/0/22127/coverbig.jpg?v=c1b2eeda683abaecd79945ca0e7eeef1)
Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan. Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah-Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh. Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
"Semoga bukan bapak-bapak kepala plontos, kulit arang, perut buncit, kumis lele!"Meski pekerjaannya salah, gadis bernama Melissa itu selalu tetap berdoa untuk kelancarannya malam ini.
Ya, Melissa Permata Sari. Gadis berambut panjang sepinggang itu menarik napas dalam-dalam. Nomor kamar hotel yang ia tuju sudah di depan mata, sebentar lagi ia akan kehilangan sebuah mahkota sebagai sandang keperawanannya.
"Tenang Melissa , ngangkang dikit abis itu kabur!"
Nomor kamar hotel itu sudah ada di hadapannya, sekali lagi ia menarik napas sebelum membuka pintu.
"Eh kok gelap!"
Suara tap lampu terdengar dan seketika ruangan menyala terang. Ia tak mungkin salah kamar karena saat ini yang ia hadapi adalah pria tampan, jauh dari ketakutan sebelumnya.
Pria pemilik sorot mata tajam dengan rahang tegas di sana, membuat Melissa menundukkan kepala tak berani melihatnya.
Wajar saja, ini pengalaman pertama, ia tidak ada bakat untuk menggoda pria seperti wanita-wanita lain.
"Hmm... selamat malam, Pak! Mau langsung, atau pemanasan dulu? Kebetulan ini pengalaman pertama, biar Bapak aja yang bimbing hehe ...."
Tampak kaku, Melissa terus saja menyengir karena bingung bertingkah seperti apa yang cocok ia peragakan untuk berhadapan dengan pelanggan.
"Bisa ngurus anak? Menyusui?"
Terdengar konyol, cukup membuat tercengang, tetapi itulah yang ia dengar. Baiklah, ia akan menghadapi ini. Pertama-tama Melissa tersenyum sopan, lalu ia mendekati pria itu perlahan-lahan. Sesuai arahan madam Chee tadi, ia harus menggoda tamunya dengan baik.
"Kalau menyusui saya nggak bisa Pak karena belum ada pengalaman beranak, tapi kalau untuk menyusui Bapak saya bisa-eh!"
"Saya sudah besar!" Siapa sangka, sahutan itu membuat Melissa merasa konyol sendiri. "Apa ada pengalaman menjadi baby sitter?"
"Hmm, tapi bentar dulu Pak, ini Bapak mau nyewa saya atau mau cari pengasuh? Terus saya jadi dieksekusi gak?"
Pria itu menatapnya, lalu tersenyum kecil. Yang ditangkap oleh mata Melissa itu sebuah pahatan sempurna milik Tuhan yang sangat tampan. Ya, senyuman dengan lesung di pipinya.
"Sebenarnya saya sedang mencari pengasuh untuk anak saya, dan dengan cara ini saya berharap bisa menemukan perempuan muda yang bisa menjaga anak, atau yang sudah mempunyai anak tidak apa-apa karena saya butuh asi yang cocok untuk anak saya!"
"Istrinya ke mana, Pak?" tanya Melissa .
"Istri saya meninggal setelah melahirkan putri pertama saya!"
"Jadi sekarang Bapak duda?" Pria itu mengangguk, membuat Melissa ingin tahu lebih banyak." Terus, kenapa gak cari baby sitter aja? Cara Bapak ini udah out of topik banget dari kegiatan kita sekarang!"
"Sudah, bahkan sudah ke sekian kali, tapi anak saya gak cocok sama tangan mereka sampai cara ini yang terakhir. Sebelumnya saya juga sudah konfirmasi dengan madam Chee untuk mencarikan saya perempuan yang baru."
"Oh gitu, saya bisa kok jadi baby sitter, tapi untuk ASI saya belum bisa karena saya masih perawan. Tenang aja Pak, nanti saya usahakan anak Bapak mau!" Dengan semangat, Melissa seakan mengajukan dirinya.
"Alasan kamu jadi seperti ini karena apa?"
Pertanyaan itu adalah hal yang ingin didengar oleh Melissa karena dengan adanya pertanyaan tersebut semua orang harus tahu jika ia melakukan pekerjaan ini ada alasannya.
"Hutang ayah. Dia pernah gagal dalam usaha, dan modal usaha itu boleh meminjam. Buntu gak ada ide buat cari uang, jadi ini yang saya lakukan!"
"Berapa?"
"150 juta!"
"Baiklah ... ini sangat pas! Jika kamu berhasil membuat anak saya luluh, maka hutang orang tuamu akan lunas!"
"Serius Pak, langsung lunas?"
Tentu saja Melissa berbinar, padahal dugaannya ia akan melakukan pekerjaan ini sampai melayani beberapa orang untuk mengumpulkan uang sampai cukup.
"Ya, dengan syarat taklukan anak saya!" Pria itu berdiri dan membenarkan kemejanya, tampak siap melangkah.
"Deal! Jadi, Bapak gak jadi geledah saya nih?" Dengan tampang menantang seolah menggoda, Melissa bertanya.
"Gak, saya nggak nafsu!"
jawabnya sambil berjalan.
"Syukur deh, si imut aku nggak jadi turun mesin hehe," gumamnya, lalu ia mengintil pria itu dari belakang.
***
Setelah diajak mutar-mutar dengan mobil mewah, kini Melissa sedang menginjakkan kaki di sebuah mansion yang sudah dipastikan milik pria tadi.
Sebagai perempuan miskin yang dihidupi dengan kesederhanaan, tentu saja ia kagum. Namun, rasa kagum itu cukup ia pendam dalam hati.
"Cakep banget rumahnya, luas lagi. Ini kalau di komplek bisa nampung satu RT."
"Ayo, ikuti saya!"
"Ini rumah Bapak? Nyicil sebulan berapa? Eh, iya saya belum kenal nama Bapak!"
Ya, karena ia belum mengenalnya, maka pertanyaan menyicil terlintas, padahal ia belum tahu siapa pria tersebut.
"Adrian Sutil !"
Pria yang menjadi pemburu kaum perempuan itu adalah seorang miliarder dengan cabang usaha di mana-mana.Perusahaannya melatak, dan jangan ditanya bagaimana kondisi keuangannya.
"Oke pak Adrian, nama saya Melissa !"
"Tetapi?"
"Melissa Permata Sari", Pak.
Jangan di ganti ya, nanti repot dan bikin masalah di jagat raya!"
"Baiklah, ayo ikut saya, Mel!"
Wajah perempuan itu dibuat melongo, tetapi ia kesal karena namanya tidak disebutkan dengan sempurna. Namun, ia hanya mampu menahan sabar.
Setibanya di kamar bayi bernuansa baby blue, lagi-lagi Melissa merasa kagum dengan ruangan sebesar ini hanya untuk anak kecil.
Tiba-tiba seorang pembantu datang menghampiri dengan membawa bayi yang sedang menangis.
"Sini sama aku!" Melissa tentu saja mengajukan dirinya. Menangani bayi sudah biasa karena di rumahnya, banyak sekali ibu-ibu yang menitipkan anak dengan imbalan uang.
Perempuan dengan seragam pembantu itu ragu, tetapi saat majikannya memerintahkan ia langsung menyerahkan bayi bule yang ia gendong.
"Hei ... jangan nangis, Sayang.
.. ya ampun cantik banget!"
Awalnya bayi berusia tiga bulan setengah itu masih terus menangis. Namun melihat ekspresi Melissa yang dibuat-buat konyol, bayi tersebut mulai terdiam seolah sedang mengenali wajah perempuan itu.
"Bhaaa...."
Sedetik kemudian bayi tersebut tersenyum hingga akhirnya mulai tertawa. Bibir ayahnya pun tampak tertarik membentuk senyuman.
"Pak, dia cocok sepertinya!"
bisik pelayan di sampingnya.
"Tapi masih perawan!"
"Belum bisa kasih ASI dong, Pak?"
"Hmm...."
Kini mereka melihat Melissa sudah berhasil membuat bayi cantik itu tertidur dalam gendongannya. Adrian benar-benar tenang saat ini.
Pelayan tadi pun diperintahkan Adrian untuk menggantikan Melissa . Namun, baru sebentar saja bayi tersebut pindah tangan ia sudah menangis kencang seperti baru saja mimpi buruk.
"Astaga, dia gak mau aku lepas!"
"Nona, coba langsung taruh di ranjangnya. Bapak mau bicara dengan Nona katanya!" titah
"Oh, oke baik!" Dengan hati-hati anak itu diletakkan di dalam box, dan ya benar saja anak itu tidak bersuara lagi dan matanya tetap terpejam.
Kemudian, Melissa mengintil Adrian dari belakang. Sampai tiba di sebuah ruangan, mereka duduk saling berhadapan.
"Gimana Pak? Saya bisa kan taklukkan anak Bapak? Saya yakin deh nanti gak akan nangis terus kalau sama saya!"
"Hmm, okey saya akui itu dan mulai besok kamu sudah bisa bekerja, tapi... karena kamu tidak bisa memberikan asi berarti hutang ayahmu saya bayar setengah!"
"Perhitungan amat, orang kaya pelit!"
"Lunasi aja Pak, nanti potong gaji saya!" tawar Melissa .
"Tidak bisa, gaji kamu sudah habis untuk hutang setengah itu."
"Jadi saya gak digaji gitu, Pak?"
"Bisa, asal kamu mau ...."
"Mau apa?"
"Jadi pelacur saya!"
Bersambung ~
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.