/0/19119/coverbig.jpg?v=ab40877559a2420541646eae6d334972)
Aruna, seorang gadis berusia 25 tahun baru saja putus dari kekasihnya tepat tiga tahun usia hubungan mereka. Aruna sudah bisa menebak kalau hal seperti ini akan terjadi setelah dia tahu kalau kekasihnya memiliki wanita lain yang tidak lain adalah teman sekantornya. Tak mau dianggap perempuan lemah yang seolah dunianya akan runtuh pasca putus dari laki-laki buaya itu, Aruna mencoba menanggapi kalimat putus dari kekasihnya dengan sangat santai. Walau pada saat pulang ke rumah dia tetap menangis sesenggukan juga. Nella sang sahabat yang juga baru putus minggu lalu menjadi saksi hidupnya. Bersama Nella. Aruna mencoba mengobati luka hatinya dengan segala cara. Dia juga merasakan domino effect setelah putus. Mulai dari masuknya beberapa nomor tak dikenal yang mengajaknya berkenalan hingga munculnya kembali sang cinta pertama yang belum kelar. Belum lagi tuntutan dari keluarga pihak Ayahnya yang memintanya untuk segera menikah, dan berujung dijodohkan hingga dicomblangi oleh para sepupunya dengan para stranger dengan tabiat yang sangat random. Move on yang nyaris berhasil kembali dikacaukan oleh kemunculan sang mantan. Aruna tentu tak akan goyah semudah itu, di tambah lagi Nella yang selalu mencecarnya dengan ungkapan 'jangan kembali ke masa lalu jika tak ingin disakiti untuk kedua kalinya.' Kira-kira jawaban seperti apa yang akan Aruna berikan? Akankah dia mengabaikan ucapan Nella dan kembali pada masa lalunya? Atau memulai hubungan baru dengan orang yang baru juga? Atau mungkin ... tidak keduanya?
"Kita udahan ya."
"Ok," sahut Aruna santai. Cewek berkulit kuning langsat ini terlihat sudah mengetahui hal itu sebelumnya.
Hening sejenak.
"Kamu nggak tanya alasan aku apa?" tanya laki-laki berperawakan tinggi itu dengan raut wajah heran.
"No," jawab Aruna lagi. Mata almond coklat terangnya tampak memancarkan keseriusan dari jawabannya.
"Kamu beneran nggak pengen tahu?"
"Iya."
"Kamu nggak kecewa atau sakit hati gitu?"
"Pertanyaan kamu telat. Aku sudah kenyang dengan semua perasaan itu, sejak aku tahu kamu selingkuh sama Julia."
Yup ... sesimple itukah respon Aruna di momen berakhirnya hubungannya dengan Aji. Cowok yang selama 3 tahun terakhir menjadi kekasihnya. Cowok yang pada awalnya sangat dia percaya kini berubah menjadi sangat mengecewakan.
Cowok yang ... ahhh sudahlah. Aruna muak membicarakannya.
Dia menghembuskan nafas kasar, ada rasa ketidakpuasan tergambar dari mimik wajah Aji. Aruna menyadari betul ekspresi itu.
"Kenapa? Kamu kecewa karena aku nggak marah-marah, sebel, atau nangis-nangis gitu?" tanya Aruna runtun.
Jika memang dugaan Aruna benar, Aji sungguh sangat aneh. Dia yang minta udahan, lalu kenapa dia yang harus merasa kecewa dan sakit hati? That's funny.
"Apa jangan-jangan kamu sendiri udah punya cadangan? Makanya kamu bisa bersikap sesantai ini."
Aruna terkekeh. Sekarang dia malah melayangkan tuduhan tidak jelasnya pada Aruna. Cowok gila. Cowok tidak tahu diri.
"Jangan samain aku sama kamu, Aja. Aku bisa bersikap sesantai ini, karena mata aku udah terbuka. Aku sadar, kalau cowok modelan kamu nggak pantes buat ditangisin. Even, kamu udah nggak ada di duniapun, belum tentu aku tangisin."
"Kamu nyumpahin aku?" tanyanya agak kesal.
"Nope. Kamunya aja yang baper."
Aji terlihat masih tak percaya dengan respon yang Aruna tunjukkan. Masa' bodoh dengan itu, toh memang sudah sewajarnya hubungan ini berakhir. Sudah tidak ada satupun lagi alasan untuk mempertahankannya.
"Udah nggak ada yang perlu dibicarakan lagi kan? Kalau gitu aku pamit. Bye."
Aruna beranjak pergi meninggalkan cafe dengan perasaan lega. Lega karena tak akan ada lagi laki-laki itu dalam hidupnya. Lega karena dia tak perlu berpura-pura bodoh lagi dengan perselingkuhan Aji.
***
Puluhan tisu berhamburan di lantai, tampak Aruna sedang duduk di atas kasurnya sambil memangku kotak tissue. Matanya tampak sangat sembab lantaran terus menangis sejak semalam. Hidung mancungnya juga sudah sangat merah sekarang. Bahkan hingga kini, matanya masih saja basah karena air mata yang tak mau berhenti mengalir.
Dan satu-satunya orang yang menjadi saksi betapa merananya Aruna pagi ini, adalah Nella. Sahabatnya. Cewek berambut ikal ini hanya bisa memamerkan wajah cengo dan kadang sesekali meringis karena prihatin melihat Aruna.
"Bukannya, lo bilang lo ngerasa lega ya putus dari dia? Tapi kok, lo bisa segalau ini sih?" tanya Nella masih saja tak percaya.
Saat di telepon tadi malam, Nella sangat yakin kalau Aruna baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang dia bertingkah seperti di tinggal mati Romeo begini?
"Maunya gue juga gitu. Cowok buaya kayak dia, emang nggak pantes ditangisin. Tapi ... kenangannya itu loh Nel, itu yang nggak bisa gue lupain. Itu yang bikin hati gue sakit banget," sahut Aruna dengan sesenggukan.
Cewek yang terkenal periang dan easy going ini ternyata cukup sensitif juga soal perasaannya.
"Ya udah sih, temenin aja gue ngegalau dulu. Toh ... lo begini juga kan minggu lalu?" tuding Aruna langsung menembak Nella tepat sasaran. Membuat Nella kehabisan kata-kata untuk membalasnya.
Memang benar, kalau Nella baru putus minggu lalu. Bahkan efeknya lebih parah. Jika Aruna kini hanya menangis demi membuat hatinya sedikit lebih lega, Nella justru berniat melompat dari lantai dua rumahnya saking galaunya.
Namun urung karena dia takut dosa. Belum lagi, ucapan Aruna yang bilang kalau dengan melompat dari lantai dua, itu belum tentu membuat Nella mati. Mungkin hanya cacat atau gegar otak. Tanggung katanya.
Memang dua orang sahabat yang saling melengkapi dan pemikirannya sungguh di luar nalar.
"Terus sekarang, rencana lo apa? Lo nggak mungkin donk nangisin cowok nggak tahu diri itu terus-terusan. Kalau dia tahu soal ini, wah ... bakal sebesar apa kepala dia."
"Lima menit lagi. Biarin gue nangis lima menit lagi."
What? Permintaan nyeleneh macam apa itu? Sebegitu gampangnya apa dia mengatur ritme tangisannya sendiri? Kalau bisa begitu, kenapa tidak lakukan itu dari semalam saja, Aruna ... Aruna.
***
Semangkok ramen, kini sudah ada di hadapan Aruna. Restoran ramen favoritnya hari ini terlihat lebih ramai dari biasanya. Padahal saat dia tiba tadi, hanya ada dua meja yang terisi. Aruna yang lebih menyukai situasi tenang saat makan, tentu sangat menyesali kedatangannya hari ini ke sini.
Tapi, mau pulang sekarang juga sudah kepalang tanggung karena ramen sudah tersaji. Nella yang extrovert tentu sama sekali tak bermasalah dengan itu. Dia kini juga tampak sumringah memandangi ramen pesanannya yang terlihat sangat lezat. Belum lagi kepulan asap dari ramen yang hangat ini juga sudah menjamah hidungnya. Nella semakin tak sabar untuk menyantapnya.
Aruna yang masih tak berhasrat menyentuh makanannya, hanya memandangi Nella. Dia tak menyangka kalau Nella akan sebegitu cepatnya melupakan sakitnya patah hati yang dialaminya minggu lalu. Padahal, Aruna tahu betul sedalam apa perasaan Nella untuk mantan kekasihnya itu. Bahkan, Nella sempat cerita kalau mereka akan segera menikah.
Tapi, bukannya undangan pernikahan yang mereka sebar melainkan perpisahan yang terjadi tanpa alasan yang jelas. Yup ... Nella tidak menceritakannya begitu detail, dia kadung sakit hati lantaran diputusin begitu saja.
Tak mau ramennya dingin, Aruna kini memilih untuk mulai menyantapnya walau masih merasa tidak nyaman dengan keadaan restoran yang makin ramai hari ini.
Baru juga berniat memasukkan ramen ke mulutnya dengan bantuan sumpit, Aruna kembali berhenti lantaran mendengar tangisan kecil yang entah darimana asalnya.
Aruna langsung memperhatikan keadaan sekitar, tadinya dia pikir tangisan itu berasal dari anak kecil yang duduk persis di meja sebelah. Tapi ternyata, tangisan itu berasal dari orang duduk persis di depannya. Siapa lagi kalau bukan, Nella.
Aruna hanya bisa mengerjapkan beberapa kali, melihat Nella menangis sesenggukan tapi dengan mulut yang penuh dengan makanannya.
"Nel, are you okay?" tanya Aruna mencoba memastikan. Dia khawatir pada sahabatnya, tapi dia juga tak ingin jadi pusat perhatian karena kelakuan sahabatnya sekarang.
Nella tak langsung menjawab dia sibuk mengunyah makanannya dengan mata dan pipi yang mulai basah.
"Ramennya nggak enak? Atau ... ada yang aneh sama ramennya?" tanya Aruna lagi-lagi mencoba mencari tahu penyebab tangisan Nella.
"Hiks ... hiks ..., ramennya enak kok," sahut Nella tersedu sambil mengusap air matanya dengan tangan.
"Terus, kalau emang enak, kenapa lo nangis?"
Iya ... Aruna tahu, mungkin ada beberapa orang yang akan merasa terharu saat mencoba makanan enak. Tapi ... dua belas tahun mengenal Nella, rasanya cewek bertubuh tinggi semampai itu bukanlah tipe orang yang seperti itu.
"Rasanya sama kayak ramen yang pernah gue makan waktu anniv gue kemaren."
Aruna terdiam seketika.
Ok, ternyata ini masih soal breakup effect yang dirasakan Nella. Dia yang tadi terlihat baik-baik saja, ternyata masih serapuh itu ketika bertemu momen yang sama persis dengan yang pernah dia alami bersama mantannya.
Apa Aruna juga akan seperti itu nanti?
Kejadian pahit masa lalu mengubah seluruh kehidupan Arista Lucy. Pengalaman pahit itu menyisakan luka yang teramat dalam dihatinya. Arista yang berhati lembut berubah menjadi pribadi yang keras, kasar, dan berhati dingin bagai es. Dendam yang menuntut untuk dibalaskan memaksanya menjadi seorang pembunuh bayaran yang tak punya hati. Bertahun – tahun Ia menjadi manusia berhati batu, tiba-tiba lelaki itu hadir, membawa sejuta teka-teki sekaligus memberinya ketenangan, Kehadiran Evan memberi warna tersendiri pada kehidupan Arista.
Penolakan keras Yura Anindita terhadap perjodohannya, membuat misi 'mungkin tak mungkinnya' spontan tercetus. Dia harus menemukan calon suami terbaik sebelum hari ulang tahunnya, agar perjodohan yang di rencanakan kedua orang tuanya di batalkan. Tentu saja tak mudah menemukan seseorang yang baik yang mau menikahinya hanya dalam waktu sesingkat itu. Tapi Yura tak akan menyerah, dia yakin bisa menemukan calon suami sebelum 27 hari. Persis, sebelum dia berusia 27 tahun. Saat dirinya sibuk memikirkan jalan keluar menyelesaikan misinya, saat itu pula dua orang pria berbeda karakter, beda kehidupan, muncul dalam hidup Yura. Manakah yang akan Yura pilih? Seseorang dari masa lalunya atau orang yang baru dia kenal namun sukses membuatnya jatuh hati dengan begitu mudah. Atau justru tidak keduanya?Ikuti kisah Yura dengan misinya sampe akhir ya...
Love. Pray. Hope Suara berat seseorang yang sudah lama tidak pernah menyapanya, sontak membuat gadis berlesung pipi ini mengangkat wajah. Air mata yang tadi mulai berhenti mengalir kini kembali tumpah kian deras namun di sertai senyum bahagia mendapati siapa yang berdiri di hadapannya kini. Dia kembali.
Kisah Cinta bisa bermula darimana saja. Dan hadir pada hati siapa saja dan kadang tanpa aba-aba.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"