/0/13010/coverbig.jpg?v=3b7d01801eb5d08c94f6905f75278193)
Aluna–wanita yang baru satu tahun dinikahi oleh Ardhan Putra Wijaya, harus mengalami keterpurukan tatkala suaminya mengalami kecelakaan tragis hingga menewaskannya. Dibenci oleh keluarga suami karena dianggap pembawa sial, dikucilkan masyarakat juga diusir oleh orang tua sendiri membuat Aluna beberapa kali mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Namun kematian Ardhan yang menjadi duka semua orang itu malah menjadi suatu keuntungan besar bagi seorang pria berwajah blasteran bernama Brian Stephano Lucas. CEO tampan itu diam-diam mengagumi Aluna sejak dulu. Dan obsesinya untuk mendapatkan Aluna sangat besar hingga ia terus merencanakan banyak hal agar wanita idamannya itu mau menerimanya. "Aku akan meluluhkanmu, Aluna! Meski kau kini seorang janda, namun tak masalah bagiku," ujar Brian sambil menyeringai tatkala tangan kekar itu mengunci tubuh Aluna yang terus saja memberontak dalam kungkungannya. Apakah Aluna akan luluh? Atau malah ia akan semakin membenci sang CEO karena pria itu sangat ambisius, pemaksa dan selalu menghalalkan segala cara untuk mendekatinya?
"Aluna! Apa kau tuli, Haah? Bisakah kau angkat teleponnya!"
Seorang wanita paruh baya dengan dandanan yang hedon berteriak kesal. Bibirnya yang terpoles lipstik merah menyala itu mengerucut saat mendengar dering telepon yang terdengar nyaring tiada henti. Sangat mengganggu dirinya yang sedang serius menonton serial favoritnya itu.
"Lagian siapa sih yang menelpon malam-malam begini. Ganggu saja!" umpatnya lagi.
"Aluna! Cepat dong. Angkat tuh teleponnya. Jangan lelet!"
Nyonya Ratna, Nyonya besar di rumah itu lebih memilih memanggil Aluna yang saat ini sedang mencuci piring bekas makan malam mereka di dapur dari pada mengangkat telepon sendiri yang jaraknya hanya tiga meter saja darinya duduk saat ini. Ia lebih senang memperkerjakan wanita yang tak lain adalah menantunya meskipun ia memiliki asisten rumah tangga.
"Iya, Ma!" Aluna tergopoh-gopoh menghampiri meja telepon yang sejak tadi terus berdering dengan nyaring. Ia tak merasa marah atau kesal sama sekali walaupun ibu mertuanya ini menyuruhnya layaknya seorang pembantu.
Sementara ibu mertuanya fokus dengan layar televisi, ayah mertuanya sendiri sudah masuk kamar. Maklum saja semenjak dirinya sakit-sakitan, ia jadi sangat menjaga pola hidupnya dengan beristirahat yang cukup dan menghindari untuk tidur larut.
Aluna meraih gagang telepon dan berbicara pada seseorang yang terdengar panik di ujung telepon sana.
"Hallo, ini dengan keluarga bapak Wijaya?" tanya seorang pria dengan suara yang tak terlalu jelas. Hujan yang diiringi gelegar petir membuat suara di telepon itu terputus-putus.
"Iya hallo?"
"Apa benar ini dengan keluarga bapak Wijaya?" tanyanya lagi dengan nada yang sedikit ditinggikan.
"Iya benar. Maaf ini dengan siapa?" Aluna nampak penasaran.
"Kami dari pihak kepolisian. Kami berada di lokasi kecelakaan dimana mobil yang dikendarai oleh seorang pria atas nama Ardhan putra Wijaya terperosok ke jurang. Kami telah mengidentifikasi korban tunggal dan telah dinyatakan tewas ditempat."
DUARRRR.
Bagai disambar petir di siang bolong, Aluna mematung dan langsung luruh di lantai. Gagang telepon yang dipegangnya terlepas dari pegangannya hingga seseorang yang ternyata adalah polisi itu terus berteriak memanggilnya di seberang telepon sana.
"MAS ARDHAAAAANN!!!" Aluna langsung menjerit dengan posisi yang terduduk sambil memegangi lututnya.
Semua nampak terkejut. Begitupun dengan Nyonya Ratna, ibu mertuanya langsung menoleh dan menatap bingung pada Aluna yang tiba-tiba menjerit dan menangis histeris.
"Non, ada apa, Non?" Bi Sumi, yang berada tak jauh darinya langsung menghampiri Aluna yang terus menangis sambil memanggil-manggil nama suaminya.
"MAS ARDHAN, BI. MAS ARDHAN...." Aluna tak kuasa melanjutkan kata-katanya. Tangisnya pecah, membuat seluruh penghuni rumah itu kebingungan.
Merasa terganggu, Nyonya Ratna pun ikut menghampiri menantu yang ia anggap aneh itu.
"Dasar wanita aneh! Ada apa sih? Ga jelas banget," gerutunya. Ia meraih gagang telepon yang masih menggantung. Wanita itu menyadari jika sambungan telepon itu masih terhubung. Dengan segera, ia menempelkan telepon tersebut ke telinganya.
"Ya, ada apa? Saya ibunya," sahut Nyonya Ratna ketika ia berbicara dengan seorang polisi yang tadi memberitahukan kabar buruk ini.
Sementara itu, suara tangis tidak terdengar lagi, Aluna tak sadarkan diri. Bi Sumi terlihat sangat panik.
"APAAA? GAK MUNGKIN. GAK MUNGKIN! ARDHAAN, ANAKKU...."
Kepanikan Bi Sumi semakin menjadi-jadi tatkala Nyonya besar pun ikut menjerit lalu tak sadarkan diri seperti Aluna saat ini.
Setelah hampir setengah jam Nyonya Ratna siuman, ia segera memberitahukan kabar buruk ini pada seluruh penghuni rumah.
Tangisan pecah dari semua penghuni rumah ini. Ardan adalah sosok yang paling baik. Bahkan pada semua pelayan di rumah ini, ia begitu ramah dan dermawan. Tentu sikapnya itulah yang membuat semua pekerja di rumah ini menyayanginya. Mereka begitu terpukul atas berita tentang kecelakaan tragis yang menimpa orang baik itu.
"Sebaiknya kita ke rumah sakit, Ma. Papa ingin bertemu Ardhan," ucap seorang pria paruh baya dengan suara yang bergetar. Beberapa kali pria itu memegangi dadanya. Ia juga sempat limbung, untung saja anak bungsunya sigap menangkap ayahnya yang hampir pingsan tadi.
Tuan Agung menguatkan dirinya. Meskipun tak dipungkiri, hatinya terasa tercabik-cabik saat ini. Ardhan adalah anak kebanggaannya. Anak yang mampu mengangkat derajat orang tua hingga mereka bisa menikmati hasil jerih payah dari perusahaan Wijaya yang dulu hampir bangkrut itu. Tapi berkat kecerdasan dan kerja keras Ardhan, perusahaan milik keluarga itu bisa bangkit kembali dan sukses seperti saat ini.
"Ardhan, Pa. Ardhan. Gak mungkin anak kita... Ini pasti salah!" Nyonya Ratna berucap dengan suara yang sudah hampir hilang. Air mata tak hentinya mengalir hingga membuat kedua matanya sembab. Wanita itu memukul-mukul dadanya sendiri. Menahan sakit atas berita kecelakaan dari anak kesayangannya itu.
"Sabar, Ma. Sebaiknya kita ke rumah sakit. Kita berdoa semoga saja polisi itu salah. Semoga anak kita masih hidup," ucap Tuan Agung membodohi diri sendiri. Ia sangat tahu, itu semua mustahil. Dari plat nomor hingga pakaian yang di katakan oleh polisi ditelepon tadi, sudah jelas itu adalah anak mereka.
Kedua orang tua Ardhan akhirnya bergegas menuju rumah sakit bersama anak bungsu yang sejak tadi hanya diam tanpa ekspresi. Ada yang aneh dari putra kedua pasangan itu, ia tak sama sekali mengeluarkan air mata. Padahal sudah jelas, kakaknya yang selama ini banting tulang membiayai kuliahnya hingga lulus itu mengalami kecelakaan yang tragis hingga menewaskannya.
Ketiganya menuju rumah sakit yang dikatakan oleh polisi tadi. Sementara Aluna, gadis itu masih tak sadarkan diri. Ia berada dalam pangkuan Bi Sumi dan pelayan yang lain yang juga sedang berkumpul di ruang tamu dengan wajah yang sembab dan basah oleh air mata.
Hanya Isak tangis terdengar mengiringi sepanjang malam. Semua tak tertidur hingga saat subuh tiba, sirine ambulance terdengar memasuki halaman luas di kediaman Wijaya.
Cuaca mendung dan suasana pilu mengiringi kepergian sosok pria terbaik. Jerit tangis kembali terdengar bersahutan tatkala jenazah diturunkan dan dibawa masuk ke rumah sebelum akhirnya dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya.
**
Hujan deras membasahi pusara yang baru saja ditaburi bunga. Air yang turun dengan petir yang menggelegar kencang seakan mengiringi kepedihan seorang wanita yang kini memeluk nisan tanpa memperdulikan tubuhnya yang kotor dan basah kuyup.
"Mas. Jangan tinggalkan aku, Mas."
Aluna berbicara dengan bibir yang bergetar. Tak menyangka jika sang suami yang malam kemarin masih memeluknya dengan erat di atas pembaringan, kini terbujur kaku tak bernyawa. Pria yang disayanginya itu bahkan pergi meninggalkan dunia ini tanpa mengucapkan kata perpisahan.
Aluna terus tergugu. Tangisannya begitu menyayat hati. Semua yang melihat begitu iba padanya. Gadis malang yang baru satu tahun menikah itu kini harus menjadi janda di usia yang sangat muda.
Beberapa orang yang mengiringi proses pemakaman itu berangsur pulang.
Berbeda dengan yang lain yang merasa kasihan dengan nasib Aluna, seorang wanita berpayungkan hitam tak sama sekali iba melihatnya. Tangannya menarik wanita yang masih tergugu memeluk pusara yang basah dan kotor itu. Pakaian putih itu kini telah tercampur tanah. Aluna tak rela meninggalkan suaminya seorang diri di tanah makam ini.
"Bangun kamu! Jangan sok paling bersedih. Andai Ardhan tak menikah denganmu, mungkin dia tak akan meninggal seperti ini. Kau memang gadis pembawa sial!"
Bersambung....
Warning: 18+ (harap bijak memilih bacaan!) Ini kisah tentang wanita berparas cantik namun memiliki nasib yang sangat buruk, namanya Aletta casandra, gadis cantik dengan postur tubuh perfect yang harus rela di jadikan penebus hutang oleh sang Paman, yang merawatnya sedarai kecil. Kehidupan remajanya di renggut paksa, mau tidak mau harus manjadi budak seks seorang lelaki tampan nan kaya yang merupakan seorang pengusaha muda yang di segani dan ternama, bernama Leonardo Pradungganegara. Lelaki keturunan sultan namun memiliki sifat dan hati yang sangat kejam.
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.