/0/21214/coverbig.jpg?v=d2ca0290a67b942b330e3b74e488787d)
Tanpa ia duga, perasaan cinta tumbuh di hati Karina terhadap Evan, kakak sahabatnya yang telah menikah. Karina, gadis muda yang tumbuh dari keluarga broken home, merasa terjebak dalam perasaan yang salah. Ketika cintanya akhirnya terbalas, hubungan terlarang antara mereka pun dimulai. Namun, kebahagiaan itu hanya sementara. Karina terpaksa melepaskan Evan saat hubungan mereka terbongkar, membuat dirinya dibenci oleh semua orang, termasuk sahabatnya, Siska, yang menganggapnya sebagai perusak rumah tangga. Dengan hati yang remuk, Karina memilih pergi, membawa serta buah cintanya dengan Evan yang diam-diam telah tumbuh di rahimnya. Beberapa tahun berlalu, Karina kembali ke Jakarta bersama seorang anak laki-laki yang tampan. Kehadirannya memunculkan banyak pertanyaan: siapa ayah dari anak itu? Rahasia yang selama ini Karina jaga mulai terancam terbongkar. Sampai kapan ia mampu menyembunyikan kenyataan bahwa Evan adalah ayah biologis anaknya dari semua orang di masa lalunya?
Karina menarik napas panjang ketika pintu kedatangan bandara terbuka. Udara Jakarta yang lembap langsung menyambutnya, membawa kembali kenangan-kenangan yang selama ini ia coba lupakan. Di sebelahnya, seorang anak laki-laki berusia lima tahun menggenggam erat tangannya. Wajah polos bocah itu adalah campuran sempurna dari dirinya dan seseorang yang dulu sangat ia cintai.
"Ma, kenapa Mama diam aja?" tanya Renzo sambil memandang Karina dengan tatapan penasaran.
Karina tersenyum tipis, menunduk menatap anaknya. "Mama cuma lagi mikir, sayang. Ayo kita cari taksi."
Renzo mengangguk, lalu berjalan mengikuti Karina. Langkah kecilnya membuat Karina tak bisa berhenti memikirkan risiko besar yang ia ambil dengan kembali ke kota ini. Tapi ia tahu, cepat atau lambat ia harus menghadapi masa lalu yang selama ini ia hindari.
Mereka tiba di sebuah apartemen sederhana yang Karina sewa dengan sisa tabungan yang ia miliki. Ruangan itu kecil, tapi cukup nyaman untuk ia dan Renzo. Setelah memastikan anaknya sudah tertidur, Karina duduk di sofa kecil dengan secangkir teh di tangannya. Pikirannya kembali melayang ke hari terakhir ia melihat Evan.
---
Lima Tahun Lalu
"Evan, kita tidak bisa seperti ini terus," kata Karina dengan suara bergetar. Ia menatap pria di depannya, pria yang selalu menjadi sumber kebahagiaannya sekaligus penderitaannya.
Evan menghela napas, lalu mengulurkan tangan untuk menggenggam jemari Karina. "Aku tahu ini sulit, tapi aku tidak bisa melepaskanmu, Karina. Aku mencintaimu."
Karina menggeleng, air mata mulai mengalir di pipinya. "Tapi aku hanya menjadi perusak hidupmu. Kita tidak punya masa depan, Evan. Kau punya keluarga."
"Dengarkan aku," Evan memotong dengan suara tegas. "Aku tidak pernah mencintai istriku seperti aku mencintaimu. Kau adalah segalanya bagiku, Karina."
"Tapi semua orang akan membenciku. Bahkan Siska, sahabatku sendiri, akan membenciku. Aku tidak bisa..." Karina menarik tangannya dari genggaman Evan, lalu berdiri dengan gemetar. "Aku harus pergi."
"Karina, tunggu!" Evan bangkit, tapi Karina sudah melangkah pergi, meninggalkannya dengan hati yang hancur.
---
Kembali ke Masa Kini
Karina memejamkan mata, mencoba menyingkirkan kenangan itu dari pikirannya. Namun, hatinya masih terasa sakit setiap kali ia mengingat Evan. Ia tahu keputusannya untuk pergi saat itu adalah yang terbaik, tapi luka yang ia tinggalkan tidak pernah benar-benar sembuh.
Ponselnya bergetar di meja, membangunkannya dari lamunan. Nama Siska muncul di layar. Karina menatap nama itu dengan jantung berdegup kencang. Ia tidak pernah mengira Siska akan menghubunginya lagi setelah apa yang terjadi. Dengan ragu, ia menjawab panggilan itu.
"Halo, Karina," suara dingin Siska terdengar di ujung telepon.
"Halo, Siska," jawab Karina, mencoba terdengar tenang meski tangannya gemetar.
"Kau sudah kembali ke Jakarta?" tanya Siska tanpa basa-basi.
Karina menelan ludah. "Iya. Aku baru sampai tadi."
"Aku ingin kita bertemu. Banyak hal yang harus kita bicarakan," kata Siska dengan nada datar.
Karina ragu sejenak. "Baiklah. Kapan dan di mana?"
"Besok sore, di kafe biasa." Siska langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban Karina.
Karina meletakkan ponsel di meja, lalu memejamkan mata. Ia tahu pertemuan itu tidak akan mudah. Tapi ia juga tahu, ia tidak bisa lari selamanya.
---
Keesokan Harinya
Karina tiba lebih awal di kafe yang dulu menjadi tempat favoritnya bersama Siska. Jantungnya berdegup kencang saat ia duduk di salah satu meja, menunggu sahabatnya tiba.
Tidak lama kemudian, Siska datang. Wajahnya tampak lebih dewasa, tapi tatapan tajamnya membuat Karina merasa kecil. Siska duduk di depan Karina tanpa senyum.
"Lama tidak bertemu," kata Siska dingin.
"Iya," Karina menjawab pelan, tidak tahu harus berkata apa.
"Apa yang membuatmu kembali ke sini? Bukankah kau sudah cukup merusak hidup banyak orang di kota ini?" tanya Siska dengan nada penuh sindiran.
Karina terdiam. Ia tahu, apa pun yang ia katakan tidak akan mengubah pandangan Siska terhadapnya.
"Aku tidak kembali untuk mengganggu siapa pun. Aku hanya ingin memulai hidup baru bersama anakku," kata Karina akhirnya.
"Anakmu?" Siska menatap Karina tajam, lalu menghela napas. "Dan kau pikir itu alasan yang cukup untuk kembali ke sini?"
Karina tidak menjawab. Ia hanya bisa berharap pertemuan ini tidak berakhir lebih buruk dari yang sudah ia bayangkan.
Dian, seorang istri yang tampak menjalani kehidupan harmonis, menyembunyikan luka batin dan rahasia kelam yang mulai menguasai hidupnya. Hubungan terlarangnya dengan Raihan, pria yang juga terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, semakin membawa keduanya ke dalam pusaran dosa. Pagi itu, setelah malam panjang yang penuh kesalahan, Dian diliputi rasa bersalah yang mendalam. Ia menyadari bahwa perbuatannya bukan hanya melukai suaminya, Galih, tetapi juga Laras, istri Raihan, yang selama ini menganggapnya sebagai sahabat sekaligus saudara. Saat Dian berusaha menjauh dari Raihan dan menghentikan hubungan mereka, Raihan justru semakin menunjukkan cintanya yang obsesif. Namun, konflik semakin memuncak ketika Laras tiba-tiba muncul di depan kamar Dian tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Di tengah dilema moral dan tekanan emosional, Dian merasa semakin terjebak dalam bayangan kelam yang mengancam untuk menghancurkan segalanya-pernikahan, persahabatan, dan masa depannya. Akankah ia mampu keluar dari jeratan ini sebelum semuanya terlambat?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Disuruh menikah dengan mayat? Ihh ... ngeri tapi itulah yang terjadi pada Angel. Dia harus menikah dengan mayat seorang CEO muda yang tampan karena hutang budi keluarga dan imbalan 2 milyar! Demi keluarganya, pada akhirnya Angel terpaksa menerima pernikahan itu! Tapi, ternyata mayat pengantin pria itu masih hidup! Apa yang akan terjadi selanjutnya? Baca sampai tamat yah, karena novel ini akan sangat menarik untuk menemani waktu santaimu. Salam kenal para pembaca, saya Yanti Runa. Semoga suka ya.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.