/0/15670/coverbig.jpg?v=b5ad7521fe7394570368cf0698fe3372)
Haitsam tidak pernah menyangka kalau ia akan dipertemukan lagi dengan wanita masa lalunya. Seorang wanita cantik bernama Kanaya, yang lima tahun lalu tega meninggalkan Haitsam tanpa pamit. Haitsam hanya tahu kalau Kanaya terpaksa mencampakkannya karena harus menikah dengan pria pilihan orang tua. Setelah lima tahun berlalu, Haitsam tiba-tiba dipertemukan lagi dengan Kanaya dan justru ditakdirkan harus berada di dekat Kanaya setiap harinya. Ia ditugaskan oleh atasannya untuk membimbing Kanaya dalam mengelola perusahaan atasannya tersebut. Haitsam sama sekali tak bisa menolak perintah sang atasan. Hampir setiap hari ia harus berhadapan dengan Kanaya. Ia merasa tersiksa karena perasaan cintanya terhadap Kanaya sedari dulu sampai sekarang masih sama. Namun, sebisa mungkin Haitsam mengabaikan rasa itu karena ia tidak ingin mengkhianati kepercayaan sang atasan yang notabene adalah ayah mertua Kanaya. Bagaimana Haitsam menghadapi hari-harinya yang berat itu? Apa yang akan terjadi jika saja ayah mertua sekaligus suami Kanaya tahu tentang masa lalu Haitsam dan juga Kanaya? Lalu bagaimana perasaan Kanaya saat ini pada Haitsam?
"Selamat pagi, Pak Harry," sapa Haitsam pada bosnya. Sambil membungkukkan badan, pria itu berperan sebagai seorang bawahan yang senantiasa bersikap santun pada sang atasan.
Haitsam Rahandika berprofesi sebagai asistan pribadi Harry Ekawira di kantor. Sang atasan merupakan seorang pemilik sekaligus direktur utama PT WIRA GROUP (sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor).
Haitsam menyambut kedatangan Harry setelah pria paruh baya itu turun dari mobil. Haitsam lalu mengambil alih membawakan tas kerja Harry--kemudian berjalan memasuki badan kantor dengan posisi berada di belakang Harry.
Pria paruh baya berusia enam puluh tahun itu mengulas senyum simpul untuk para karyawan yang menyapanya ketika berpapasan di lantai lobby. Harry merupakan sosok pemimpin yang murah senyum. Ia pun tidak pernah membeda-bedakan bawahan. Karena dirinya menganggap semua pegawainya adalah keluarga.
Haitsam dan Harry saat ini tengah bergerak menuju ruang kerja Harry yang berada di lantai sebelas.
"Oh iya, Sam, nanti setelah jam makan siang, anak sama menantu saya datang ke sini," ucap Harry di sela-sela langkahnya.
Posisi mereka saat ini telah sampai di depan ruang kerja Harry. Haitsam pun dengan sigap membukakan pintu untuk Harry, kemudian mempersilakan Harry untuk memasuki ruang kerja bernuansa pastel tersebut.
"Oh, ya? Wah, kebetulan sekali, Pak. Pak Ramdan tumben sekali membawa istrinya ke sini? Seumur-umur saya bekerja dengan Bapak, saya belum sekali pun bertemu dengan menantu Bapak." Haitsam terlihat antusias menanggapi cerita atasannya.
Harry mulai melepas jas hitam yang sejak tadi ia kenakan, kemudian memberikannya pada Haitsam. Pria itu pun duduk di kursi hitam empuk berkaki lima--yang merupakan kursi kebesarannya.
Haitsam senantiasa berdiri di samping atasannya. Tugasnya memang seperti ini setiap hari. Lelaki muda yang memiliki lesung pipit di pipi sebelah kiri itu sudah tiga tahun ini bekerja pada Harry.
Awal pertemuan mereka, Haitsam kebetulan pernah menolong lelaki paruh baya itu sewaktu hampir dirampok oleh orang-orang jahat. Dari situlah, Harry langsung tertarik pada Haitsam. Ia percaya kalau Haitsam adalah orang yang baik. Harry lalu berinisiatif mengajak Haitsam bergabung di perusahaannya. Tanpa ia duga sebelumnya, Haitsam dengan senang hati menerima tawarannya.
Boleh dibilang, Haitsam adalah kaki tangan Harry di perusahaan. Ia mengerti betul seluk beluk perusaahan milik Harry. Haitsam adalah orang yang paling dipercayai Harry di kantor ini.
"Selama ini menantu saya itu sibuk kuliah di luar negeri, Sam. Jadi, ya, maklum ketika Ramdan berkunjung ke sini, dia tidak ikut serta. Ramdan sendiri juga tipikal orang yang gila kerja. Mengunjungi saya pun kalau sedang ada urusan saja. Tujuan Ramdan tiba-tiba mengajak istrinya datang ke sini karena ada urusan yang penting, Sam. Sebelumnya saya sudah berdiskusi dengan Ramdan. Kami berdua telah sepakat menunjuk istri Ramdan menjadi penerus perusahaan ini. Saya berniat ingin pensiun, Sam."
Haitsam sempat terkejut ketika Harry bercerita kalau ingin pensiun. Sejauh ini bosnya itu tidak pernah membahas masalah pensiun.
"Maaf, Pak, tadi Bapak bilang kalau Bapak ingin pensiun? Maksudnya ... Bapak ingin berhenti tidak mengurus perusahaan ini lagi?" tanya Haitsam penasaran.
"Ya, saya ingin menikmati hidup di sisa-sisa waktu saya. Saya ini sudah tua, Sam. Masa iya, sudah bangkotan begini, saya masih kerja terus? Berhubung Ramdan fokus mengelola perusahaan yang di Jakarta, mau tidak mau, istrinya-lah yang harus mengurus perusahaan ini," jelas Harry.
Harry tidak mungkin memaksakan diri untuk terus-menerus bekerja di usianya yang sudah tidak muda lagi. Ia sudah ingin beristirahat dan menikmati masa tuanya.
"Jadi begini, Sam, saya punya satu tugas buat kamu. Saya ingin kamu nanti bersedia membimbing menantu saya mengurus perusahaan ini," lanjut Harry.
"Baik, Pak. Saya tentu bersedia," sanggup Haitsam. Sebagai bawahan yang patuh, ia tidak mungkin menolak perintah atasannya.
***
Pukul dua belas lebih sedikit, Haitsam menemani Harry meeting dengan seorang klien di sebuah restoran. Mereka berdua pun sekaligus makan siang bersama dengan klien tersebut.
Sambil menikmati jamuan makan siang, Haitsam gunakan waktu untuk menjelaskan prosedur kontrak kerja dengan kliennya. Boleh dikatakan, Haitsam pun juga merangkap menjadi juru bicara Harry. Lelaki berusia tiga puluh dua tahun itu adalah orang yang sangat Harry andalkan. Kepiawaian yang Haitsam miliki dalam mengurus perusahaan, nyaris sebanding dengan anak Harry yaitu Ramdan.
"Untuk pembangunannya, apakah bisa kita mulai awal bulan depan, Mas Haitsam?" tanya Dahlan--seorang klien yang siang ini tengah meeting dengan Haitsam dan juga Harry.
"Kami usahakan pasti bisa, Pak. Kami akan mempersiapkan semuanya dengan matang. Bapak tinggal menunggu hasilnya saja," jawab Haitsam mantap.
"Wah, sepertinya Pak Harry benar-benar tidak salah memilih orang sebagai kaki tangan, ya. Bolehkah saya meminjam Mas Haitsam-nya sebentar untuk ikut bergabung dengan perusahaan saya, Pak Harry?" gurau Dahlan. Ia kebetulan teman dekat Harry--dan sedari dulu mereka berdua sudah terbiasa bergurau.
"Eh, tidak bisa, Bos. Haitsam ini anak emasku. Sembarangan saja kamu, mau main pinjam. Kamu pikir Haitsam ini barang pinjaman?" Harry balas bergurau. Hal ini refleks membuat Haitsam tertawa kecil.
"Loh, yang jadi bahan rebutan malah tertawa. Piye to iki? Sepertinya, selain menjadi seorang pengusaha, kita berdua cocok juga untuk menjadi pelawak, ya, Har?" Lagi, Dahlan makin menjadi-jadi berguraunya.
"Maaf, Pak, saya tertawa bukan karena mengejek, tapi saya merasa terhibur dengan gurauan Bapak. Saya merasa iri dengan persahabatan Pak Dahlan dan juga Pak Harry. Persahabatan dua orang pria hebat yang benar-benar kompak sepanjang waktu," puji Haitsam.
"Hei, jangan asal menilai dulu. Biarpun kami kompak, tapi kami pernah terlibat perseteruan panas, loh, sebelumnya. Saya pernah memusuhi Harry, saat beliau lebih memilih menikahkan Ramdan dengan gadis lain ketimbang dengan putri saya." Dahlan rupanya mulai mengungkit masa lalunya dengan Harry.
"Bukan maksudku tidak mau menikahkan Ramdan dengan Rania, Ferguso. Aku begini karena ada amanah dari mendiang istriku. Jadi begini, sebelum istriku meninggal, dia sudah punya rencana ingin menikahkan Ramdan dengan gadis pilihannya. Aku hanya sebatas menjalankan amanah dari istriku saja," bela Harry. Ia memang semata-mata melakukan semua ini karena ingin mewujudkan impian sang istri--yaitu menikahkan Ramdan dengan gadis pilihan ibunda Ramdan.
"Ya, aku tahu. Aku pun paham. Yang namanya jodoh memang misteri. Ramdan dan Rania sudah pacaran lama, tapi rupanya takdir berkata lain. Ramdan justru berjodoh dengan gadis lain. Itu sama saja Rania menjaga jodoh orang, ya, selama ini?" Gurauan Dahlan kali ini tak sengaja menyinggung perasaan Haitsam.
Ya, Haitsam Rahandika, pernah dalam posisi Rania (anak Dahlan). Lelaki itu dulunya pernah menjalin hubungan dengan Yaya (kekasih di masa lalu). Namun, kenyataan Yaya bukanlah jodohnya.
Yaya lebih memilih menikah dengan pria lain, saat Haitsam tengah mengalami koma lima tahun lalu. Dan sampai detik ini, Haitsam tidak pernah mendengar kabar Yaya lagi. Di manakah gadis itu sekarang? Haitsam selalu yakin, Yaya pasti sudah bahagia dengan pria pilihannya.
Lelaki dengan kemeja abu-abu itu tampak mengusap wajahnya kasar. Ia tak mau larut-larut dalam kepedihan di masa lalu. Haitsam memilih kembali fokus dengan meeting-nya siang ini.
Alena rela menjadi pelakor demi memperjuangkan cintanya terhadap Andre. Namun, di tengah-tengah perjuangannya, datanglah orang ketiga bernama Angga yang justru ingin memperjuangkannya. Siapakah nanti akhirnya yang akan Alena pilih?
“Aduh!!!” Ririn memekik merasakan beban yang amat berat menimpa tubuhnya. Kami berdua ambruk dia dengan posisi terlentang, aku menindihnya dan dada kami saling menempel erat. Sejenak mata kami bertemu, dadanya terasa kenyal mengganjal dadaku, wajahnya memerah nafasnya memburu, aku merasakan adikku mengeras di balik celana panjang ku, tiba-tiba dia mendesah. “Ahhh, Randy masukin aja!” pekik Ririn.
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.