Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Azalea
Azalea

Azalea

5.0
12 Bab
304 Penayangan
Baca Sekarang

Pertemuan Amar dan Azalea membawa kisah indah yang berubah menjadi mimpi buruk. Setiap kenangan seolah menjadi Boomerang yang tak ingin diingat. Foto usang penuh makna seperti musuh yang hanya membawa amarah dan kebencian. Kata perpisahan yang merubah segalanya. Namun aliran waktu perlahan membawa kisah yang baru. Arhan dan Azalea sebuah kisah yang merubah makna pertemuan dan perpisahan. Sebuah kisah yang membawa Arhan dan Azalea pada arti cinta yang sebenarnya. Lantas bagaimana dengan kisah mereka, akankah arhan dan Azalea akan bersatu? Aku, kamu dan masa laluku.

Konten

Bab 1 Ada apa ini

Dia hanya menatapmu, harusnya kau balas menatapnya.

Bukan berharap dan berfikir dia menyukaimu.

~ azalea~

" Lea, lea, AZALEAAAAA KHAIRUNNISAAA." panggil Rara yang sedari tadi tak ada balasan dari sang pemilik nama.

" astaghfirullah ra, bisa ga sih lu gausah teriak teriak. " jawab Lea pelan, karena saat ini Lea sedang menahan rasa malu, karena perbuatan Rara semua orang menoleh ke arah mereka.

" ya habis lo, dipanggil dari tadi sampe suaraku mau habis gini, masih kaga nyaut sama sekali. Lo lagi mikir apa sih le? Kalau ada masalah tuh cerita. Sini cerita ke gue, gua siap kok dengerin semua cerita Lo." Rara bingung, akhir akhir ini sahabat nya itu selalu diam dan sering melamun. Tidak seperti azalea yang ia kenal, Lea yang slalu ceria, heboh dan banyak bicara.

" maaf Ra " jawab Lea singkat.

" Lo kenapa sih le, kalau ada masalah tuh cerita, aku siap kok dengerinnya, dan kalau aku bisa bantu, bakal gua bantu. " ucap rara sambil

menatap Lea sendu. Entah kenapa sahabat nya itu seperti lagi menyembunyikan sesuatu darinya.

Lea hanya diam sembari menatap Rara sendu. Lea bingung apakah dia harus cerita atau tidak, pasalnya tidak ada yang tau tentang perasaan Lea kepada lelaki yang berhasil membuat Lea tertarik dan jatuh hati. Lea memilih memendam sendiri perasaannya dan rasa penasaran nya kepada lelaki yang ia kenal sewaktu masih di pesantren. Bukan gimana gimana Lea hanya masih takut dan trauma akan kisah cintanya kemarin yang sudah usai. Sebuah cinta yang begitu dalam, namun harus selesai karena keegoisan masing masing.

***

Saat itu Lea sedang menuntut ilmu agama di sebuah pesantren yang

terletak di Bandung. Beberapa hari ketika dia masuk di pesantren itu, Lea tak sengaja berpapasan dengan seorang lelaki yang sedang berjongkok dan membujuk seorang anak perempuan untuk makan. Lea syok ketika turun dari tangga melihat ada lelaki di situ, ia lalu menundukkan kepalanya sambil berjalan melewati lelaki itu dengan perasaan yang aneh, jantung nya berdebar abnormal bahkan Lea ngerasa sangat gugup sekali padahal ia hanya melewati nya bukan mengobrol dengannya. Ketika dia sudah sampai di depan pintu asrama barulah dia memberanikan diri melihat ke arah lelaki itu berjongkok, lea tersenyum melihat lelaki itu yang dengan sabar dan telaten membujuk anak perempuan itu untuk makan, Lea tau siapa anak perempuan itu, ia anak bungsu umi pemilik pesantren.

Setelah cukup lama Lea melihat

lelaki itu, Lea lalu masuk ke asrama dengan rasa penasaran akan siapa lelaki itu, apa ia salah satu anak umi atau ia suami dari ustadzahnya, karena rasa penasaran nya cukup besar akhirnya ia memberanikan diri bertanya kepada temannya yang sudah lama berada disini.

" dew " panggil Lea kepada Dewi.

" kunaon le " ucap Dewi menggunakan bahasa Sunda, karena Dewi asli Sunda, beda dengan Lea yang hanya pendatang.

" itu Lo dew, tadi pas aku turun dari tangga aku ga sengaja papasan sama cowo, apa dia suami ustadzah? " tanya Lea memastikan

" ciri cirinya gimana " tanya Dewi

" dia kurus, terus rambutnya botak " ucap lea, yang sontak membuat Dewi ketawa mendengar aku mengatai lelaki tadi botak, pasalnya ia tidak

botak seperti di film Upin Ipin cuma emang cukuran rambut nya aja yang kayak gitu.

" oh itu mah Gus Arhan, itu bukan suami ustadzah, suami ustadzah mah agak gondrong rambutnya terus agak gemuk." ucap Dewi sambil menahan ketawa karena perkataan ku tadi.

" o itu yang namanya Gus Arhan, kalau suami ustadzah yang mana?" tanya Lea lagi.

" nanti juga kamu liat, intinya dia agak gemuk dan rambutnya gondrong " ucap Dewi.

Setelah aku mendapatkan jawaban dari rasa penasaran ku, lalu aku pamit ke Dewi buat ke depan, aku tidak mau bertanya lebih. Aku tidak mau kalau Dewi mikir gimana gimana tentang aku.

***

Itulah pertemuan pertama Lea dengan lelaki itu, yang ternyata dia adalah Arhan Abdul Salim gusnya di pesantren tempat ia menimba ilmu agama.

Semenjak pertemuan pertama itu Lea tidak lagi bertemu dengan Gus Arhan, ia yang sibuk dengan kuliahnya di kota jarang sekali dia pulang.

Sebulan lea disitu, Lea harus pergi ke jakarta untuk berobat. Selama 1 minggu Lea dijakarta, tak sedikit pun dia teringat dengan Gus Arhan. Sampai tiba lea telponan dengan ustadzahnya sekaligus menantu umi, yang menanyakan kapan ia akan kembali ke pesantren.

Di tengah perbincangan, ustadzah memberi kabar bahwa Gus Arhan kehilangan montor juga hp nya. Entah kenapa saat mendengar nama itu, hati Lea kembali merasakan hal aneh seperti waktu pertama kali bertemu dengannya. Lea bahkan sampai bingung dengan dirinya, tapi Lea tak memusingkan nya, bagi Lea amar tetap nomor satu dihatinya. Hati Lea hanya milik amar, lagi pula setelah Lea menyelesaikan mesantrennya Lea akan kembali lagi dengan amar, bertemu dan bersama sama lagi dan mungkin menikah.

" neng tau ga? " tanya ustadzah wati, beliau ini ustadzahnya dipesantren sekaligus menantu umi ayu istri dari pendiri yayasan sekaligus pesantren dimana Lea belajar agama.

" apa teh?" tanyaku penasaran.

" itu montor umi hilang " ucap ustadzah Wati

" motor umi? " tanyaku memastikan.

" iya neng, yang biasanya dipake sama si om." Ucap ustadzah Wati. Om itu panggilan buat Gus arhan dikeluarga besarnya, sebagai contoh buat

keponakan keponakan nya agar terbiasa manggil dia om.

" kok bisa teh?" tanyaku kembali kepada beliau.

" panjang neng ceritanya, nanti weh kalau kamu udah balik ke pesantren " ucap ustadzah.

" iya teh?" ucapku pelan.

Oh iya jadi ustadzah emang maunya dipanggil teteh, jadi kami para santri terbiasa manggil teteh. Bukan ga sopan tapi emang beliau sendiri

yang gamau dipanggil ustadzah.

" yaudah neng kalau gitu teteh tutup ya telponnya, neng sehat sehat ya disana dan kalau udah selesai langsung balik kesini ya. Nih si

adek udah kangen banget sama neng " ucap ustadzah wati.

" iya teh siap, teteh juga ya sehat sehat, salam buat adekk"

ucapku sambil tersenyum.

" iya, assalamualaikum neng"

" waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh teh."

***

Malam ini Lea ada janji buat bertemu amar, sebenarnya ini alasan kenapa ia menolak berobat dibandung dan memilih berobat ke jakarta, agar bisa bertemu amar. Lea rindu sekali dengan amar karena sudah 2 bulan tidak bertemu, ditambah Lea udah masuk pesantren dimana hp 1 bulan sekali dibagikan.

Ia senang dan bahagia sekali bisa kembali ke Jakarta dan pastinya bertemu dengan sang kekasih, tapi kebahagiaan itu tak berselang lama. Semua berawal ketika Lea tau tentang perjodohan amar dari teman lea, ia ngerasa kecewa karena ia tau bukan langsung dari mulut amar melainkan orang lain. Bahkan ketika bertemu beberapa hari lalu Amar tak mengatakan apapun terhadap Lea mengenai masalah perjodohan ini, bahkan amar bersikap biasa aja seperti tak ada apa apa.

Meski amar belum menerima perjodohan itu, tetap saja lea takut akan kehilangan amar. Lea sangat menyayangi Amar, Lea hanya mau menikah dengan amar.

Dan untuk memastikan semuanya, akhirnya Lea memberi pesan kepada amar untuk bertemu sekaligus makan malam bersama.

Sesampainya di restoran yang sudah mereka sepakati, lea pun turun dari mobil grab yang ia pesan dan menuju pintu masuk yang ternyata sudah ada amar yang menunggunya. Amar pun tersenyum hangat dan menyambut sang pujaan hati. Lalu mereka pun masuk dan duduk di tempat yang sudah tersedia. Mereka lalu memesan makanan dan minuman untuk menemani perbincangan mereka. Setelah memesan sembari menunggu pesanan Lea pun memulai obrolan.

" mas boleh aku nanya? " tanya Lea kepada amar ragu, jujur Lea ragu menanyakan hal ini, bagaimana pun dia seorang perempuan yang menurutnya sangat memalukan jika dia bertanya hal ini. Tapi Lea tak perduli, dia harus bertanya dan memastikan agar Lea pun kedepannya tau apa yang harus dia perbuat, apakah dia harus mempertahankan atau memilih pergi. Karena Lea pun tak akan sanggup jika dia harus kehilangan amar. Tapi lebih baik semua jelas diawal daripada mereka terus seperti ini, dan akhirnya berakhir saling menyakiti.

" boleh dong, kenapa sih lu aneh, tiba tiba pakek aku lagi. Kenapa mau tanya apa hmm? " tanya amar kepada Lea.

" bagaimana dengan perasaanmu ke aku hm? Apakah kamu bener bener serius sama aku? Kalau iya. Ayo kita obrolin secara kekeluargaan, kita bawa ke jenjang yang lebih serius, aku siap mas " ucap Lea pelan tapi tegas namun dengan tatapan sendu. Hati Lea sebenarnya hancur banget, lea tidak menyangka amar akan menyembunyikan hal sebesar ini. Ia tak sedikitpun memberi tau Lea, justru orang lain lah yang memberitahunya.

" le, lu tau kan aku belum kepikiran ke arah sana. Aku masih mau selesai in S1 aku, lalu aku mau lanjut ke S2 aku, baru setelah itu aku fokus buat menikah. Untuk saat ini aku bener bener belum kepikiran kesana le " ucap amar pelan, tapi entah kenapa ada sesuatu yang amar sembunyikan dari Lea. Lea hanya diam dan mendengarkan penuturan amar, meski dalam hati Lea sangat kecewa akan jawaban amar. Lea paham betul bagaimana perasaan amar saat ini. Tapi Lea juga ingin tau keputusan amar dalam menyikapi semuanya. Tapi ternyata jawaban amar memaksa Lea yang harus mengambil keputusan, mau tidak mau Lea harus tegas dengan hubungan ini. Lea udah cape seperti ini, amar enggan melepasnya namun juga tak kunjung memberi kepastian. Ia tak bisa terus terusan berada pada hubungan seperti ini, cukup sudah semuanya.

" sudah lah le, sekarang tugas kita itu kerjasama le, a.... " ucap amar yang langsung dipotong oleh Lea.

" maaf mas, aku gabisa. Lebih baik kita saling cuek dan kembali asing aja seperti dulu." ucap Lea tegas meski dalam hatinya sakit banget, ia terpaksa mengambil keputusan ini demi kebaikan semuanya.

" kenapa le, ngapain kita harus kaya gitu cuek cuekan hmm, aku gamau le, udah kek biasanya aja. Sekarang mending kita fokus sama mimpi masing masing dulu, kamu juga sekarang fokus aja sama mesantren kamu, hafalan kamu juga pokoknya gak ada cuek cuekan kayak gitu aku gamau " ucap amar kesal dan ga percaya kalau lea akan mengambil keputusan seperti itu.

" cukup mas, lebih baik kita cuek seperti dulu, agar nanti tidak ada yang menyakiti ataupun tersakiti " ucap Lea diakhiri dengan senyum tipis lalu memilih meninggalkan amar sendirian tanpa memakan sedikit pun makanan yang sudah ia pesan.

Setelah kejadian malam itu, amar berusaha untuk terus menghubungi Lea dan berusaha untuk menyakinkan Lea bahwa semuanya akan baik baik saja.

Tapi tidak dengan Lea, Lea lebih memilih jalan ini. Lea sadar bahwa dialah alasan amar tidak juga menerima perjodohan itu. Lea sayang sama amar tapi Lea lebih sayang dengan uminya amar.

Ia tau karena masalah ini umi amar jadi sering sakit. Umi amar hanya ingin amar menikah agar uminya tenang kalau sudah ada yang bisa jaga amar. Umi amar takut kalau amar sampai melakukan hal hal yang tak seharusnya dia lakukan. Makanya umi amar sangat berambisi untuk mencarikan amar Istri.

Tapi karena aku, amar slalu mencari alasan agar perjodohan itu tidak terjadi. Padahal amar dulu telah menyerahkan urusan mencari istri kepada uminya.

Aku ngerasa kehadiranku hanya membuat amar berubah, tidak seperti amar yang dulu sangat patuh sama uminya bahkan sangat menjunjung tingi syariat agama Islam. Entah apa yang ada dipikiran amar, sehingga amar jadi seperti ini.

Benarkah ini yang dinamakan cinta itu akan membuat seseorang itu bodoh dan benarkah bahwa wanita adalah kelemahan laki laki, harusnya dari awal aku tak menerima tawaran nya, cukup menjadi teman yang saling mengenal saja tapi mau gimana lagi nasi sudah jadi bubur.

2 Minggu setelah kejadian itu Lea memutuskan kembali ke pesantren. Lea bahkan tidak pamit ke amar, karena beberapa hari sebelum Lea kembali ke pesantren. Amar dan Lea sempat bertengkar hebat, ya itu ulah Lea. Lea sengaja membuat masalah agar amar mau bener bener melepaskan Lea dan menerima perjodohan itu. Meski sebenarnya dalam hatinya, lea berharap perjodohan itu tidak pernah terjadi dan nantinya Lea dan amar bisa kembali dan menikah.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 12 Hari hari yang sibuk   02-06 19:01
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY