jaden yang begitu terobsesi pada dirinya atau justru Cantika yang malah terjebak oleh perasaannya sendiri setelah mengetahui siapa Jaden yang sesungguhnya. Simak, ikuti terus jalan ceritanya sampai akhir!
Pertemuan singkat dengan pria blasteran berwajah rupawan Gideon Bastian telah membuat hari-hari Arlyna Aira tidak tenang. Apalagi ketika mengetahui pria yang selalu ada dalam pikirannya bukanlah orang biasa. "Menyerah? Kamu menyerah?! Hanya karena keadaan, kamu menyerah? Sebesar itukah cintamu padaku?!" Gideon Bastian, pewaris tunggal dari keluarga terpandang mencintai Arlyna dari sejak pertama bertemu, tapi cerita rumit mewarnai setiap langkah dalam kisah kasih cinta yang mereka lalui. Akankah, Arlyna Aira dan Gideon Bastian bisa bertahan dengan cinta mereka? Ikuti yuuuks ,,, kisahnya bersama author. Cerita ini murni dari hasil imajinasi author sendiri untuk seseorang yang sangat spesial dalam hidup author sebagai kado istimewa di hari teristimewa nya ,,,, March01 ~ TianArlyn.
Ketika cinta diabaikan, Ketika cinta tidak dihargai, Ketika cinta dikhianati, Semuanya akan hilang, ketika cinta tidak lagi bermain dengan perasaan. Semuanya akan lenyap, ketika cinta telah kalah oleh logika. Semuanya akan musnah, ketika cinta sudah habis kesabaran. "Aku membencimu! Aku sangat membencimu! Hati istri mana yang tidak tersakiti, jika suami yang telah bersumpah untuk menjaga istrinya di depan Tuhan, lebih mempercayai ucapan orang lain dibandingkan dengan ucapan istrinya sendiri!" "Lalu, aku harus bagaimana?!" Dengan amarah yang tak tertahan serta air mata menggenangi kelopak mata, Adeline menatap tajam wajah suaminya. "Hanya sebesar itukah, kamu percaya padaku?!" "Jangan membuatku berada diposisi yang sulit Adeline!" "Posisi yang sulit?!" Adeline tersenyum kecut. "Ok! Baik, baiklah. Aku akan mempermudah posisimu! Aku akan membebaskan dirimu, hidupmu dan keluargamu! Bayangan dirimu sekalipun, akan aku bebaskan!" "Adeline Shabira! Apa maksudmu?!" Penyesalan selalu datang terlambat, setelah badai besar yang terjadi dalam ikatan pernikahan mereka. Kebenaran mulai muncul satu per satu, tapi semuanya sudah terlambat. Cinta dan kepercayaan telah menguap bersama angin. Hati yang telah mengeras, akankah bisa mencair kembali? Hati yang telah terluka, akankah bisa memaafkan kembali? Hati yang telah kosong, akankah bisa terisi kembali? Note : Bijaklah dalam membaca 18+ Karya ini murni dari hasil imajinasi author sendiri tanpa ada maksud untuk menyinggung unsur manapun atau pihak manapun.
Sinopsis : "Menikah denganmu?!" Qeiza Noura syok. Setelah putus dari pacarnya, Arlando sang sahabat masa kecil tiba-tiba menawarkan sebuah pernikahan. Periodenya hanya satu tahun dan keduanya boleh mencari cinta sejati dimasa itu. Lantas, mungkinkah, pernikahan yang berlandaskan perjanjian akan berakhir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau justru benih-benih cinta mulai muncul di hati keduanya?
Virgolin Asteria, Dokter ahli bedah kecantikan diculik pria asing dari dunia yang berbeda. Dibawah tekanan dan ancaman agar bisa menyembuhkan Ratu yang terluka, Virgolin mengerahkan semua kemampuannya untuk menyembuhkan Ratu demi mempertahankan nyawanya yang di ujung tanduk. Di ujung ketidakpastian hidupnya, muncul secercah harapan. Pintu yang memisahkan antara dunianya dan dunia yang sekarang ditempatinya terbuka, tapi Dokter Virgolin malah terhimpit dilema karena hatinya telah terpaut pada sang penculik, Pangeran Pisceso Helios. Akankah Dokter Virgolin pulang ke tempat asalnya di mana keluarga besarnya tinggal atau tetap bertahan bersama cintanya di tempat yang benar-benar asing baginya.
Love is true, Do you believe that? Only people who have a heart, who know what true love means. "Jika kamu terlahir kembali ke dunia fana ini, apa yang paling kamu inginkan?" tanya seorang pria tersenyum manis menatap lekat wajah gadis berponi yang ada di depannya. "Aku?" "Iya. Apa yang kamu inginkan Arlyn?" Dengan tersenyum manis, Arlyn mengelus lembut pipi kekasih yang sangat dicintainya. "Hanya satu keinginanku." "Apa?" "Jika terlahir kembali, aku hanya menginginkan jatuh cinta kepadamu lagi, lagi dan lagi," jawab Arlyn tersipu malu. Cinta yang begitu indah, Cinta yang begitu sempurna, Cinta yang begitu menggelora, Mampukah seorang Bastian Pisceso dan Arlyna Virgolin menghadapi setiap badai dalam mengarungi kisah cinta mereka? Karena Cinta tidak seindah yang kita bayangkan. Karena Cinta tidak selalu mudah untuk didapatkan.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!