/0/18467/coverbig.jpg?v=b902f1f6a225efeed3093541e2ca7f28)
"... Akui saja kalau suka padaku!" "Mana mungkin aku suka gadis ingusan sepertimu?" Sudah tiga tahun, Leina menjadi asisten Arsen, detektif yang biasa menangani kasus berat dimana polisi tak bisa ikut campur. Selama itu pula, wanita dua puluh tahun itu memendam rasa cinta. Tetapi, perbedaan usia yang cukup jauh selalu menjadi alasan Arsen enggan mengaku cinta kepada Leina. Dia juga sadar diri kalau memiliki banyak musuh akibat pekerjaan berbahayanya. Karena itulah, dia tak mau menjalin hubungan serius dengan siapapun. Leina tidak peduli dengan semua itu. Dia tetap ingin memperjuangkan cintanya. Namun, sikap Arsen yang terus-terusan menghindar membuatnya sakit hati. Di sisi lain, musuh-musuh juga mengetahui kelemahan Arsen yaitu Leina. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang akan dilakukan Arsen? Bagaimana hubungan mereka selanjutnya?
"Kenapa kamu tidak mau membantuku?"
"Kamu lihat sendiri. Aku sibuk."
"Sibuk apanya? Kamu cuma baca koran sejak pagi!"
Tidak ada jawaban.
Kerutan di kening Leina makin banyak, membuktikan betapa kesal dia melihat Arsen, pria tiga puluh tahunan yang duduk santai membaca koran di balik meja kerjanya.
Leina sudah setengah jam berdiri di hadapan pria itu, mengomel tanpa henti. Akan tetapi, dia masih tak dipedulikan.
"Arsen! Kamu beneran tidak mau membantu sekalipun aku yang minta tolong!" teriaknya.
"Tidak."
"Keterlaluan!" Leina mengamuk sampai menggebrak meja. Gebrakan tersembut sampai membuat tumpukan buku di pinggir meja berjatuhan.
Arsen menghela napas panjang, lalu melipat korannya dan ditaruh di meja. Dia mengangkat wajah sehingga bisa melihat raut wajah marah sang asisten itu.
Seperti biasa, dia selalu memperlihatkan sorot mata acuh dan datar. Tidak ada seorang pun yang paham apa yang dia pikirkan.
"Kamu benar-benar tidak punya hati, aku kecewa padamu!" lanjut Leina dipenuhi perasaan murka. Dia menuding pria itu, lalu menuduh, "aku tahu kenapa kamu tidak mau membantuku ... Kamu diam-diam menerima permintaan kasus dari Serena, iya 'kan?"
"Memang iya."
"Kenapa kamu mau menerima permintaannya?"
"Kamu sendiri yang bilang kita tidak boleh pilih kasih klien, Serena menyewa jasaku, jadi apa salahnya?"
"Dia 'kan juga detektif, kenapa selalu saja minta tolong kamu yang menyelesaikan kasusnya? Kalian itu bukan rekan kerja!"
"Kali ini dia bukan ingin menyelesaikan kasus orang lain, tapi dia yang dalam masalah. Karena itulah dia menyewaku jadi bodyguard."
"Dalam bahaya apanya! Kamu cuma mau berdekatan dengannya saja!"
"Sudahlah, jangan mengomel terus. Lebih baik kamu buatkan aku kopi, oke?"
Leina seperti ingin menangis. Dia marah, cemburu, semuanya jadi satu. Kepalanya menggeleng tidak percaya- ternyata Arsen lebih memilih membantu saingan bisnis mereka ketimbang dirinya sekarang.
Arsen bertanya, "kenapa kamu melihatku seperti itu?"
"Padahal aku yang meminta tolong, aku asistenmu 'kan? Tapi kamu selalu mementingkan detektif wanita itu."
"Apa ini sikapmu kalau meminta tolong? Barusan menggebrak meja, lalu mengomeliku?"
Tak ada sahutan dari mulut Leina. Rasa cemburu terhadap Serena terlalu memenuhi hati dan pikirannya.
Arsen berdiri dari tempatnya duduk. Setelahnya, dia memutari meja, mendekati sang asisten itu.
Dia menyentuh dagu Leina, dipaksa agar menatap wajahnya. Dengan suara pelan, dia berkata, "oke. kamu bilang kamu mau minta tolong? Kalau begitu coba minta tolong dengan lebih lembut."
Napas Leina tertahan. Berdekatan dengan Arsen sangat mendebarkan jantung. Jarang sekali pria ini memperlakukannya begini. Di posisi begitu, wajah mereka begitu berdekatan.
Wajah tampan mempesona, sorot mata yang begitu menawan. Itulah yang dipikirkan oleh Leina saat menatap Arsen. Sudah tiga tahun dia bekerja untuk pria itu, dan selama itu pula- dia mencintainya.
Arsen tersenyum. Dia berkata lagi, "Kenapa diam saja? Apa lidahmu mendadak kaku? Sesekali kalau mau minta tolong itu jangan berteriak-teriak ini, coba dekati aku, lalu rayu aku ... aku akan membantumu."
Untuk sesaat, Leina merasa terbang mendengar kata manis itu. Terlebih senyuman Arsen begitu membiusnya.
Apa Arsen menggodanya? Apa pria ini menyukainya?, Itulah yang terlintas di pikirannya
Tetapi, kemudian dia sadar- Arsen memang perayu handal. Dia tidak merayu orang lain karena menyukainya, melainkan untuk mendapatkan informasi atau menenangkan orang yang sedang marah.
Iya, seperti dirinya yang tengah emosi sekarang, tentu saja Arsen akan merayu.
Leina mendorong dada Arsen, enggan melihat wajahnya. "Jangan menggodaku!"
"Sudah kuduga, kamu tidak bisa berkata manis."
"Bagaimana bisa aku berkata manis? Kamu saja tidak mau membantuku. Tapi, kalau urusan Serena selalu nomer satu."
"Kerjasama dengan Serena itu penting, dia punya akses informasi di kepolisian."
"Jangan bohong, bilang saja kalau kamu memang suka padanya! Akui sekarang!"
"Kenapa pembicaraan kita jadi melebar begini?"
"Pasti sebentar lagi kamu akan ke rumahnya. Iya 'kan?"
"Apapun yang kulakukan, itu adalah urusan pekerjaan."
Leina menahan emosi. Perasaan cemburunya semakin besar dan besar saja. Dia memang tidak punya hak melarang Arsen kemanapun, tapi tetap saja- dia tidak terima.
Dia menatap mata pria itu dengan serius. "Sekarang jawab saja, apa kamu mau membantuku atau tetap memilih menangani kasus Serena?"
"Serena sedang dalam bahaya, dia diincar oleh pembunuh bayaran. Aku harus melindunginya sementara."
"Intinya kalau dia yang dalam bahaya, kamu lebih mementingkannya? Bagaimana kalau aku yang dalam bahaya?"
"Bahaya apa? Kamu cuma mau buang-buang waktu saja 'kan?"
"Aku mau menyelamatkan anak mendiang temanku yang diculik. Bagaimana kalau dia dibunuh? Sampai hati kamu bilang aku buang-buang waktu?"
"Penculikan itu kasusnya polisi, laporkan saja sana. Kita tidak mengurus kasus beginian."
"Jadi, kamu tidak mau membantu?"
"Tidak mau."
Dada Leina sangat sakit mendengar penolakan itu. Dia merasa sangat kecewa sekaligus marah.
"Sudah cukup! Aku tidak akan meminta bantuanmu lagi!" Dia segera pergi dari ruangan itu, lalu membanting pintu dengan keras.
Setelah beberapa saat wanita itu pergi, pintu toilet di ruangan itu terbuka. Terlihatlah, seorang pria seumuran dengannya berjaket hitam keluar.
Dia berkata, "wah, Leina kalau mengomel seram sekali. Aku sampai tidak berani keluar toilet dari tadi."
Arsen melihat ke pintu yang barusan dibanting Leina. Sorot matanya berubah sedih.
"Tapi, Arsen, tega sekali kamu. Kenapa tidak membantunya saja?"
"Apanya yang dibantu? Leina itu bohong, cuma mengarang saja untuk cari perhatian. Dia selalu begitu kalau aku membantu Serena."
"Sudah jelas 'kan alasannya? Dia cemburu, loh. Jangan jahat-jahat begini. Kenapa kamu tidak mau perhatian sedikit padanya? Apa nunggu dia pergi dulu baru kamu sadar?"
"Hans, jangan dibahas." Arsen menoleh. Dia enggan membahas Leina, jadi bertanya, "jadi, bagaimana penyelidikanmu? Siapa yang mengincar Serena?"
"Aku sudah kirim berkasnya ke alamat e-mail-mu. Coba lihat."
Arsen mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Dia melihat kiriman e-mail dari Hans. Ada foto seorang pria misterius di dalam berkas itu.
"Mereka sampai berani menyewa pembunuh bayaran seperti ini, Serena serius dalam masalah," katanya.
***
Samuel Adinata adalah CEO jaringan hotel Royal Adinata yang tersohor, suami yang baik bagi Elena sekaligus ayah yang bertanggungjawab untuk Eliott. Di mata orang, pria ini sangat menyenangkan, ya~ sebelum rahasianya satu per satu terungkap. Bukan perselingkuhan yang menjadi masalah utama di kisah ini, tapi alasan dibalik kesempurnaan seorang Samuel. Mengapa dia begitu baik di mata sang istri? Apakah itu tulus atau hanya peran "suami sempurna" ? Dan, ketika Elena tahu kebenarannya, dia menjadi murka, "kamu menikahiku untuk memanfaatkanku saja?!"
"Papa lebih peduli sama istri sampah Papa ketimbang Elitta!" "Siapa yang kamu sebut sampah!" "Wanita jalang yang ada di dekat Papa itu, siapa lagi?" "Elitta! Jaga mulut kamu!" *** Semua pria yang mencintai Elitta selalu direbut oleh teman masa SMA-nya dulu, Vivian. Dari pacar, tunangan, bahkan ayahnya pun telah direnggut. Setelah pernikahannya dengan sang tunangan batal, Elitta terpaksa menikahi pria lain atas permintaan sang ayah. Vivian bahagia berpikir Elitta menikah dengan orang yang dipikir pria kampung miskin. Itu membuatnya merasa menang. Akan tetapi, dia baru sadar ternyata pria yang dinikahi Elitta adalah Vito Vincent Ravello, CEO jaringan Ritel Supermarket Sunmart. Pria itu adalah mantan pacarnya yang dibuang setahun silam karena dikira miskin. Dia berniat merebutnya dari Elitta. Bisakah Elitta mempertahankan rumah tangganya sekarang? Apa dia sanggup mempertahankan Vito dari Vivian kali ini?
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.