Rayvana yang sedang melihat ke bawah itu menoleh ke sumber suara. Dengan santai ia menjawab pertanyaan adik kembarnya.
"Nonton sinetron" jawabnya dan kembali melihat ke bawah dengan tangan bertumpu pada dinding pembatas.
Rayvano tertawa mendengar jawaban rayvana, lalu berdiri di sampingnya untuk menikmati tontonan yang sama hampir setiap hari.
"Setelah ini pasti ada yang pecah" Kata Rayvano dan diangguki saudara kembarnya yang menandakan ia setuju dengan ucapannya.
Benar saja, mereka melihat dan mendengar bunyi nyaring dari pecahan guci di lantai, membuat keduanya tertawa kecil.
"Bener, kan?" Kekeh rayvano.
"Setelah ini akan ada dialog kayak gini 'Terus aja pecahan barang! Kamu pikir beli barang-barang itu nggak pake duit, dasar bego!'," Kini rayvana yang bicara.
Keduanya tersenyum simpul kala mendengar hal yang sama dengan ucapan rayvana.
"Terus Aja Pecahin Barang! Kamu Pikir Beli Barang-Barang Itu Nggak Pake Duit, Dasar Bego!" Makian itu terdengar begitu jelas di telinga si kembar.
Rayvano dan rayvana tertawa bersama karena tebakan mereka benar. Mereka berdua melanjutkan menonton pertengkaran kedua orang tuanya.
"Kayaknya gue punya permen" ucap rayvano, lalu mengeluarkan dua permen karet. "Nih, buat lo" ia memberikan permen karetnya pada rayvana.
"Thanks" jawab rayvana, lalu mengambil dan membukanya untuk dimakan.
Dengan mengunyah permen karet, mereka berdua lanjut menonton pertengkaran.
"Emang kenapa kalau barangnya pecah? Barang-barang ini juga belinya nggak pake duit kamu aja" kata itu terucap oleh Tyas, ibu si kembar.
"Oooh gitu? Jadi kamu merasa hebat sampe mecahin barang setiap ribut? Dasar perempuan nggak bisa diatur. Ngelawan aja kerjanya!" Sahut Doni, suami Tyas sekaligus ayah dari si kembar.
"Tck, bosen gue" ucap rayvano, lalu beranjak pergi.
"Mau kemana?" Tanya rayvana.
"Nongkrong lah, ngapain juga di rumah? Nggak jelas" jawab rayvano santai.
"Gue juga mau pergi, nggak betah banget di rumah" kata rayvana membuat rayvano melihatnya.
"Nggak usah! Ini udah malem. Cewek nggak baik keluyuran malem-malem" larangnya.
"Yeee justru Karena udah malem, jadi asik buat maen" Protes rayvana, membuat rayvano menggeleng kecil. Ia memperhatikan saudara kembarnya itu dengan serius.
"Kenapa sih, lo? Kenapa lihatin gue kayak gitu?" Tanya revana yang merasa tidak nyaman dengan saudara kembarnya yang melihatnya dari atas sampai bawah.
"Ganti baju, lo! jangan pake baju seksi kayak gitu!" Titah rayvano yang tidak suka saudara kembarnya memakai androk mini dan baju tanpa lengan yang memperlihatkan bagian pusar.
"Kenapa harus ganti? Gini aja udah bagus, keren, seru juga buat keluar?" Rayvana menanggapi santai ucapan saudara kembarnya itu.
"Gue nggak suka lihatnya, jadi ganti baju, lo!"sahut rayvano dengan tegas.
"Kalau gue nggak mau gimana?"Ia bertanya dengan ekspresi meledek.
Rayvano menatap saudara kembarnya yang memiliki paras cantik, kulit putih dan kaki yang jenjang dengan serius. Sebenarnya wajah dan tubuh rayvana itu adalah gambaran dirinya sendiri versi perempuan.
"Kok, diem?" Rayvana kembali bertanya.
"Tunggu sini!"Titah Rayvano dingin, lalu pergi ke kamar saudara kembarnya.
Rayvana yang bingung karena saudara kembarnya itu ke kamarnya bergegas mengikuti di belakangnya.
"Lo ngapain sih ke kamar gue?" tanyanya setelah berdiri di belakang rayvano. "Lo mau ngapain, vano?" tanyanya takut saat melihat rayvano memegang sebuah gunting.
"Lo tadi nanya kan, kalau lo nggak mau ganti baju, gue mau ngapain?" Pertanyaan rayvano hanya di jawab anggukan kepala oleh rayvana.
Rayvano tak bicara lagi, ia langsung bertindak dengan menggunting androk yang sedang rayvana pakai dari bagian samping. Namun rayvana buru-buru menepis dan bergerak menjauh.
"Lo apa-apaan,sih? Kenapa androk gue, lo robek?" Ia bicara kesal dengan tangan memegang bagian yang sudah berhasil di gunting saudara kembarnya itu.
"Kalau mau jadi cewek murahan, nggak usah nanggung! Sekalian aja nggak usah pake androk."Omelnya yang membuat rayvana diam."
"Gue ini cowok, gue tau apa yang mengundang hal buruk sama cewek. Jadi nggak usah aneh-aneh jadi cewek. kalau mau keluar malem silahkan, tapi Jaga harga diri,lo" lanjutnya dan pergi setelah meletakan gunting ke meja dengan kasar.
"Rese banget sih jadi kembaran.Tck, dia aja pake celana robek-robek udah kayak gembel gitu, pake segala protes sama androk gue" Gerutu Rayvana,lalu memutuskan ganti celana panjang, namun tidak dengan bajunya.
*******
Rayvano dengan santai melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, ia melihat orang tuanya yang masih bertengkar, namun tak peduli sama sekali. Ia berniat pergi, namun orang tuanya itu melihatnya.
"Mau kemana kamu?" tanya Doni, membuat rayvano yang berjalan menuju pintu menghentikan langkahnya.
Dengan santai rayvano berbalik menghadap kedua orang tuanya yang sudah tak lagi bertengkar.
"Ng..gimana ya jawabnya?" ucapnya meledek.
"Kalau ditanya itu jawab yang bener!"Doni bicara dengan tegas.
"Cari kesenangan. udah dijawab, kan? Jadi aku pergi, ya?"jawabnya dan berbalik untuk pergi, namun suara sang ayah kembali terdengar.
"Vano, kamu ini jadi anak nggak punya sopan Santun, ya! Ditanya orang tua malah pergi gitu aja!" Omel doni dengan kesal.
Vano tertawa ejek mendengar omelan ayahnya itu.
"Kayak yang ngomong punya sopan santun aja" jawab rayvano Tanpa menghentikan langkahnya. Ia sama sekali tidak peduli dengan panggilan ayahnya.
Doni yang kesal mengikuti rayvano. ia geram dengan sikap Rayvano yang tidak sopan dengannya.
"VANO"panggilnya dengan berteriak setelah keluar pintu.
Rayvano tidak peduli sama sekali. Ia berjalan ke motor dan menaikinya dengan santai.
"Vano pergi ya, pa" Pamitnya dengan menggeber motor sebelum pergi.
"Dasar anak nggak punya sopan santun!" Maki doni sambil berkacak pinggang.
Dengan emosi doni masuk ke dalam rumah, namun ia melihat anak perempuannya yang baru turun dari tangga.
"Vana, mau kemana kamu?" Tanya Tyas.
Rayvana tidak menjawab, ia terus berjalan dengan memutar kunci mobil di tangannya.
"Vana! Kamu kalau ditanya bisa jawab nggak? Punya mulut, kan?" kini Tasya bicara dengan nada tinggi.
Rayvana berdecak, lalu menghentikan langkahnya saat ayahnya sudah berdiri di depannya.
"Kamu itu anak perempuan, nggak pantes keluar malem kayak gini! Apa lagi pake pakaian kayak gitu!" Doni mencoba bicara dengan nada rendah, namun rayvana tidak memperdulikannya.
"Ini tuh pakaian paling nyaman buat aku. lagian ini masih jam sepuluh, masih sore lah buat nyari kesenangan. Jadi vana pamit keluar dulu ya ma, pa. besok vana pulang pagi ya, sumpek di rumah, panas kuping denger ribut mulu." Ucapnya, lalu pergi dengan santai.
Doni menatap istrinya dengan tajam." Kamu lihat anak-anak kamu itu! Nggak ada yang bener hidupnya. dasar nggak becus ngurus anak!" Makinya.
Tyas tertawa remeh dan tidak terima dengan makian yang doni lontarkan padanya.
"Anak aku? Mikir, pa! mereka itu juga anak kamu. kamu pikir kerjaanku cuma ngurus anak? Hah! Aku juga kerja, jadi kalau ngomong itu di jaga! Nggak nyalahin aja bisanya" jawab tyas dan pergi setelahnya.
Doni hanya mengepalkan tangan menahan emosi. Ia mencoba sebisa mungkin untuk tidak main tangan menghadapi anak dan istrinya.
BERSAMBUNG