/0/19536/coverbig.jpg?v=95e42f817055dea292ea1de8d15069c7)
Jin Leluhur itu pandai memilah dan memilih tubuh yang menurutnya pantas untuk dijadikan tempat kembali Jangan lupa komentar dan subcribe ya đź’—
"Innalillahi wainnalillahi raji'un." Aku menoleh pada Mas Bisma suamiku yang baru saja membaca pesan di ponselnya.
Mas Bisma meraup wajah lalu tubuhnya dimiringkan kearah selatan menatapku sayu, setelah beberapa detik bola mata itu menatapku.
"M-mbah Kakung ... meninggal." Suaranya gemetar sangat kecil, tetapi mampu meruntuhkan hidupku detik itu juga.
Sontak aku turun dari ranjang tanpa menjawab, mengambil semua baju yang terlihat olehku. Aku yang biasanya enggan pergi jika tidak tampil stylish yang cocok, sekarang ... bagiku itu tidak penting lagi.
Tak terasa air mata terjatuh deras, Mbah kakung ... pengganti orang tuaku. Akibat perceraian orang tuaku 24 tahun silam, dari bayi merah dirawat oleh Mbah kakung dan Mbah uti.
Mereka menganggapku sebagai anak kandung mereka, mungkin bisa dibilang setengah hidup mereka ... mereka habiskan untuk merawatku sendirian tanpa nafkah oleh ayah dan ibuku di setiap bulannya.
Tapi sekarang ... tubuh mereka sudah mulai renta dan kini Mbah kakung pun sudah dipanggil oleh sang maha kuasa.
"Sudah ... Ainur, Ayo kita berangkat sekarang atau besok pagi saja? Menunggu dirimu tenang dulu." Mas Bisma membuyarkan lamunan, aku terhenyak menatapnya dalam.
"Ndak, Mas ... ndak. Aku mau sekarang juga tempat Mbah," jawabku.
"Tapi ini sudah hampir tengah malam, Nur. Kan ke rumah Mbah bisa dari subuh jadi kamu istrahat dulu ya ... aku takut kamu sakit lo," cegah Mas Bisma.
Aku menggeleng dengan air mata yang tiada henti, "POKOKNYA SEKARANG! TITIK!" ucapku dengan suara yang tidak sengaja tinggi.
Jarak ke rumah Mbah kakung memang terbilang cukup jauh, tapi juga tidak jauh-jauh amat. Jadi ada benarnya kata suamiku besok pagi kami berangkat pun sebenarnya masih keburu.
Namun, ntah mengapa hati ini ingin sekarang juga sampai ke rumah Mbah kakung. Seperti ada ketakutan yang sulit untuk diungkapkan.
Dan akhirnya sebagai istri yang menjunjung keegoisan wanita tertinggi di rumah ini, Mas Bisma dengan kesabarannya yang masih baik-baik saja sampai sekarang. Dia memanaskan mobil lalu menyuruhku masuk dengan nada yang selalu membuatku jatuh cinta untuk ke sekian kalinya.
"Nur ... Mas tuh ngelarang kamu berangkat sekarang, karna ini kan hari Jum'at kliwon, Nur," celetuk Mas Bisma sembari menyetir.
"Dimana-mana yang serem itu, malam jum'at kliwon bukan hari jum'at. Ini mah malem sabtu, Mas ...," jawabku datar sambil sibuk mengslide galeri foto melihat semua kenanganku bersama Mbah kakung disana.
"Tetep medeni, Nur ... Nur ...."
Jawabannya Mas Bisma kuabaikan, aku masih terfokus dengan foto Mbah kakung.
pikiranku pun sudah tidak ada lagi memikirkan hal lain, selain merasakan sakit hati ditinggal pria terhebatku.
****
Air mata terus berjatuhan sepanjang jalan mengiringi dinginnya angin malam yang meliuk-liuk masuk dari celah switer yang kukenakan.
Kulihat jam dipergelangan menunjukkan pukul 01:45 WIB, kami turun dari mobil dengan mobil yang terparkir tepat di halaman rumah Mbah kakung.
Sendi-sendii kaki melemah di setiap langkah, menerobos kerumunan keluarga ada banyak anak-anak Mbah kakung dan Mbah uti menyambut kami berdua dengan tangisan.
Dan ada juga seorang wanita tua bergamis serba putih menunduk di samping jenazah Mbah kakung yang tidak pernah kukenal sebelumnya.
Aku duduk di sampingnya tanpa bertanya siapa dan dari mana dia berasal, fokusku lebih teralihkan pada Mbah kakung yang terbujur kaku dan dingin tak berdaya. Tubuh yang dulu kekar menggendongku berlari-larian sepanjang halaman rumah, kini hanya bisa kupeluk tanpa balasan.
Kuajikan surah-surah sepanjang malam, tidak ingin kumeninggalkan Mbah kakung meski hanya semenit. Karena ini malam terakhirku bersamanya.
"Ainur ... Nur ... bangun, sudah pagi."
"Aku nggak mau!!" teriakku memecah keheningan, aku terperanjak kaget setelah sadar ternyata aku tertidur dan bermimpi di samping jenazah Mbah kakung.
Semua mata menyorot termasuk Mbah uti yang membangunkanku juga matanya membulat, mungkin mereka kaget mengapa aku berteriak seperti itu. Tetapi anehnya wanita tua bergamis putih yang semalam kulihat, dia masih menunduk masih dengan posisi yang sama tidak bergeser sama sekali apa lagi terkejut seperti mereka.
Aku memperhatikannya secara seksama dari ujung kaki sampai tudung putih yang ia kenakan, wanita tua cenderung sudah bungkuk itu seperti patung berbentuk manusia. Dia benar-benar diam tak tergoyahkan yang membuatku merasa aneh padanya.
Sampai Mbah uti menarikku untuk menemaninya menyiapkan kain kafan, bunga-bunga untuk digunting dan beberapa perlengkapan jenazah lainnya.
Aku masih memikirkan wanita tua itu, dia terlihat aneh. Apa ada nenek nenek jaman sekarang yang kuat duduk sambil menunduk sepanjang malam? Sedangkan aku saja bisa tertidur dan akhirnya bermimpi buruk.
Apa wanita tua itu begitu sedih dengan kepergian Mbah kakung ... atau jangan-jangan selama ini Mbah kakung mempunyai istri selain Mbah uti yang tidak kuketahui?
Argh!!!!!
Rasanya ... pikiranku campur aduk, memikirkan wanita tua itu dan perasaanku yang sedang begitu hancur ditinggalkan Mbah kakung.
Lagi pula, mengapa orang-orang disini tidak terfokus padanya sedangkan bagiku wanita tua itu sangatlah tidak wajar. Anehnya mereka seperti biasa saja atau malah sebenarnya akulah yang terlalu penasaran?
Lagi-lagi aku hanya menarik napas dan sesekali memperhatikan wanita tua aneh itu yang dimana Mbah kakung diangkat, dia akan berdiri sambil menunduk mengikuti dimana jenazah Mbah kakung berada dan jika Mbah kakung dibaringkan, dia akan duduk sambil menunduk juga.
Sangat aneh bukan? Tetapi lebih aneh lagi, mengapa semua orang seperti biasa menganggap kehadirannya? Meski sebenarnya sejak tadi kuperhatikan tidak ada satupun yang menyapanya atau malah sebaliknya.
Sumpah!! Baru kali ini kumelihat ada seorang nenek-nenek seintrovert ini! Sudah pas filingku dia adalah istri kedua Mbah kakung dan sepertinya dia berbeda dari Mbah uti yang terlihat tegar tidak seterpukul dirinya.
Prosesi penguburan jenazah berjalan lancar meski hati ini meraung menangis di dalam hati melihat Mbah kakung tercintaku terkubur di bawah sana dan tidak akan pernah bangkit lagi.
Dan sekarang para pelayat mulai pulang satu persatu, hanya satu yang tidak pulang ... yaitu wanita tua aneh itu. Sejak sepulangnya kami dari kuburan wanita tua itu seakan terus saja mengekoriku dari belakang.
Kemana pun aku melangkah dia terus mengikutiku, saat aku duduk di samping Mbah uti pun. Dia duduk juga disampingku.
Hatiku mulai gelisah, aku ingin berkenalan padanya. Tetapi sedari tadi dia hanya menunduk seperti orang yang tidak ingin diganggu oleh siapa pun! Tapi mengapa dia mengikutiku sekarang?
Akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya pada Mbah uti, tadinya kupikir ini akan menjadi pertanyaan tidak sopan. Namun ... dari pada aku mati penasaran lebih baik aku bertanya pada Mbah uti dengan sedikit berbisik takut menyakiti wanita tua disampingku ini.
"Mbah ... Mbah ...," panggilku pelan sembari menyenggol bokong Mbah uti.
"Dalem."
"Mbah, Nur mau nanya ... apa Mbah kakung punya istri lain selain Mbah uti?" tanyaku sangat pelan karena takut terdengar.
Mbah uti mengerutkan keningnya, seolah bingung dan terkejut dengan pertanyaanku.
"Nur ... kok takon ngono? Mbah kakung loh baru dikubur, yo ndaklah ... si mbahmu cinta mati sama Mbah uti," ujar Mbah uti sembari tersenyum menatapku, walaupun pertanyaanku sepertinya membuat bola matanya berkaca-kaca.
Dan aku semakin bingung, jika bukan istri kedua ... lalu wanita tua di sebelah kananku siapanya Mbah kakung? Sedangkan kakak beradik Mbah kakung pun sudah pada meninggal. Lalu siapa diaa? Aku semakin penasaran.
Kali ini pertanyaanku tidak lagi kubisikkan, pikirku sekalian berkenalan pada wanita tua yang terpukulnya melebihi aku, cucu kesayangan Mbah kakung.
"Mbah ... Nur mau nanya, Mbah di samping Nur ini namanya siapa ya?" Kali ini aku tidak lagi canggung menanyakan hal ini pada Mbah uti.
Namun, alih-alih menjawab Mbah uti mengerutkan keningnya lagi ... lalu membetulkan kaca matanya dengan mantap. Kemudian memeriksa keberadaan wanita tua yang kusebutkan tadi.
"Yang mana, Nur? Ndak ada siapa-siapa dari tadi cuma ada kita berdua duduk disini."
Hanum, seorang istri yang selalu percaya Tuhan sudah menentukan dirinya untuk siapa, meski jalannya salah, pahit, sampai rusak sekali pun dia berjanji akan tetap menata masa depannya sebaik mungkin ... hingga ia menemukan penawarnya.
Kehidupan ... mungkin bagi bagian seseorang kehidupan ini sangat menyenangkan, namun tidak dengan Erni. Hidupnya penuh dengan kesakit hatian, batin maupun fisik. Orang Tua yang seharusnya menjadi tumpuan hidupnya namun tak pernah mengakui Erni sebagai anak mereka, pukulan ... pelecehan ... beban hidup menahan lapar, sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Erni yang masih duduk di kelas 2 SD. Namun Erni, mengalahkan semuanya dengan hidup yang hanya mengandal Tuhan. Hidupnya hanya bergantung pada doa dan mukjizat. Dan keajaiban-keajaiban yang ada di hidup Erni, telah membawa Erni menjadi gadis yang sangat di segani semua orang, yang pernah mencaci maki Erni kini berbalik menjilat ludah mereka sendiri. Abian kekasih Erni yang di kirimkan Tuhan menjadi malaikatnya, kini telah berubah menjadi pencabut nyawa yang menyakitkan untuk Erni.
Dira tinggal bersama ibu yang menjadi wanita penghibur demi menafkahinya. Bahkan sang ibu memiliki kesehatan mental yang buruk, hal itu membuat kesalah pahaman di antara mereka ... Dira dan ibu terus menerus saling membenci. Mereka saling mengutuk hampir di setiap waktu. Ia pun berulang kali mengucap kata menyesal telah hidup bersama sang ibu saat ini dan selalu berkata ingin tinggal bersama sang ayah yang sudah dua belas tahun tidak menafkahi mereka apa lagi sekedar menemuinya. Suatu hari, dia mendapat kabar bahwa sang ayah telah meninggal dunia dan dari situlah Dira mengetahui jika dirinya ternyata bukanlah anak kandung dari sang ayah yang selama ini ia rindukan. Di hari pemakaman itu, Dira diberi sebuah buku catatan berwarna merah berisi dua belas wasiat yang harus Dira lakukan. Akankah Dira berhasil menunaikan dua belas wasiat dari sang ayah? Dan apakah hubungan Dira dengan wanita yang melahirkannya bisa kembali membaik?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.