/0/19582/coverbig.jpg?v=577f3c30b5c194d3127a7068a5bf8a09)
"Lebaran besok Nisha gak dibeliin baju baru tidak apa-apa 'kan?" Lagi? Memang sih Nisha tidak memaksa Miftah--Ayah kandungnya untuk membeli baju baru untuk dirinya. "Kalau Cici dapet enggak, Yah??" Miftah berjongkok menyamakan tingginya dengan si bungsu, "Pastinya dong. Abang Kifli juga dapet," ujarnya sembari mengusap lembut sang putri. *** Semenjak kematian Bunda nya, sikap Miftah berbeda dari biasanya. Selalu pilih kasih. Kifli dan Cici suka sekali dibelikan sesuatu sementara Nisha tidak. Padahal, ia perlu membeli keperluan sekolah akibatnya Nisha kerja di toko bunga sejak lulus SMP. Akankah kisah hidupnya berakhir tragis seperti kebanyakan film yang sering Nisha tonton?? Akankah dunia adil dengan mendatangkan seorang pria datang di kehidupan Nisha?? Di bulan suci ramadhan. Semoga ia bisa bahagia meski bukan Miftah orang yang membuatnya bahagia. Yah, semoga saja.
"Lebaran besok Nisha gak dibeliin baju baru tidak apa-apa 'kan?"
Lagi?
Memang sih Nisha tidak memaksa Miftah--Ayah kandungnya untuk membeli baju baru untuk dirinya.
"Kalau Cici dapet enggak, Yah??"
Miftah berjongkok menyamakan tingginya dengan si bungsu, "Pastinya dong. Abang Kifli juga dapet," ujarnya sembari mengusap lembut sang putri.
Kifli--Abangnya Nisha sekaligus anak pertama kini tengah melanjutkan study di bangku kuliah semester akhir. Kampusnya dekat dari rumah. Jadi pp alias pulang pergi.
Merasa Nisha tidak ada keperluan, ia melangkah menuju kamar karena sebentar lagi Salsa dengan Dila mampir ke rumahnya untuk diniyah di masjid.
Selalu.
Selalu ada materi agama setiap bulan puasa oleh ustadz di pondok pesantren yang jaraknya sepuluh menitan menuju desa ini.
"Assalamualaikum,"
Baru juga Nisha membatin, mereka berdua sudah datang. Gadis berusia lima belas tahun segera memakai baju gamis hitam polos dipadukan kerudung segi empat coksu hasil dari tabungannya.
Mengambil buku, bolpoin, Al-Qur'an, kitab Safinah, kemudian memasukannya ke dalam tas selempangnya. Dirasa tidak ada yang ketinggalan, Nisha keluar kamar dan langsung dihadapkan kebersamaan Kifli juga Cici. Di sana, tepatnya ruang tamu. Abang Nisha amat telaten menyuapi si bungsu. Cici enggak puasa. Bocah itu tengah sakit. Hati gadis itu berdesir. Sedari dulu memang Kifli cuekan, bodo amatan. Namun saat Cici lahir, sikapnya agak hangat. Sampai detik ini, gadis memakai gamis hitam belum merasakan kasih sayang seorang Kakak laki-laki. Yah, karena tidak akan mendapatkannya. Entah salah apa Nisha kepada Kifli sehingga anak kuliahan tersebut enggan berbicara. Jangankan bicara. Senyum kepada Nisha saja tidak pernah.
Apa kalian pernah di posisinya Nisha??
Nisha, si gadis yang lahir sebagai anak tengah harus menanggung semuanya sendirian.
Ada perasaan iri kah selama dua tahun terakhir?
Nisha dengan tegas berkata hanya sedikit iri. Atau sudah terbiasa?? Entahlah. Hanya isi hati Nisha dan Tuhan yang tahu.
"Nanti bukber di restoran baru, yuk? Dekat kok dari sini. Cuma sepuluh menitan," ajak Dila usai Nisha memakai sandal jepitnya.
Kemudian mereka bertiga mengucap salam meski tidak dijawab oleh orang rumah.
Jalan berbondong-bondong menuju masjid sembari Dila menceritakan bagaimana restoran pilihannya ada spot foto selfie. Sangat aesthaetic dan Instagramable.
"Aku nggak bisa, Dil," sahut Nisha tanpa pikir-pikir lebih dulu. You know lah. Gadis itu tidak mempunyai banyak uang. Kerja pun tengah libur. Karena semingguan lagi hari raya Idul Fitri. Pemilik toko menyuruh ia cuti sampai tiga hari setelah lebaran.
Jadwal masuk diniyah pukul satu siang, dan sekarang masih jam setengah satu. Tidak malu atau pun gengsi mengingat tiga gadis tersebut berusia enam belas juga tujuh belas. Hanya Nisha dengan Dila masih sekolah. Salsa seharusnya kelas dua SMA. Namun, harus berhenti tengah jalan mengingat kondisinya anak yatim piatu. Tidak punya siapa-siapa lagi.
Ilmu bisa dicara kapan saja. Tidak ada kata terlambat bagi ketiga gadis itu. Walau kebanyakan bocil-bocil. Yang remaja hanyalah mereka bertiga.
"Ihh, kok gitu sih??" protes Dila.
Uang jajan dari Miftah?
Nisha kumpulkan guna membeli rok sekolah sebab yang lama bolong akibat ulah Kifli. Entah iseng atau tidak sengaja, Abangnya menyetrika baju menggunakan alas rok abu milik Nisha.
Dila cemberut kesal. Enggak lengkap bila Nisha absen.
"Gue traktir elo, Nis," sela Salsa sedari tadi diam mulai bersuara.
Nisha menggeleng tegas, "No?! Gak usah, Sal. Kamu juga 'kan lagi ngumpulin uang buat bayar kontrakan," pun setau Nisha, Salsa sudah nunggak hampir dua bulan lamanya. Untung pemilik kontrakan baik hati serta memaklumi keadaan Salsa.
Fyi, Salsa kerja menjual tisu dari warung ke warung. Kadang nyampe kota bermodal ikut tukang sayur menuju kota supaya bisa makan tiga hari sekali.
"Ya udah sih, gue traktir kalian aja," final Dila. Ia berjalan mundur sambil menghadap ke arah dua temannya.
"Tidak ada penolakan," imbuhnya mau tak mau Nisha dan Salsa mengangguk patuh.
***
"Kata bocah lelaki, ustadz Dulah gak bisa ngajar diniyah mulai hari ini dan seterusnya," perkataan Dila mengawali pergibahan saat sudah tiba di teras masjid.
Duduk-duduk santai seraya menunggu ustadz baru datang.
"Sama bocah aja kamu percaya, Dil," kekeh Nisha mengambil buku tulis. Mau memastikkan apakah ia sudah mengerjakan tugas dari ustadz Dulah atau belum. Loh, tapi kata Dila enggak ngajar lagi? Jadi, Nisha taruh lagi aja buku miliknya.
"Kenapa??" tanya Salsa tiba-tiba.
Nisha loading sebentar, "Owh ini, Sal. Mau ngecek tugas yang kemarin itu lho. Aku lupa udah ngerjain atau belum," jelasnya cepat tanggap maksud Salsa.
"Halah, biarin aja napa. Ustadz kita baru. Kagak mungkin dah ustadz Dulah beritahu semisal ada tugas ke-- "
"Dil? Kenapa diem??" tegur Nisha. Karena posisi Nisha membelakangi, ia tidak tahu apa yang terjadi.
"Itu?" tunjuk Salsa menggunakan dagunya.
Kepala Nisha meneleng, seolah berkata 'siapa'.
"Sudah hampir jam satu. Kalian enggak pada masuk?!" ucapan seseorang di belakang Nisha sangatlah tenang tetapi penuh penekanan.
Dan entah kenapa atmosfer sekitar mereka mendadak panas dingin.
"Tidak masuk dalam hitungan ketiga, kalian setor hafalan surat Ar-Rahman hari ini juga," penuh ancaman, membuat Salsa, Dila ngacir duluan. Tersisa Nisha bersama ustadz baru tersebut.
"Satu,"
Nisha mendengus sebal tak mengindahkan ancaman pria dewasa yang ia kira berumur dua puluh lima tahun atau kah lebih??
"Dua,"
Perlahan bangkit sambil merapihkan posisi dalaman kerudung kiranya miring sebelah.
"Ti-- "
"Dasar ustadz galak," gumam Nisha meninggalkan ekspresi datar pria itu.
Di awali bacaan basmallah dilanjut pembacaan do'a ketika belajar. Lalu bocah-bocah membaca surat pendek tanpa melihat buku. Begitu gadis remaja. Bedanya mereka bertiga membaca surat An-Naba.
"Sebelum dimulai ustadz akan memperkenalkan diri-- "
"Ustadz ganteng banget. Mau gak jadi suaminya aku??" potong seorang bocah perempuan yang gigi tengahnya ompong.
Haish, bocah kematian, batin Nisha. Ia kalem, diam tapi tangan kanannya tidak bisa diam. Terus memutar-mutar bolpoin punya Salsa.
"Diem eh," tegur Dila pelan.
"Mau lanjut?" tanyanya menatap seluruh anak diniyahnya.
"Lanjut?!" seru bocah ditambah teriakan Dila.
Hilih, Dila pasti udah kepincut sama ketampanan sang ustadz. Nisha sudah hafal betul kelakuan temannya. Esoknya mungkin Dila akan meminta nomor whatsapp nya beliau. Kita lihat saja besok. Perkataannya mengarang atau betulan.
"Nama ustadz Niyaz Zhafri Al-Fateh. Biasa dipanggil Iyaz. Lulusan pondok pesantren Al-Ikhlas desa sebelah. Apakah ada yang perlu ditanyakan??" perkenalan begitu singkat, tidak tercantum usia, status, loh?? Kenapa Nisha jadi kepo maksimal?
"Umurnya berapa, Ustadz?"
"Ustadz Iyaz ganteng. Mau jadi Kakak ipar aku nggak, Tad?"
"Nomor whatsapp nya kosong delapan berapa, Ustadz?"
"Ukuran kopiah nya berapa? Biar Mbak aku beliin buat ustadz,"
"Ustadz Iyaz suka Idol K-Pop tidak??"
Oke, pertanyaan mereka sangat di luar jalur. Kebablasan alias mengusik privasi Iyaz.
"Yap, kamu dari tadi geleng-geleng kepala sambil nunduk coba mau bertanya apa!?"
Yang dimaksud ialah Nisha. Gadis tersebut heran sekaligus jengkel. Ia diam saja tapi malah disuruh bertanya.
Rahel terpaksa menikah dengan seseorang yang umurnya lebih dewasa. Hanya bermodalkan foto dicetak seukuran KTP dan belum pernah ketemu. Bahkan, malam sebelum akad, Ayah tersenyum manis dan berterima kasih telah setuju menikah dengan lelaki pilihannya. Usai berpelukan pun mengecup kening Rahel, beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Sibuk menikmati status duda dan memiliki satu anak yang begitu cantik, enggak ada angin serta badai, Mama tercinta justru menjodohkan dirinya dengan seorang gadis polos berumur delapan belas tahun. Akankah ia terima, atau menolaknya??
"Syaratnya, kamu harus kencan satu malam dengan saya di rumah. Malam itu juga, saya akan kasih kamu uang senilai 100 juta," Bagai rezeki nomplok untuk gadis memiliki lesung pipi itu. Hanya kencan saja bukan? Di rumah pula. "Hanya menemani saya dinner, enggak lebih." Setelah dipecat dari kerjaannya, terbitlah uang menghampiri gadis tersebut. Memang, nasib itu seperti tempe, enggak ada yang tahu.
Kehidupan Shafiyah langsung berubah kala suaminya di PHK dari kantor tempat dia bekerja. Alasannya, karena ada seseorang korupsi--mengambil saham perusahaan sampai mengalami kerugian mencapai milyaran rupiah. Serba-serbi hidup mewah, bergelimang harta, kebutuhan selalu tercukupi, kini roda telah berputar. Sebagaimana takdir berkata tidak melulu kita berada di atas. Ada kalanya harus mengerti dan merasakan bagaimana kehidupan di kalangan bawah. Ya, Shafiyah terpaksa tinggal bersama dengan mertuanya. Sang suami bertani di sawah guna mencukupi biaya sehari-hari. Menghadapi orang tua suami yang masih mengenyam jadul alias jaman dulu. Kehidupan Shafiyah terombang-ambing. Bagaimanakah kelanjutannya? Apakah Shafiyah bisa bertahan hidup di desa, serta mengalami hal-hal tidak terduga?
"Kalau jalan lampu hijau, hati-hati lampu kuning, kalau kita asing, gimana?" "Udah asing kali. Gak inget ya, kita udah putus dua tahun yang lalu?" Cica, perempuan yang tahun ini menginjak kepala dua itu, harus berjumpa kembali dengan sang mantan sewaktu SMA dulu. Pertemuannya sangatlah tidak aesthetic. Di selokan--ketika Cica fokus memainkan ponsel sampai tidak melihat selokan penuh lumpur dan bau. "Es krim yang dari Cina itu apa sih namanya? Miss you gak sih?" Cica memutar kedua bola matanya, lalu mencebik kasar, "Bantuin gue naik, oy. Malah ngegombal terus. Udah kenyang gue makan janji manisnya elu, Soleh?!" Soleh--mantan Cica justru terkekeh ringan. Lelaki tersebut jongkok alih-alih membantu Cica keluar dari selokan, "Le minerale itu yang ada nangis-nangisnya dikit gak sih?" "Keinget masa lalu ya, Beb?" sambung Soleh membuat Cica menggeram, menahan emosi. "Dasar g*la," Tidak disangka, Cica menarik pergelangan tangan Soleh. Alhasil, mereka berdua sama. Iya, sama-sama kotor terkena lumpur. "Untung gue masih sayang sama elu, Ca," Soleh mencuil sedikit lumpur dan menaruhnya di pipi tirus sang mantan.
Kenal lewat sosmed berujung asing? Atau di ghosting? Lebih parahnya cuma dijadikan pelampiasan karena kisah masa lalunya belum kelar? Rela menjadi badut padahal dalam hati ingin memilikinya? Dari pernyataan di atas, alhamdulillah aku tidak mengalami hal tersebut. Because i'm enjoy, tidak melibatkan hati atau real cuma temenan. Apa ya sebutan zaman sekarang itu? Oh iya, HTS. Artinya hubungan tanpa status--yang setiap harinya tidak pernah absen mengirim pap, sleep call hingga ketiduran, me-reply story masing-masing, di nyanyiin tiap malam. Woah, sungguh indah bukan? Ya, aku mengalaminya baru-baru ini. Dari aplikasi apakah bisa menetap di hati dan berakhir ke pelaminan? Ayo, simak kisahku sampai selesai. Di jamin membuat kalian jomblowan dan jomblowati meronta juga ingin mempunyai pasangan. Tidak seperti aku, memilih HTS ketimbang pacaran karena suatu alasan.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Aku bingung dengan situasi yang menimpaku saat ini, Dimana kakak iparku mengekangku layaknya seorang kekasih. Bahkan perhatian yang diberikan padaku-pun jauh melebihi perhatiannya pada istrinya. Ternyata dibalik itu semua, ada sebuah misteri yang aku sendiri bingung harus mempercayai atau tidak.
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.