/0/17969/coverbig.jpg?v=3e9172146b3859fb54fd204ae1ca2074)
Mencintai seorang Devan bagi Yasnina adalah sebuah anugerah, namun perasaannya bertepuk sebelah tangan. Hati Yasnina hancur tatkala mendengar kabar pernikahan Devan. Kemarahan akhirnya membuat Yasnina nekad menjebak Devan dalam hubungan satu malam sehari sebelum pernikahan pria itu. Apakah dengan begitu Yasnina akan mendapatkan cinta dari Devan? Atau membuatnya kian jauh dari pria itu?
Silau cahaya matahari membangunkan Devan dari lelapnya. Kepalanya terasa pusing sampai-sampai tangannya terangkat memijat keningnya. Pengar masih terasa dari sisa-sisa alkohol semalam. Seketika Devan terlonjak kaget tatkala menyadari dimana dirinya sekarang berada. Pikirannya kalut bukan main melihat seorang wanita yang masih terlelap di sisinya. Sedikit ingatan semalam berkelebat dalam benaknya. Nafasnya naik turun akibat sesak yang kini menderanya.
Tubuh tanpa helai kain itu gemetar ketika dibawa turun dari ranjang. Sempoyongan memunguti pakaiannya yang berserakan, lalu mengenakannya dengan terburu-buru. Apa yang terjadi semalam bukanlah sesuatu yang Devan inginkan. Hatinya bukan lagi sesak, namun sakit menderanya. Devan tersentak ketika suara wanita yang semalam tidur dengannya terdengar.
"Masih pagi, Van."
Perasaan yang kacau, amarah yang menggebu membuat Devan nyalang menatap wanita itu. "Demi Tuhan, Yas! Kenapa kamu menjebak aku seperti ini?"
Yasnina turun dari tempat tidurnya hingga membuat Devan memalingkan wajahnya. Yasnina terkekeh sambil menyambar baju yang dilempar asal semalam. "Ini enggak akan terjadi kalau kamu sekali saja kasih aku kesempatan."
"Harus aku bilang berapa kali cinta bukan sesuatu yang bisa dipaksakan."
Jawaban Devan membuat Yasnina murka. Dia mendekati pria itu. "Kurang apa aku selama ini? Kita kenal dari SMP, tapi kamu selalu memilih perempuan lain, lalu tiba-tiba kamu bilang ingin hijrah dan serius dengan satu gadis. Selama itu kamu enggak mikirin perasaan aku, Van."
"Cara kamu tetap salah! Kamu sudah membuat aku berzina!"
"Bukannya kamu selama ini juga sudah beberapa kali berpacaran, pasti sudah pernah dong?"
"Demi Tuhan! Aku tidak pernah melakukan hal menjijikan seperti semalam!"
Yasmine hanya tersenyum. Dia melangkah mengambil rokok di atas meja, lalu duduk dengan menopang satu kakinya di atas kaki lainnya. "Aku enggak masalah kamu mau pacaran dengan siapapun, atau kamu hijrah, tapi mendengar kamu akan menikah itu membuatku kacau. Aku enggak bisa membiarkan wanita lain memiliki kamu."
Devan geram bukan main. Yasnina yang sekarang dihadapinya bukan lagi gadis lugu yang pernah dia kenal dahulu. Yasnina sangat asing baginya. "Awalnya aku ingin meminta maaf dengan tulus, tapi setelah kejadian ini rasanya aku pikir tak perlu lagi minta maaf. Aku kecewa atas tindakanmu."
"Tapi kamu menikmatinya, Sayang."
"Menjijikan!" saat Devan hendak keluar, pria itu dibuat kesal karena kamar tersebut terkunci. Membuat Devan kembali menatap Yasnina. "Buka pintunya."
"Kamu benar-benar enggak bisa melihat aku sebagai wanita yang mencintaimu, Van?"
"Bukan cinta kalau menjerumuskan seperti ini. Itu obsesi!"
Yasnina mematikan rokoknya, menekan puntungnya di atas asbak kaca. "Aku pernah meminta baik-baik, aku menunggu kamu dari SMP sampai sekarang, lalu kamu? sekalipun enggak pernah menganggap perasaanku. Aku temani kamu dari susah sampai kamu punya kedudukan, tapi kenapa kamu harus menikah dengan wanita lain! Kenapa enggak lihat aku!"
Kuat suara teriakan Yasnina terasa menggema di dalam kamar. Mata wanita itu berkaca-kaca menatap Devan. Hatinya terasa perih ketika mendengar kabar pernikahan Devan. Dunianya runtuh seolah-olah tak pernah ada lagi harapan untuknya bisa memiliki Devan.
Kembali Yasnina berkata. "Aku yang selama ini di sisi kamu. Aku enggak pernah pergi bahkan saat kamu berada dalam kondisi terburuk. Waktu kamu bilang kamu mau hijrah, aku senang mendengarnya. Aku enggak masalah waktu kamu ambil jarak dari aku dengan alasan hijrah, tapi.... Aku enggak terima ketika kamu bilang akan menikah dengan wanita lain."
Mungkin ini adalah untuk yang kedua kalinya Devan melihat Yasnina menangis. Wanita di hadapannya itu selama ini selalu tegar tersenyum, sekuat tenaga tak terlihat lemah di mata siapapun termasuk dirinya.
"Yas..."
"Kamu bilang kamu enggak mencintaiku, apa sekarang kamu mencintai calon istrimu? Kamu ta'aruf, kan dengannya? Kenapa kamu mau menikah dengan wanita yang enggak kamu kenal sebelumnya? Kenapa enggak dengan aku? Kalau perihal cinta enggak cinta, seharusnya kamu bisa kan belajar mencintai aku seperti kamu yang belajar mencintai calon istrimu itu?"
Devan bungkam untuk sesaat, sebelum akhirnya memilih menghentikan perdebatan mereka ketika matanya melihat kunci kamar di atas meja rias. "Tolong jangan beritahu siapapun atas apa yang terjadi semalam di antara kita."
"Kalau aku hamil?"
Langkah Devan berhenti. Tak menjawab pria itu memilih membuka kuncinya dan pergi begitu saja meninggalkan Yasnina yang terduduk lesu menangis. Dia meraung karena lagi-lagi perasaannya diabaikan.
***
Devan duduk dalam hening di dalam mobilnya. Belum mau melangkah keluar menghadapi keluarganya yang sekarang tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya besok dengan wanita baik-baik yang dikenalnya secara ta'aruf. Sudah jauh melangkah dengan Saskia, terlalu mustahil dibatalkan meski kesalahannya semalam sangatlah fatal. Seharusnya Devan tak menerima tawaran pesta bujang yang diadakan kawan-kawannya, sedangkan dia tahu bahwa itu bukan ajaran agamanya, namun dengan dalih menghormati dan menghargai kawannya Devan akhirnya tetap datang.
Sekarang Devan mengerti mengapa sepasang calon pengantin harus dipingit. Bukan serta-merta sebuah adat, namun juga untuk melindungi keduanya dari hal-hal buruk yang bisa saja terjadi seperti semalam. Devan menyesal karena tak mendengarkan apa yang dikatakan mamanya. Dosanya sekarang bertambah-tambah meninggalkan sesak di dadanya. Devan menangis dengan bahu bergetar hebat. Sakit bukan main rupanya mengkhianati Tuhannya sendiri, dan juga calon istrinya. Sungguh bukan ini yang Devan harapkan dari hijrahnya selama ini..
Tok! Tok!
Kaca mobilnya diketuk menyadarkan Devan. Segera dia menghapus air matanya. Dilihatnya sang adik di luar. "Ada apa, Tha?"
"Abang enggak mau turun? Disuruh mama makan tuh!"
"Iya."
Devan keluar dari mobilnya. Dia mengusap puncak kepala Agatha dengan sayang. "Semuanya sudah siap?"
"Ya sudah dong. Lagian Abang aneh-aneh aja, calon pengantin kok keluyuran. Nenek sama eyang marah-marah tuh! Nyerocos aja dari semalam! Mama sama papa diomelin tuh sama dua-duanya!"
"Sama kayak kamu nyerocos aja."
"Ish! Dikasih tahu juga malah ngeledek," Agatha yang kesal memilih segera berlalu dari sisi kakaknya itu. "Ayam gorengnya buat aku semua ya, Bang!" serunya kemudian ketika dekat dengan pintu masuk.
Devan tersenyum kecil melihat tingkah adik perempuannya. Jilbab lebar yang dikenakannya tidak serta-merta membuat Agatha menjadi anggun, ya setidaknya di luar rumah Agatha masih bisa menjaga sikapnya. Saat Devan masuk semua orang di dalam memandangnya. Terutama nenek dan eyangnya. Sarjita-mamanya menyongsong kedatangan Devan.
"Katanya enggak pakai nginap? Katanya sebentar, ini apa? Kenapa kamu baru pulang sekarang?"
"Maaf, Devan ketiduran di rumah Jeffano."
"Temen kamu yang kayak preman itu?" tanya nenek dari tempatnya.
Devan melihat wanita berkebaya merah itu dengan senyum. "Nenek masih aja enggak suka sama Jeff."
"Jelas saja, diakan yang dulu suka ngajakin kamu bolos sekolah? Berteman itu jangan sama begundal, enggak beres nanti hidup kamu."
Membicarakan Jeffano membuat pikiran Devan tertuju pada temannya itu. Jeffano adalah yang paling ingin mengadakan pesta bujang, dan memaksanya. "Mah, Devan ke kamar dulu ya. Mau istirahat."
"Iya, tapi habis dzuhur bangun ya. Kita mau pengajian."
"Iya."
Segera Devan memasuki kamarnya. Dia harus bicara dengan Jeffano, harus tahu pula siapa yang terlibat semalam hingga dirinya berakhir tidur dengan Yasnina.
Alyssa melarikan diri dari para penagih hutang ayahnya. Bermodalkan sepucuk surat gadis itu berakhir di kediaman Assa Zachary yang menurut surat tersebut bisa membantu Alyssa melunasi hutang-hutang ayahnya. Sayangnya harapan itu tampak semu bagi Alyssa ketika dia berakhir ditahan di kediaman Assa. Apakah Alyssa akan bertahan menunggu Assa memenuhi janjinya? atau justru Alyssa semakin terjebak dalam kehidupan Assa yang penuh misteri?
Reina disebut pembawa sial, diasingkan oleh keluarganya dan jauhi oleh Shiela saudara perempuannya. Namun Reina bertahan karena amanah dari mendiang ayahnya. Hingga dia bertemu Riga yang membawa warna dalam hidupnya. Seseorang berusaha melenyapkan Riga agar Reina tetap disebut si pembawa sial. Kecurigaannya muncul pada orang-orang terdekatnya, akankah Reina percaya pada mereka? Atau justru mengakui bahwa dirinya penyebab kematian orang-orang terdekatnya. Reina harus mengungkap kebenarannya!
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!