/0/21226/coverbig.jpg?v=e13efa5f6553a71befb5eec17f044060)
Dian, seorang istri yang tampak menjalani kehidupan harmonis, menyembunyikan luka batin dan rahasia kelam yang mulai menguasai hidupnya. Hubungan terlarangnya dengan Raihan, pria yang juga terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, semakin membawa keduanya ke dalam pusaran dosa. Pagi itu, setelah malam panjang yang penuh kesalahan, Dian diliputi rasa bersalah yang mendalam. Ia menyadari bahwa perbuatannya bukan hanya melukai suaminya, Galih, tetapi juga Laras, istri Raihan, yang selama ini menganggapnya sebagai sahabat sekaligus saudara. Saat Dian berusaha menjauh dari Raihan dan menghentikan hubungan mereka, Raihan justru semakin menunjukkan cintanya yang obsesif. Namun, konflik semakin memuncak ketika Laras tiba-tiba muncul di depan kamar Dian tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Di tengah dilema moral dan tekanan emosional, Dian merasa semakin terjebak dalam bayangan kelam yang mengancam untuk menghancurkan segalanya-pernikahan, persahabatan, dan masa depannya. Akankah ia mampu keluar dari jeratan ini sebelum semuanya terlambat?
Malam itu, hujan mengguyur deras di luar rumah besar keluarga Wijaya. Dian duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Kamar tamu yang kini ia tempati terasa begitu sunyi, jauh dari hangatnya perhatian seorang suami yang selama ini ia rindukan. Galih, suaminya, sudah terlalu lama sibuk dengan pekerjaannya, meninggalkan kekosongan yang perlahan menggerogoti hatinya.
Pintu kamar terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Raihan yang melangkah masuk. Wajahnya penuh dengan keraguan, namun di balik itu, ada dorongan yang tak bisa ia tahan lagi.
"Dian," panggil Raihan pelan, suaranya rendah namun penuh intensi.
Dian menoleh, pandangan mereka bertemu. Tatapan Raihan menusuk ke dalam hatinya, membangkitkan rasa yang selama ini ia pendam. "Mas Raihan, ini nggak benar. Kamu nggak seharusnya di sini," bisiknya, namun nada suaranya terdengar rapuh.
Raihan mendekat, duduk di sisi tempat tidur, hanya beberapa inci dari Dian. "Aku tahu ini salah. Tapi aku nggak bisa lagi berpura-pura, Dian. Aku mencintaimu. Dari dulu."
Dian menggelengkan kepala, mencoba menyangkal perasaannya sendiri. "Aku istri adikmu, Mas. Dan kamu... kamu suami Kak Laras. Apa kamu nggak pikirin dia?"
"Aku pikirkan," jawab Raihan tanpa ragu. "Tapi Laras nggak pernah mencintaiku seperti aku mencintaimu. Dian, aku selalu ada di sini, melihat kamu terluka karena Galih. Aku nggak tahan lagi."
Dian terdiam, air matanya mengalir tanpa bisa ia tahan. Kata-kata Raihan mencabik hatinya, membuka luka yang selama ini ia tutupi dengan keheningan. Raihan menyentuh pipinya, menyeka air mata itu dengan lembut.
"Dian," bisiknya, mendekatkan wajahnya hingga napas mereka saling bertemu. "Kamu juga ngerasain ini, kan?"
Dian tak mampu menjawab, dan di keheningan itu, bibir Raihan menyentuh bibirnya. Awalnya lembut, penuh keraguan, namun perlahan berubah menjadi lebih dalam, lebih penuh gairah.
Dian mencoba menarik diri, tapi tubuhnya seakan mengkhianati pikirannya. Hatinya menjerit, mencoba mengingatkan bahwa ini salah. Namun, setiap sentuhan Raihan menghapus logika itu, meninggalkan hanya rasa yang menguasai dirinya.
"Mas... kita nggak bisa," gumam Dian di sela napasnya yang memburu.
"Kita sudah terlalu jauh, Dian," balas Raihan, membaringkannya di ranjang. "Aku nggak peduli lagi. Aku hanya ingin kamu."
Dian terdiam saat tangan Raihan menyusuri wajahnya, lehernya, hingga ke pinggangnya. Setiap sentuhan membuat tubuhnya merespons, meski hatinya masih berperang dengan rasa bersalah.
Dalam keheningan malam yang hanya diiringi suara hujan, mereka tenggelam dalam gairah yang tak terbendung. Dian tahu ini salah, namun di pelukan Raihan, ia merasakan kehangatan yang telah lama hilang.
Hujan terus mengguyur, seolah menjadi saksi bisu dari dosa yang kini melibatkan dua hati yang seharusnya saling menjaga batas. Dan malam itu, di kamar yang remang, hubungan mereka berubah selamanya.
Apakah ada elemen tertentu yang ingin Anda tambahkan atau perhalus pada bagian ini?**Bab 1: Larut dalam Dosa**
Malam itu, hujan mengguyur deras di luar rumah besar keluarga Wijaya. Dian duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Kamar tamu yang kini ia tempati terasa begitu sunyi, jauh dari hangatnya perhatian seorang suami yang selama ini ia rindukan. Galih, suaminya, sudah terlalu lama sibuk dengan pekerjaannya, meninggalkan kekosongan yang perlahan menggerogoti hatinya.
Pintu kamar terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Raihan yang melangkah masuk. Wajahnya penuh dengan keraguan, namun di balik itu, ada dorongan yang tak bisa ia tahan lagi.
"Dian," panggil Raihan pelan, suaranya rendah namun penuh intensi.
Dian menoleh, pandangan mereka bertemu. Tatapan Raihan menusuk ke dalam hatinya, membangkitkan rasa yang selama ini ia pendam. "Mas Raihan, ini nggak benar. Kamu nggak seharusnya di sini," bisiknya, namun nada suaranya terdengar rapuh.
Raihan mendekat, duduk di sisi tempat tidur, hanya beberapa inci dari Dian. "Aku tahu ini salah. Tapi aku nggak bisa lagi berpura-pura, Dian. Aku mencintaimu. Dari dulu."
Dian menggelengkan kepala, mencoba menyangkal perasaannya sendiri. "Aku istri adikmu, Mas. Dan kamu... kamu suami Kak Laras. Apa kamu nggak pikirin dia?"
"Aku pikirkan," jawab Raihan tanpa ragu. "Tapi Laras nggak pernah mencintaiku seperti aku mencintaimu. Dian, aku selalu ada di sini, melihat kamu terluka karena Galih. Aku nggak tahan lagi."
Dian terdiam, air matanya mengalir tanpa bisa ia tahan. Kata-kata Raihan mencabik hatinya, membuka luka yang selama ini ia tutupi dengan keheningan. Raihan menyentuh pipinya, menyeka air mata itu dengan lembut.
"Dian," bisiknya, mendekatkan wajahnya hingga napas mereka saling bertemu. "Kamu juga ngerasain ini, kan?"
Dian tak mampu menjawab, dan di keheningan itu, bibir Raihan menyentuh bibirnya. Awalnya lembut, penuh keraguan, namun perlahan berubah menjadi lebih dalam, lebih penuh gairah.
Dian mencoba menarik diri, tapi tubuhnya seakan mengkhianati pikirannya. Hatinya menjerit, mencoba mengingatkan bahwa ini salah. Namun, setiap sentuhan Raihan menghapus logika itu, meninggalkan hanya rasa yang menguasai dirinya.
"Mas... kita nggak bisa," gumam Dian di sela napasnya yang memburu.
"Kita sudah terlalu jauh, Dian," balas Raihan, membaringkannya di ranjang. "Aku nggak peduli lagi. Aku hanya ingin kamu."
Dian terdiam saat tangan Raihan menyusuri wajahnya, lehernya, hingga ke pinggangnya. Setiap sentuhan membuat tubuhnya merespons, meski hatinya masih berperang dengan rasa bersalah.
Dalam keheningan malam yang hanya diiringi suara hujan, mereka tenggelam dalam gairah yang tak terbendung. Dian tahu ini salah, namun di pelukan Raihan, ia merasakan kehangatan yang telah lama hilang.
Hujan terus mengguyur, seolah menjadi saksi bisu dari dosa yang kini melibatkan dua hati yang seharusnya saling menjaga batas. Dan malam itu, di kamar yang remang, hubungan mereka berubah selamanya.
Tanpa ia duga, perasaan cinta tumbuh di hati Karina terhadap Evan, kakak sahabatnya yang telah menikah. Karina, gadis muda yang tumbuh dari keluarga broken home, merasa terjebak dalam perasaan yang salah. Ketika cintanya akhirnya terbalas, hubungan terlarang antara mereka pun dimulai. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara. Karina terpaksa melepaskan Evan saat hubungan mereka terbongkar, membuat dirinya dibenci oleh semua orang, termasuk sahabatnya, Siska, yang menganggapnya sebagai perusak rumah tangga. Dengan hati yang remuk, Karina memilih pergi, membawa serta buah cintanya dengan Evan yang diam-diam telah tumbuh di rahimnya. Beberapa tahun berlalu, Karina kembali ke Jakarta bersama seorang anak laki-laki yang tampan. Kehadirannya memunculkan banyak pertanyaan: siapa ayah dari anak itu? Rahasia yang selama ini Karina jaga mulai terancam terbongkar. Sampai kapan ia mampu menyembunyikan kenyataan bahwa Evan adalah ayah biologis anaknya dari semua orang di masa lalunya?
"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.