/0/20118/coverbig.jpg?v=5275d3283546e7e7f954a427ab1a3a32)
Seorang wanita pindah ke rumah baru di kota kecil dan mulai melihat bayangan aneh di jendelanya setiap malam. Dia mulai menyelidiki sejarah rumah tersebut dan menemukan bahwa penghuni sebelumnya menghilang secara misterius. Bayangan itu mungkin adalah kunci untuk mengungkap rahasia gelap yang tersembunyi di rumah tersebut.
Dina memandang lekat-lekat rumah tua yang kini menjadi miliknya. Rumah itu berdiri megah di atas bukit kecil di ujung kota Lestari, sebuah kota kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota besar. Meskipun beberapa bagian rumah tampak lapuk dimakan usia, bangunannya masih memancarkan pesona klasik yang sulit dijelaskan. Setiap sudut, dari jendela besar berbingkai kayu hingga atap yang menjulang tinggi, memberi kesan nostalgia akan masa lalu yang kaya, meski tersembunyi dalam keheningan yang menyelimuti rumah itu.
Dina menarik napas panjang, menghirup udara sejuk yang dipenuhi aroma bunga liar dari kebun di sekitarnya. "Akhirnya," gumamnya sambil tersenyum tipis. Ini adalah awal baru bagi dirinya, sebuah kesempatan untuk melarikan diri dari ingatan-ingatan menyakitkan yang masih menghantuinya di kota sebelumnya. Ia berharap, di rumah ini, ia bisa menemukan kedamaian.
Sore itu, setelah berjam-jam membereskan barang-barangnya, Dina duduk di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di tangannya. Matahari senja perlahan meredup, cahayanya menembus jendela-jendela besar di ruang tamu dan memberikan nuansa hangat yang menenangkan. Dina merasa puas dan lelah. Ruangan-ruangan utama rumah sudah cukup rapi untuk malam pertamanya di tempat baru ini.
Namun, ketika malam mulai turun dan bayangan mulai membesar di sudut-sudut ruangan, perasaan hangat itu mulai digantikan oleh sedikit rasa dingin. Rumah itu, meskipun indah, tiba-tiba terasa jauh lebih besar dan sunyi di malam hari. Setiap desiran angin yang melewati pohon di luar terdengar lebih keras, seperti bisikan yang datang dari jauh.
Dina mencoba mengabaikannya, menenangkan dirinya dengan alasan bahwa ini hanyalah rumah baru yang belum ia kenal betul. "Mungkin aku hanya terlalu lelah," pikirnya, mencoba melawan pikiran-pikiran tak masuk akal yang mulai menyelinap di kepalanya.
Ketika malam semakin larut, Dina memutuskan untuk tidur lebih awal. Ia berbaring di atas kasur yang baru saja ia pasang di kamar lantai atas, kamar yang memiliki jendela besar dengan pemandangan ke halaman belakang yang luas. Dari sana, ia bisa melihat deretan pohon dan padang rumput yang terbentang jauh ke arah hutan kecil di kejauhan.
Namun, malam pertama Dina di rumah itu tidak berlangsung tenang seperti yang ia harapkan.
Sekitar tengah malam, ketika ia hampir terlelap, suara halus terdengar dari arah jendela. Seperti suara goresan ringan, samar tapi cukup untuk membuatnya terjaga. Dina membuka matanya perlahan, menatap jendela besar yang kini diselimuti oleh kegelapan malam. Cahaya bulan yang redup hanya sedikit menerangi pekarangan, dan di tengah-tengah cahaya itu, sesuatu menarik perhatiannya.
Sebuah bayangan samar tampak berdiri di balik jendela.
Dina mengerjap, mencoba mengusir rasa kantuk yang masih menggantung di kelopak matanya. Ia mendekati jendela dengan hati-hati, berharap bahwa apa yang dilihatnya hanya ilusi akibat kelelahan. Namun, saat ia mendekat, bayangan itu tetap ada, diam tak bergerak. Rasanya seperti ada seseorang atau sesuatu yang mengintip dari luar.
Dina menelan ludah. Jantungnya mulai berdebar lebih cepat. Ia memandangi bayangan itu lebih lama, berharap dapat melihat lebih jelas, tetapi ia hanya bisa melihat siluet buram yang samar, seolah-olah terbuat dari kabut atau kegelapan itu sendiri. Setelah beberapa saat, bayangan itu menghilang begitu saja, secepat ia muncul.
Dina menarik napas dalam-dalam, berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah imajinasi atau efek dari cahaya bulan yang aneh. "Mungkin hanya pantulan atau hembusan angin," pikirnya, mencoba menenangkan diri. Tapi meski begitu, kegelisahan itu tetap menghantui pikirannya.
Malam itu, Dina menutup tirai jendelanya rapat-rapat sebelum kembali ke tempat tidur. Namun, meskipun ia mencoba memejamkan mata dan memaksakan dirinya untuk tidur, rasa takut itu tidak hilang. Setiap kali ia hampir tertidur, bayangan di balik jendela itu kembali menghantui pikirannya.
Apa yang sebenarnya ia lihat? Ataukah hanya ilusi akibat kelelahan?
Dina menghela napas panjang, dan meskipun pikirannya terus berkecamuk, ia akhirnya tertidur dengan perasaan bahwa rumah barunya mungkin menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang ia duga.
Meski Dina berhasil tertidur, tidurnya gelisah. Mimpi-mimpi aneh datang menghampiri, membawa bayangan yang tadi dilihatnya di jendela ke dalam alam bawah sadarnya. Di dalam mimpi itu, ia berdiri di dalam rumah, tetapi rumahnya terasa berbeda-lebih besar, lebih gelap, dan lebih dingin. Lorong-lorong tampak memanjang ke arah yang tak berujung, seolah-olah menuntunnya menuju sesuatu yang mengerikan.
Dalam salah satu mimpi, Dina berdiri di depan jendela yang sama seperti tadi malam, dan kali ini bayangan itu ada di sana lagi, lebih jelas. Sosok itu tampak mendekat, perlahan-lahan, seolah mencoba masuk ke dalam rumah. Suara bisikan mulai terdengar, seperti suara angin yang menembus celah-celah jendela, tetapi ada sesuatu yang aneh dalam bisikan itu. Seakan-akan bayangan itu memanggil namanya.
"Dina..."
Ia terbangun dengan tiba-tiba, keringat dingin membasahi dahinya. Jantungnya berdetak kencang, dan sesaat ia bingung, terjebak di antara mimpi dan kenyataan. Matanya melirik ke arah jendela, tapi tirai masih tertutup rapat. Tak ada bayangan, tak ada suara aneh. Hanya keheningan malam yang menakutkan.
Dina menenangkan diri dengan menarik napas panjang, mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah mimpi buruk. Namun, perasaan cemas dan tidak nyaman terus menghantui. Ia melirik jam di ponselnya. Pukul tiga pagi. Masih terlalu dini untuk bangun, tapi ia merasa tak mungkin bisa tidur kembali.
"Ini pasti karena aku belum terbiasa dengan tempat baru," gumam Dina sambil duduk di tepi tempat tidur, memegangi kepalanya yang terasa berat. Namun, di dalam hati, ia tak bisa mengabaikan bayangan yang terus muncul dalam pikirannya.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan, sampai akhirnya Dina memutuskan untuk turun ke dapur, membuat teh hangat untuk menenangkan diri. Saat menuruni tangga, suara derit kayu yang usang menambah suasana seram rumah itu di malam hari. Lampu-lampu yang padam membuat setiap bayangan tampak lebih besar dan lebih gelap.
Setelah menyalakan lampu dapur, Dina menuangkan air panas ke dalam cangkir, menatap kosong ke luar jendela dapur yang menghadap ke halaman belakang. Pemandangan malam yang sunyi terasa begitu menekan, seolah-olah ada sesuatu yang mengintip dari balik pepohonan. Namun kali ini, tak ada bayangan aneh. Hanya pekarangan kosong yang disinari oleh bulan.
Ketika ia mengangkat cangkir tehnya untuk meneguk, suara samar terdengar dari lantai atas. Seperti bunyi langkah kaki yang sangat pelan, atau mungkin suara benda jatuh. Dina mendadak terdiam, tangannya berhenti di udara. Ia mendengarkan dengan seksama, berharap itu hanyalah suara dari kayu tua yang memuai karena suhu malam yang dingin.
Namun suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih jelas-seperti ada seseorang yang berjalan perlahan di lantai atas, di dekat kamar tidurnya.
Dina meletakkan cangkirnya dengan tergesa-gesa, jantungnya berdebar lebih kencang. Pikiran rasionalnya berusaha mencari penjelasan-mungkin tikus, mungkin suara angin yang menghantam atap, atau hanya perasaan takutnya yang berlebihan. Tetapi ada sesuatu dalam suara itu yang terdengar... salah. Terlalu nyata, terlalu dekat.
Dina berdiri di tengah dapur, bingung antara memeriksa ke lantai atas atau tetap di bawah dan menunggu hingga pagi tiba. Suasana di sekelilingnya begitu sunyi, hanya dipecahkan oleh bunyi detak jam di dinding. Perasaannya bercampur antara takut dan penasaran.
Namun, tak lama setelah itu, suara langkah tersebut berhenti. Hening kembali menyelimuti rumah. Dina menggigit bibirnya, menatap ke arah tangga yang gelap dengan perasaan tak menentu. Setelah beberapa menit, ia memutuskan untuk kembali ke lantai atas, meskipun setiap langkahnya di tangga terasa berat dan hati-hati.
Setibanya di lantai atas, Dina mengintip ke dalam kamar tidurnya. Tirai masih tertutup, tak ada bayangan atau apapun yang tampak mencurigakan. Tapi ada sesuatu yang aneh di udara, seperti perasaan tidak nyaman yang sulit dijelaskan. Sebuah firasat buruk menyelimutinya, meskipun tak ada hal konkret yang terjadi.
Setelah memastikan semuanya tampak baik-baik saja, Dina mencoba kembali ke tempat tidur. Ia menarik selimut hingga ke leher, mencoba memejamkan mata dan mengabaikan kegelisahannya. Namun jauh di dalam pikirannya, pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan.
Apa yang sebenarnya ia lihat di jendela tadi malam? Dan suara apa yang tadi ia dengar di lantai atas?
Malam semakin larut, dan meskipun tubuhnya lelah, Dina tetap tidak bisa benar-benar tidur nyenyak. Dalam hati, ia tahu bahwa sesuatu tidak beres dengan rumah ini. Dan mungkin, bayangan di balik jendela itu bukan sekadar ilusi akibat kelelahan.
Tetapi, apa yang sebenarnya sedang terjadi di rumah ini? Dina belum tahu jawabannya, tetapi ia merasa bahwa ini baru permulaan dari sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih gelap.
Bersambung...
Seorang suami merasa istrinya menyembunyikan sesuatu. Ketika ia menyewa detektif pribadi, ia menemukan bahwa istrinya telah berselingkuh dengan pria yang ia kenal, mengguncang kepercayaan yang ia miliki selama ini.
Seorang istri yang selalu setia mengetahui bahwa suaminya berselingkuh selama bertahun-tahun. Ketika kebenaran terungkap, ia mulai merencanakan pembalasan yang akan mengubah hidup suaminya selamanya.
Seorang wanita harus memilih antara suami yang selalu mendukungnya dan kekasih lamanya yang kembali hadir dalam hidupnya. Perselingkuhan emosional ini memaksanya mempertanyakan arti cinta dan kesetiaan.
Seorang pria yang merasa tidak lagi dicintai oleh istrinya menemukan cinta baru di tempat kerja. Saat hubungan itu tumbuh, ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia mungkin menghancurkan kehidupan anak-anaknya untuk kebahagiaan pribadinya.
Seorang suami merasa bosan dengan kehidupan pernikahannya dan memulai hubungan dengan rekan kerjanya. Perselingkuhan ini berubah menjadi obsesi, menghancurkan segalanya di sekitar mereka, termasuk rumah tangganya.
Sekelompok teman lama berkumpul kembali di gedung tua yang dulunya merupakan sekolah mereka. Ketika salah satu dari mereka ditemukan tewas, mereka menyadari bahwa ada rahasia gelap yang telah lama tersembunyi, dan seseorang di antara mereka siap untuk mengungkapnya dengan kekerasan.
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Rubby sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?