/0/15610/coverbig.jpg?v=5884d87cdbf6511a6c5c433179460df6)
Alena rela menjadi pelakor demi memperjuangkan cintanya terhadap Andre. Namun, di tengah-tengah perjuangannya, datanglah orang ketiga bernama Angga yang justru ingin memperjuangkannya. Siapakah nanti akhirnya yang akan Alena pilih?
"Sore, Mas Andre," sapa Alena pada seorang pria yang baru saja menghampirinya di meja kasir.
Pria tersebut bernama Andre. Kedatangan Andre ke toko kosmetik tempat Alena bekerja adalah untuk mengambil barang pesanan sang istri. Belakangan ini Andre kerap kali mampir ke toko kosmetik tersebut hanya sekedar mengambil barang pesanan milik Silvy yang merupakan istrinya.
"Sore, Len. Pesanan Silvy udah disiapin?"
"Udah, Mas. Ini." Alena lantas menyerahkan paperbag yang isinya adalah beberapa kosmetik pesanan Silvy.
Andre lalu melakukan pembayaran seperti biasa. Ketika Andre tengah memasukkan uang kembalian ke dalam dompet, ia tidak sadar kalau sejak tadi Alena kerap kali curi pandang menatapnya.
Bagi Alena, Andre itu adalah laki-laki yang sempurna. Sudah tampan, mapan, dan perhatian terhadap istri. Untuk saat ini Silvy tidak bisa keluar rumah seperti biasa karena wanita itu habis melahirkan dua minggu yang lalu. Jadi tidak masalah kalau Andre sering mampir ke toko kosmetik ini atau ke tempat mana pun ketika sang istri membutuhkan sesuatu.
"Kapan kamu main ke rumah? Nggak ingin gitu, nengokin Shireen?"
Pertanyaan Andre refleks membuat Alena membuyarkan lamunannya. Ia sempat menampilkan raut wajah kaget bercampur bingung. Dan hal ini membuat Andre mengernyitkan dahi.
"Kamu melamun, Len?"
"Akh, e-enggak, Mas. Tadi Mas tanya apa ya? Aku rada kurang dengar."
Andre lantas menertawakan tingkah gugup Alena. Hal ini justru membuat gadis dengan t-shirt ungu itu makin salah tingkah saja. Alena hanya tidak mau Andre mencurigai kalau sejak tadi dirinya sibuk memperhatikan pria tersebut.
"Pertanyaanku tadi jelas banget, loh. Bisa-bisanya, ya, kamu kurang dengar? Kamu lagi melamun apa, hayo? Lagi asyik memandangku terus, kan?" goda Andre. Pria itu hanya menebak. Tanpa ia tahu kalau tebakannya justru sesuai fakta.
"Eum ... a-aku cuma ... aku cuma kagum aja sama Mas. Mas ini perhatian banget jadi suami. Semua perempuan pasti bahagia banget punya suami yang sempurna seperti Mas Andre." Alena memberanikan diri membeberkan tentang rasa kagumnya terhadap Andre. Dadanya makin berdebar saja ketika Andre menyunggingkan senyum tipis sebagai tanggapan atas pujian yang diberikan olehnya.
"Aku pamit dulu, ya? Silvy pasti udah nungguin aku di rumah." Andre beranjak pergi meninggalkan badan toko. Sementara Alena mulai menampilkan raut wajah kecewa karena pria tersebut tidak menanggapi pujiannya tadi. Hanya ditanggapi dengan seulas senyuman saja, bagi Alena itu masih kurang.
Gadis itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Ada beberapa pesanan kosmetik via online yang harus Alena packing karena sebentar lagi kurir ekspedisi akan datang untuk mengambilnya.
"Kalau naksir Mas Andre, bilang aja, Len. Siapa tau Mas Andre punya rencana mau nambah istri lagi," celetuk Fani yang merupakan rekan kerja Alena. Detik ini Fani tengah membersihkan salah satu etalase kaca.
"Aku nggak ada niatan buat jadi pelakor, Fan." Alena yang tengah sibuk packing barang dengan posisi duduk di sebuah sofa dekat etalase, rasa-rasanya malas menanggapi gurauan rekan kerjanya itu.
Alena memang tidak punya niat apa pun untuk merebut Andre dari Silvy. Ia hanya sebatas mengagumi kesempurnaan Andre sebagai seorang lelaki, tanpa ada tekad yang bulat untuk meluluhkan hati pria tersebut.
"Ya, daripada kamu setiap hari kerjaannya mengagumi suami orang terus. Kalau punya perasaan itu, baiknya diungkapkan. Kan kalau Mas Andre balas perasaan kamu, hoki juga, dong, namanya. Nanti kamu dijadiin istri kedua, hidup mewah, jadi nyonya muda, nggak ada ceritanya kekurangan duit lagi, Len. Kalau aku jadi kamu sih, aku akan lakuin apa pun untuk mendapatkan cintanya Mas Andre."
Fani seolah-olah tengah mengompori Alena. Ia justru memiliki rencana, lusa ia akan memberitahu Andre tentang perasaan sahabatnya itu. Niat Fani hanya ingin membantu Alena untuk mendapatkan cinta dan kehidupan yang layak.
"Tapi aku anti, ya, jadi istri kedua. Aku pengennya itu punya pacar yang masih single. Risikonya gede, Fan, kalau macarin suami orang." Alena tetap pada pendiriannya.
Alena telah selesai packing barang. Ia lalu meraih ponsel demi menghubungi kurir yang biasa mengambil barang-barang pesanan ke sini. Belum juga menemukan nomor ponsel kurir tersebut di menu kontak, perhatian Alena terbagi untuk seseorang yang tengah berlari menghampiri sambil memanggil-manggil namanya. Seseorang tersebut adalah seorang wanita yang wajahnya tampak asing di mata Alena.
"Alena. K-kamu yang namanya Alena?" tanya si wanita yang usianya sekitar empat puluh tahun tersebut.
Alena kemudian berdiri dan mengangguk gugup sebagai jawaban.
"Sekarang kamu ikut aku. Tantemu, si Citra, habis kecelakaan, Len."
"T-Tante Citra kecelakaan?! Terus, kondisinya sekarang gimana?!" Alena langsung panik.
"Pokoknya kamu ikut aku sekarang. Supaya kamu tau keadaan Citra sekarang bagaimana," jelas si wanita yang belum Alena ketahui namanya tersebut.
"Udah, Len, sana temui tantemu dulu. Nanti aku bilangin ke bos kalau kamu izin sebentar jenguk keluarga yang lagi sakit," kata Fani.
Alena tak punya waktu untuk banyak berpikir. Ia lalu menurut ketika si wanita yang mengaku sebagai teman tantenya itu, mengajaknya pergi demi melihat keadaan Citra.
***
Mercedes Benz CLS-Class berwarna hitam itu baru saja terparkir di depan rumah megah dan mewah. Di dalam mobil tersebut ada Alena, si wanita bernama Vivin yang mengaku sebagai teman Citra tadi, dan satu lagi seorang pria dewasa yang menjadi sopir.
Sejak tadi Alena sudah mencurigai ada yang tidak beres. Perjalanan yang Alena lalui rasanya cukup jauh dan lama. Langit pun saat ini sudah terlihat gelap. Pikirnya, jika Citra kecelakaan, pastinya saat ini Citra sedang berada di rumah sakit. Tapi kenapa Vivin malah membawanya ke sebuah rumah mewah?
"Tante Vivin. Katanya tante saya kecelakaan, kenapa saya dibawa ke sini?" tanya Alena.
"Sebenarnya tantemu itu memang kecelakaan. Aku yang nggak sengaja menabrak dia, Len. Tapi tenang aja, tantemu lukanya nggak parah, kok. Dia udah diobatin tadi di rumah sakit. Sebagai permintaan maaf, aku membawa Citra ke sini untuk istirahat di rumahku."
Alena tidak sedikit pun menyimpan rasa curiga terhadap penjelasan Vivin. Ia malah bersyukur karena orang yang telah menabrak tantenya itu mau bertanggungjawab.
"Ayo turun. Citra pasti udah nunggu kita di dalam," ajak Vivin.
Alena pun menurut ketika Vivin mengajaknya turun dari mobil. Vivin tak tanggung-tanggung menggandeng tangan Alena dan mengajak gadis itu memasuki halaman rumah.
Di depan pintu rumah Vivin, sudah ada dua orang pria dengan postur tinggi besar yang menyambut ramah kedatangan Vivin. Alena menduga bahwa dua pria tersebut adalah bodyguard di rumah ini.
"Malam, Nyonya," sapa kedua pria tersebut.
Vivin hanya menanggapi dengan senyum tipis. Ia lalu mengajak Alena memasuki rumah dan membawa gadis tersebut ke ruang tamu.
"Silakan duduk, Len," ucap Vivin. Wanita itu memilih duduk terlebih dahulu.
Alena mulai memosisikan dirinya duduk di salah satu sofa empuk di sana. Yang mana, posisi duduknya berhadapan dengan Vivin.
"Rumah Tante bagus, megah lagi," puji Alena.
"Kamu juga bisa punya rumah begini besok, Len. Asal kamu mau bekerja keras."
"Pekerjaan saya cuma jaga toko kosmetik, kalau malam suka nyambi jadi singer cafe, Tan. Gajinya juga nggak seberapa. Mau kerja sampai berpuluh-puluh tahun juga sepertinya nggak akan bisa punya rumah seperti ini," keluh Alena.
"Mulai sekarang, kamu nggak perlu kerja di toko kosmetik atau jadi singer cafe lagi. Kamu kerja sama aku aja, Len. Dalam sehari, kamu bisa dapat puluhan bahkan ratusan juta loh, Len."
Alena membulatkan matanya. Pekerjaan apakah yang dimaksud oleh Vivin?
"Kerja apa, Tan? Gede banget gajinya." Alena semakin antusias saja dengan bahasan Vivin kali ini. Sampai-sampai ia lupa untuk menanyakan keberadaan Citra.
"Kamu cukup jadi wanita malam aja, Len. Aku jamin, kalau kamu bersedia kerja sama aku jadi wanita malam, kamu pasti akan hidup enak setelah ini, Len."
"T-Tante bilang apa tadi? J-jadi wanita malam?" tanya Alena terbata-bata.
Haitsam tidak pernah menyangka kalau ia akan dipertemukan lagi dengan wanita masa lalunya. Seorang wanita cantik bernama Kanaya, yang lima tahun lalu tega meninggalkan Haitsam tanpa pamit. Haitsam hanya tahu kalau Kanaya terpaksa mencampakkannya karena harus menikah dengan pria pilihan orang tua. Setelah lima tahun berlalu, Haitsam tiba-tiba dipertemukan lagi dengan Kanaya dan justru ditakdirkan harus berada di dekat Kanaya setiap harinya. Ia ditugaskan oleh atasannya untuk membimbing Kanaya dalam mengelola perusahaan atasannya tersebut. Haitsam sama sekali tak bisa menolak perintah sang atasan. Hampir setiap hari ia harus berhadapan dengan Kanaya. Ia merasa tersiksa karena perasaan cintanya terhadap Kanaya sedari dulu sampai sekarang masih sama. Namun, sebisa mungkin Haitsam mengabaikan rasa itu karena ia tidak ingin mengkhianati kepercayaan sang atasan yang notabene adalah ayah mertua Kanaya. Bagaimana Haitsam menghadapi hari-harinya yang berat itu? Apa yang akan terjadi jika saja ayah mertua sekaligus suami Kanaya tahu tentang masa lalu Haitsam dan juga Kanaya? Lalu bagaimana perasaan Kanaya saat ini pada Haitsam?
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Awalnya, Krystal hanya meminta pertolongan pada Kaivan untuk meminjam uang demi mengobati adiknya yang sakit. Namun, semua niat Krystal tidak bisa gratis begitu saja. Ada harga yang harus dibayar. Menjadi istri kedua dari seorang Kaivan Bastian Mahendra adalah syarat utama yang harus Krystal lakukan. Hubungan rumit layaknya sesuatu hal yang tak mungkin, mampukah Krystal bertahan?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.
[ Mature Content ⛔ ] [ 21 + ] Penulis : penariang Genre : Romance - Adult Sub - Genre : Sick Love with Angst *** Zhou Zui Yu mengalami kegagalan pernikahan sebanyak dua kali. Tepat sebelum hari pernikahannya dilangsungkan, semua tunangannya akan mundur dengan alasan dia terlalu membosankan. Masyarakat kelas atas menyebutnya sebagai "Burung Gagak" karena kesannya yang penyendiri dan pendiam. Namun, suatu hari, seorang tuan muda bernama Ming Yu dari negara tetangga tiba-tiba saja datang untuk mengajukan lamaran pada Zhou Zui Yu setelah semua rumor yang tersebar. Hingga membuat semua orang tercengang. "Berhentilah, aku tidak berniat menikah dengan siapapun." "Lalu bagaimana jika aku berusaha lebih keras? Maukah kamu memberiku kesempatan?" Secuil kisah, tentang seberapa keras tuan muda Ming Yu berusaha merebut hati keras Zhou Zui Yu. Sampai-sampai melupakan status mulianya sebagai tuan muda terhormat.