/0/17239/coverbig.jpg?v=fb9051abfe928fe97b10451bd3259ec7)
Menjadi janda yang memiliki paras cantik membuat Mentari Harsaya menjadi musuh bersama para wanita di lingkungannya. Di sisi lain, Ranggi, seorang berondong pemilik kafe, tidak mau menyerah mengejar cinta Mentari, meskipun sudah ditolak puluhan kali. Mentari yang muak dengan gunjingan dan 'teror' Ranggi akhirnya memutuskan menerima berondong itu. Mentari berpikir suatu hari nanti Ranggi akan bosan setelah mendapatkannya. Oleh karena itu, Mentari tidak pernah serius menanggapi cinta Ranggi. Namun, Ranggi ternyata budak cinta sejati. Lama kelamaan, Mentari terbawa perasaan. Hingga fakta masa lalu terungkap, menjelma badai yang siap menenggelamkan bahtera pernikahan mereka. Apa Ranggi dan Mentari mampu melewati badai itu?
"Saya harap Bu Mentari pergi dari lingkungan ini demi kenyamanan bersama," ucap Bu Wiwin, selaku Bu RT dan perwakilan dari perkumpulan para istri yang merasa terancam dengan keberadaan Mentari.
Mentari sontak menghela napas lelah. Dia sama sekali tidak terkejut dengan pengusiran halus yang baru saja dia dengar. Mentari sudah sering mengalaminya.
"Saya cantik dan awet muda sudah dari sananya. Jadi bukan salah saya jika suami-suami ibu sekalian menyukai saya. Memang suaminya saja yang genit dan suka jelalatan. Saya bahkan selama ini berpakaian sopan," ujar Mentari kesal.
Bu Yuni yang ikut mendampingi Bu Wiwin turut memberikan komentar. "Saya tahu Bu Mentari perempuan baik-baik. Tapi, tetap saja keberadaan Bu Mentari di sini meresahkan para istri."
"Mereka juga sudah membuat petisi, Bu," kata Bu Wiwin seraya menyerahkan selembar kertas yang berisi tanda tangan persetujuan.
Mentari langsung menerimanya. Ternyata memang banyak yang menginginkan Mentari pergi. Mentari sedikit terkejut karena salah satu tetangganya yang sesama janda juga menandatangani petisi itu. Gadis juga ada.
"Sebanyak 85% para istri itu ingin Bu Mentari pergi dari sini. Jadi, saran saya, Bu Mentari lebih baik meninggalkan tempat ini sebelum mereka nekat mengusir Ibu," tutur Bu Yuni.
"Yang benar saja!" Mentari berdecak sebal.
Dia yang tidak meladeni rayuan para lelaki hidung belang itu bisa mendapat kecaman seperti ini. Bagaimana jika Mentari iseng membalas kegenitan mereka? Bukan tidak mungkin akan ada yang mengirim santet kepadanya.
"Kami mohon kerja sama dari Ibu," ucap Bu Wiwin.
Mentari mengepalkan tangannya. Lagi-lagi seperti ini. Selalu dia yang harus mengalah.
Perempuan itu lantas bangkit. "Baiklah. Beri saya waktu untuk berkemas. Bu Wiwin dan Bu Yuni bisa pergi," ucapnya dingin seraya mengulurkan tangan ke arah pintu keluar agar tamunya segera pergi.
Setelah mereka menghilang dari pandangan, Mentari meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah.
"Kita pindah lagi, Bun?" tanya Sasi, putri semata wayang Mentari. Dia pasti mendengar semuanya dari kamar.
Mentari menoleh dan menatap prihatin gadis itu. Sasi juga sudah bosan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Saat baru menempati rumah ini, Sasi meminta kepada Mentari jika hari itu adalah kepindahan mereka yang terakhir.
"Mau bagaimana lagi, Bulanku? Kamu juga ikut terseret masalah ini," ucap Mentari merasa bersalah.
Kemarin Sasi mengadu jika dia dilabrak seorang emak saat pulang sekolah. Emak itu justru melampiaskan amarahnya kepada Sasi dengan melontarkan kata-kata buruk.
Mentari masih bisa bertahan jika hanya dirinya yang dipermasalahkan. Namun, Mentari tidak bisa tinggal diam jika putrinya ikut diganggu.
"Bunda minta maaf karena tidak bisa memberi kehidupan yang nyaman untuk kamu," sambung Mentari.
Sasi menggeleng. Gadis itu lantas berjalan menghampiri Mentari, kemudian memeluknya. "Bukannya Bunda tadi bilang kalau Bunda tidak salah?"
"Bunda takut kamu menyesal jadi anak Bunda."
"Tidak mungkinlah, Bunda. Aku justru bangga lahir dari sosok ibu yang hebat seperti Bunda," ucap Sasi yang menghangatkan perasaan Mentari.
Mentari tersenyum. Sasi adalah alasan Mentari bertahan mengahadapi segala badai ujian. Satu-satunya keinginan Mentari hanyalah membahagiakan Sasi. Sebelum mengurai pelukan mereka, dia mengusap pelan punggung putrinya.
Mentari lalu meminta Sasi mulai mengemasi barang. Sedangkan dia harus mengurus ini dan itu, termasuk mencari kontrakan baru. Tentu bukan hal yang mudah karena tidak boleh jauh dari sekolah Sasi. Anak itu satu minggu lagi akan menghadapi ujian.
Besoknya, saat Mentari masih sibuk mencari info kontrakan di ponselnya, seseorang mengucap salam di depan. Perempuan berusia 34 tahun itu seketika memutar bola mata. Dia langsung tahu siapa yang datang.
"Masalah satu belum hilang, muncul yang lainnya." Mentari menggerutu seraya membuka pintu.
Berbanding terbalik dengan ekspresi Mentari yang menahan kesal, raut wajah tamunya justru berseri-seri. "Selamat pagi menjelang siang, Mbak Tari," ucap pria itu ramah.
Dia adalah Ranggi. Mentari menjadi supplier dessert di kafe miliknya.
"Ada perlu apa, Ranggi?" tanya Mentari tidak ingin berbasa-basi.
"Stok avocado chocolate mousse dan avocado cheesecake sudah kosong, Mbak," jawabnya.
"Kamu bisa menelepon, tidak perlu repot datang ke sini. Lagian, sekarang saya tidak bisa membuat pesanan. Saya sedang sibuk."
"Sibuk apa, Mbak Tari? Apa ada yang bisa kubantu?" Pria itu tetap menunjukkan keramahan meskipun Mentari sudah berusaha jutek kepadanya.
Mentari akan menjawab tidak. Namun, Sasi di dalam justru berseru meminta pertolongan Ranggi untuk membantunya mengangkat dus berisi barang-barang.
"Kenapa dikemas seperti ini, Calon Anak?" tanya Ranggi sambil mengeluarkan dus itu dari kamar Sasi.
Mentari hendak melarang Sasi memberi tahu Ranggi. Sayangnya, Sasi lebih dulu menjawab, "Kita mau pindah."
"Pindah?" Pria itu seketika menoleh Mentari. "Pindah ke mana, Mbak?"
"Bukan urusan kamu."
"Menjadi urusan aku, dong, Mbak. Mbak Tari, kan, supplier utama dessert di Ravocado," ucap Ranggi.
"Tenang saja. Saya tidak akan pindah ke luar kota," kata Mentari.
"Kalau tidak diusir Paguyuban Istri Takut Ditinggal Suami, kita juga tidak akan pindah, Om."
"Sasi!" Mentari memberi tatapan peringatan kepada putrinya itu.
"Kenapa, sih, Bunda? Siapa tahu Om Ranggi bisa membantu kita mencarikan tempat tinggal yang baru. Di kompleksnya, mungkin."
"Ngaco di kompleks!" Mentari menolak mentah-mentah ide itu.
"Tapi, Bun. Kalau kita tinggal di tempat yang orang-orangnya individual, telinga kita dingin dari nyinyiran tetangga."
"Sasi benar, Mbak Tari," ucap Ranggi.
"Uangnya mana tinggal di kompleks?"
"Mbak tidak usah khawatir. Aku siap membantu."
Mentari langsung mengibaskan tangan tanda tidak setuju. "Lebih baik kamu pulang, Ranggi. Nanti malah mengundang fitnah. Hidup saya sudah terlalu banyak masalah."
"Bagus, dong, kalau kita digerebek warga terus disuruh nikah." Ranggi justru tersenyum menyebalkan.
Mentari mendengkus. Apa tidak ada pria waras di sekelilingnya? Kata siapa disukai banyak orang itu menyenangkan? Mentari justru merana karena hal itu membuatnya selalu berurusan dengan Paguyuban Istri Takut Ditinggal Suami. Garang-garang, pula!
"Aku setuju," seru Sasi yang membuat Mentari langsung memelototinya.
Anak itu kembali berujar, "Kalau Bunda punya suami, Bunda akan terbebas dari julukan janda gatal, janda penggoda, janda ini-itu. Lelaki hidung belang di luar sana juga pasti berpikir dua kali sebelum mengganggu Bunda."
Ranggi manggut-manggut. "Nikah saja denganku, Mbak. Sudah dapat lampu hijau dari Sasi."
Mentari tidak menjawab. Menikah? Mentari sudah memutuskan tidak akan menjalin hubungan lagi dengan pria mana pun. Mentari tidak percaya ungkapan cinta yang pernah dia terima, apalagi dari Ranggi yang lebih muda darinya.
"Hei, pelakor! Sundal! Keluar kamu!"
Tiba-tiba terdengar seruan yang membuat ketiganya menoleh ke arah jendela.
"Bunda, ada apa lagi, sih, ini?" tanya gadis itu. Keterkejutan sekaligus cemas tergambar jelas di wajahnya.
"Tidak ada habisnya, ya, mereka itu!" Mentari bergumam geram. "Sasi, kamu tunggu di dalam. Tolong jaga dia, Ranggi." Mentari melepaskan pelan pegangan Sasi di lengannya.
Setelah mengembuskan napas kasar, Mentari melangkah membuka pintu. Dia belum melihat dengan jelas siapa yang sudah membuat keributan saat sesuatu melayang ke arahnya.
Mentari tidak sempat menghindar. Dia harus merelakan kepala, wajah, dan dadanya dilempari telur berbau busuk.
"Kamu pantas mendapatkannya, wanita jalang!"
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Aku bingung dengan situasi yang menimpaku saat ini, Dimana kakak iparku mengekangku layaknya seorang kekasih. Bahkan perhatian yang diberikan padaku-pun jauh melebihi perhatiannya pada istrinya. Ternyata dibalik itu semua, ada sebuah misteri yang aku sendiri bingung harus mempercayai atau tidak.
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.