Dengan keberanian Allia melewati jalan itu, karena tidak ada lagi jalan selain itu untuk ke rumahnya.
"Eh bro itu ada cewe cantik. Godain yuk," ajak seorang pemuda pada teman-temannya yang sedang duduk di atas motornya.
Orang yang dimaksud pria itu hanya menatap sekilas gadis itu, orang itu adalah Azzel Adisson.
Ia adalah pemuda paling tampan di sekolahnya, banyak yang mengidam-idamkan dirinya. Tapi ia sama sekali tidak tertarik.
Saat sudah melawati kerumunan orang-orang itu, Allia merasa lega. Dengan cepat ia berlari lebih menjauh agar cepat sampai ke tujuannya
Belum sempat berlari tangannya sudah dicekal oleh seseorang.
"Gue anter," ucap pemuda itu.
Allia langsung menganga saat melihat siapa yang mencekal tangannya itu, Azzel adalah orang terkenal jadi Allia tau karena mereka satu sekolah.
"Em, gakpapa aku bisa-" Belum sempat mengakhiri ucapannya Azzel sudah mendahuluinya.
"Nurut bisa?" tanya Azzel dengan suara dinginnya membuat nyali Allia menciut.
Gadis itu hanya mengangguk, dan mengikuti langkah besar milik pemuda itu sampai ke motornya.
"Gue anterin bocah ini dulu, gue duluan," pamit Azzel pada teman-temannya lalu memberikan sebuah helm pada Allia.
"A-aku gak biasa pake helm" Ucap Allia sambil menunduk, rasanya sangat malu mengucapkan fakta itu.
Azzel menyerit-kan kening-nya.
"Maksud?" tanya Azzel.
Belum sempat Allia menjawab salah satu teman Azzel sudah duluan membuka suara.
"Maklumi aja bos kayaknya anak holkay, biasa naik mobil," ucap pemuda yang menggunakan jeket yang sama dengan Azzel.
Azzel terlihat tampak berpikir.
"Pake aja, dibiasakan mulai sekarang!" ucap Azzel terlihat seperti tidak ingin dibantah.
Akhirnya Allia menurut, sungguh sial dirinya bertemu dengan seorang most wanted sekolah yang memiliki sifat seperti ini.
Selama perjalanan Allia berusaha menahan beratnya helm, sebenarnya tidak terlalu berat namun gadis itu belum terbiasa jadi ia merasa sangat berat.
Ia mulai pusing kepalanya mulai terasa sakit.
"Azzel," panggil Allia dengan suara pelan, ia rasa pemuda itu tidak mendengarkan panggilannya.
Azzel memberhentikan motornya di depan rumah yang sangat mewah, lalu segera menyuruh Allia turun dan membukakan helm gadis itu.
"Ko kamu tau rumah aku padahal aku nggak ngasih tau," heran Allia.
"Hm." Hanya deheman yang dibalas pemuda itu membuat Allia kesal sendiri.
"Makasih, aku masuk ke dalam dulu," pamit Allia belum juga satu langkah berjalan Azzel kembali menahan tangannya.
"Tunggu, mulai sekarang dan seterusnya kita pacaran," Pernyataan Azzel membuat Allia terkejut.
"Em mak-"
"Nggak ada penolakan! Udah sanah masuk. Besok gue jemput."
Dan dari sinilah kisah percintaan Allia di mulai, awalnya memang sangat senang karena siapa yang tidak senang diajak berpacaran most wanted sekolah?
Tapi bagaimana kelanjutan hubungan mereka, apakah akan seperti orang pacaran pada umumnya?
Flashback of
✏️✏️✏️
Pagi ini Azzel terlihat sangat marah karena Allia membuatnya menunggu terlalu lama, Azzel sudah berada di rumah gadis itu sejak 40 menit yang lalu.
Azzel merasa rugi karena membuang waktunya sia-sia hanya karena menunggu gadis itu.
"Lo bisa cepetan nggak sih!" teriak Azzel dari depan pintu kamar Allia.
"Iy-yaaaa" teriak Allia membalas buru-buru.
Semalam ia tidak cepat tidur karena harus mengerjakan PR milik Azzel, bukan hanya satu tetapi ada lima mata pelajaran.
Oleh karena itu ia pagi ini bangun terlambat.
"Udah Zel ayok," ujar Allia yang baru keluar dari dalam kamar.
Azzel berdecak menatap sinis gadis di depannya itu.
"Lo buang waktu gue sia-sia gitu aja tau nggak," ketus Azzel lalu segera turun dan keluar dari rumah Allia.
Allia terdiam sebentar, ia begini juga karena pria itu tapi kenapa- ah sudahlah dari pada harus membuatnya marah lagi lebih baik dirinya segera ikut dengan Azzel.
"Cepetan! lelet banget jadi orang," ucap Azzel yang sudah menggunakan helmnya dan duduk di atas motor.
Tanpa banyak bicara Allia segera memakai helm lalu naik di jok belakang.
Lalu Azzel mulai melajukan motornya.
Jangan tanyakan dimana orang tua Allia, karena Allia sendiri saja tidak tau. Tidak memiliki saudara kandung membuatnya kesepian, karena ayah dan ibunya selalu pergi entah kemana dan hanya meninggalkannya di rumah besar itu dengan uang yang tak ada habis-habisnya.
Sesampai di sekolah, Azzel buru-buru turun dan meninggalkan Allia. Gadis itu mengikuti pacarnya dengan susah payah mengimbangi langkah kakinya.
"PR gue mana?" tanya Azzel saat mereka sudah berada di depan kelas Allia.
Allia buru-buru membuka tasnya lalu memberikan beberapa buku milik Azzel.
"Masuk, awas aja salah. Satu salah dapat hukuman!" ancam Azzel sedangkan Allia mengangguk sedikit ragu.
Ia mengerjakan soal-soal itu dengan susah payah, ia tidak terlalu pintar sehingga membuatnya sedikit ragu.
ia berdoa semoga semua jawabannya benar, dan ia tidak terkena amukan pacarnya ini.
"Iyaaa," jawab Allia lalu segera masuk ke dalam kelasnya.
Di dalam kelas, Allia tidak memiliki teman. Tetapi di luar kelas ia memiliki satu teman, yang bernama Diandra.
Diandra sekelas dengan Azzel, dari situ mereka dekat karena Allia sering ke kelas Azzel dan bertemu dengan Diandra di sana.
✏️✏️✏️
Saat bell istirahat berbunyi, Allia segera pergi ke kelas Azzel untuk melihat berapa nilai Azzel untuk soal yang telah ia kerjakan.
Sesampai di sana ia melihat seluruh murid sudah keluar tinggal Azzel di dalam yang sepertinya pria itu sedang di marahi oleh sang guru.
Melihat itu Allia mulai ketakutan, sepertinya Azzel dimarah karena tugasnya tidak benar. Tapi Allia mengerjakan soal itu dengan sangat baik dan hati-hati.
Setelah guru itu keluar dari kelas, Allia segera berjalan menghampiri Azzel.
"Zel, kenap-"
Brakkk
Allia tersentak kaget saat Azzel membanting tas sekolahnya dengan kasar di atas meja.
"Anjing!" umpat Azzel sambil menatap marah.
"A-azzel," panggil Allia dengan suara bergetar.
"Liat! Lo kerjain ini asal-asalan kan?! Biar gue dimarahin guru?" marah Azzel.
Ia melemparkan satu buku di depan Allia, dan gadis itu segera mengambilnya dan terlihat disana angka nol yang dilingkar dengan polpen merah.
"Ta-tapi aku kerjain dengan baik kok, ini bukan aku yang kerjain tulisannya beda sama punyaku," ucap Allia melihat tulisan itu bukan tulisan tangannya.
"Masih ngelak aja yah lo? Kalo emang Lo kerjain dengan baik terus salah, berarti lo yang bodoh? Hah? Dasar bodoh!!" teriak Azzel lalu segera keluar dari kelas.
Allia yang ditinggal hanya menunduk dengan air mata yang mengalir di pipinya, kenapa Azzel begitu kejam padanya. Sebenarnya ada apa dengan pria itu.
Tbc