/0/22545/coverbig.jpg?v=20250429182539)
Aurielle tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah menjadi serangkaian penderitaan setelah pernikahan yang dipaksakan. Hamil di usia muda, tanpa cinta dan tanpa harapan, ia harus menghadapi suaminya, Cassian, yang menganggapnya tak lebih dari beban. Baginya, pernikahan ini hanyalah kewajiban, sesuatu yang harus dijalani sampai saatnya ia bisa melepaskan diri. Saat Aurielle mulai berpikir untuk bertahan demi anak yang dikandungnya, kenyataan pahit menghantam lebih keras-Cassian ingin menceraikannya. Bukan karena kesalahan yang ia perbuat, tetapi karena cinta pertama pria itu kembali. Perempuan yang dulu pergi kini kembali menuntut tempatnya, dan Aurielle harus menerima kenyataan bahwa dirinya hanyalah penghalang dalam kisah mereka. Tapi apakah ia hanya akan pasrah? Saat seluruh dunia tampak berpihak pada pria yang telah mengabaikannya, seorang sosok dari masa lalunya muncul. Adrian, pria dengan tatapan tajam dan luka yang tersembunyi, datang dengan tawaran yang membuat Aurielle ragu. Apakah ia harus menerima bantuan dan melawan takdir yang dipaksakan kepadanya, ataukah ia akan membiarkan dirinya tenggelam dalam keputusasaan? Di antara kepedihan dan pengkhianatan, Aurielle harus memilih-bertahan sebagai korban atau bangkit untuk melawan.
Aurielle terbangun dengan rasa pusing yang menggigit. Matahari baru saja menyinari jendela kamar tidurnya yang terhalang tirai tebal, namun hangatnya terasa tidak nyaman di kulitnya. Kepalanya berat, dan tubuhnya terasa lelah, meskipun ia baru saja terbangun. Kehamilan ini, meskipun baru memasuki bulan ketiga, sudah membawa beban yang berat. Namun, yang lebih berat dari fisiknya adalah hati yang terasa hampa.
Ia memandang sekeliling ruangan mewah yang tidak pernah ia inginkan. Semua yang ada di sini adalah simbol dari kehidupannya yang dipaksakan. Tidur di tempat ini, di ranjang yang besar dan megah, tidak pernah bisa menutupi kenyataan pahit bahwa pernikahan ini hanyalah sekadar kewajiban bagi suaminya, Cassian.
Mata Aurielle beralih ke meja rias di sebelahnya. Di sana tergeletak cincin pernikahan yang berkilau-barang yang ia pakai karena kewajiban, bukan karena cinta. Sementara Cassian, suaminya, tidak pernah sekali pun melihat cincin itu dengan makna yang sama. Suaminya lebih tertarik pada pekerjaan dan urusan bisnis yang tak ada habisnya, lebih menyibukkan diri dengan dunia luar daripada berurusan dengan istrinya.
Dia memijat pelipisnya yang mulai berdenyut, mencoba mengingat kembali bagaimana ia bisa sampai di titik ini. Pernikahan mereka tidak dimulai dengan cinta, itu sudah jelas. Bahkan dari awal, semua yang terjadi lebih seperti transaksi yang dipaksakan daripada hubungan yang didasari oleh perasaan. Orangtuanya, yang lebih mementingkan status dan kekayaan, membuat keputusan ini jauh sebelum Aurielle mengetahui apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Tidak ada ruang bagi suara hatinya, tidak ada pertimbangan tentang apa yang ia inginkan. Semua telah dipilih untuknya.
Suaminya datang dari keluarga kaya dan berpengaruh, dengan wajah tampan yang selalu mampu memikat banyak perempuan. Namun, di balik pesona itu, ia lebih mirip dengan batu yang keras-dingin dan tak terjangkau. Aurielle tahu itu sejak awal, namun kini, dengan perut yang membesar, ia harus menerima kenyataan yang lebih pahit. Suaminya bahkan tidak peduli dengan keadaannya. Ia terlalu sibuk dengan dunia luar, sementara Aurielle terkurung dalam rumah ini, menanti waktu yang entah kapan akan datang.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka perlahan. Aurielle menoleh dengan cepat. Cassian berdiri di ambang pintu, tampak segar seperti biasa dengan jas yang rapi. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun, seolah ia baru saja keluar dari pertemuan bisnis yang penting.
"Aurielle," suaranya datar, "ada yang perlu kita bicarakan."
Aurielle menatapnya, mencoba untuk mengatur napas. Rasanya, setiap kali Cassian berbicara, ada sesuatu yang tak terucapkan-sesuatu yang selalu membuatnya merasa seperti ia hanya ada di dunia ini untuk memenuhi kewajiban.
"Apa lagi yang harus kita bicarakan?" jawab Aurielle dengan nada dingin, meskipun hatinya bergetar. "Apakah itu soal perceraianmu dengan dia?" Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyebutnya. Sejak awal pernikahan ini, ada nama yang selalu mengganggu pikirannya-selalu ada bayangan tentang wanita itu, yang bahkan tak pernah ia temui.
Cassian tidak menunjukkan reaksi apa pun pada kata-kata itu. Hanya ada kesunyian yang semakin menambah beban di udara. Dia melangkah lebih dekat dan duduk di tepi tempat tidur, menatap Aurielle dengan tatapan yang sulit dibaca.
"Aurielle," ucapnya pelan, "Kamu tahu bahwa aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Kita berdua tahu itu."
Kalimat itu seperti cambuk yang menyayat. Aurielle menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir tumpah. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan pria itu, tetapi hatinya sakit sekali. Semua yang ia terima adalah kenyataan yang harus diterima dengan ikhlas, meski tidak pernah ia harapkan.
"Aku... aku sudah berusaha," Aurielle berkata dengan suara bergetar, "Aku tahu aku tidak bisa memberikan apa yang kamu inginkan, tapi aku... aku sedang hamil, Cassian. Apa yang akan terjadi padaku?"
Tanyaannya menggantung di udara, penuh dengan ketakutan dan keputusasaan. Kehamilannya ini, meskipun berharga, tidak pernah diterima dengan suka cita. Bahkan, Cassian lebih sering mengabaikan kenyataan bahwa dia akan menjadi seorang ayah. Sementara itu, dia hanya berusaha untuk bertahan, meski tanpa dukungan dari pria yang seharusnya menjadi pelindungnya.
Cassian menatapnya dengan kosong, seakan kata-katanya tidak mempengaruhi apa pun dalam dirinya. "Kamu akan baik-baik saja," jawabnya datar, "Aku akan segera mengurus perceraian kita. Seperti yang sudah aku bilang, aku ingin hidupku kembali, Aurielle. Aku sudah punya pilihan, dan itu bukan kamu."
Kalimat itu menghantam Aurielle dengan keras. Semua yang ia lakukan, semua usaha yang ia buat, semua kesabaran yang ia simpan, ternyata tidak berarti apa-apa bagi Cassian. Ia merasa seperti tak lebih dari sekadar bayang-bayang yang diabaikan.
Namun, sesuatu di dalam dirinya bangkit. Ketika Cassian beranjak pergi, tidak ada rasa sesal yang menyertai langkahnya. Yang ada hanya tekad. Tekad untuk bertahan, meskipun hanya dirinya yang bisa melakukannya.
Aurielle menatap cermin di depan kamar, melihat sosoknya yang semakin berubah. Hamil, terluka, dan terjebak dalam pernikahan yang dipaksakan-dia tahu ini adalah pertarungan terbesar dalam hidupnya. Tetapi kali ini, ia tidak akan menyerah begitu saja. Tidak lagi.
Aurelia "Rhea" Callista terbangun dengan paksa di tengah tidur siangnya, ditarik oleh sang ibu ke rumah keluarga Castor yang tengah menggelar pernikahan megah untuk putra sulung mereka, Kaelan Castor. Dengan kepala masih setengah sadar, Rhea menurut saja saat wajahnya mulai dirias oleh tim tata rias profesional yang disewa oleh keluarga Castor. Namun, kebingungan mulai merayapi pikirannya ketika ia menyadari gaun putih yang dikenakannya bukanlah seragam penerima tamu seperti yang dikatakan Tante Evelyn, melainkan gaun pengantin. Riasan wajahnya dibuat sempurna, dan rambutnya ditata layaknya seorang mempelai wanita. Sebelum sempat mengajukan protes, suara ayahnya menggema di ruangan sebelah. Kata-kata *ijab kabul* keluar dari bibir pria yang baru dikenalnya dari kejauhan-Kaelan Castor-seorang pria berkarisma yang telah sukses sebagai direktur muda di perusahaan keluarganya. Namanya disebut dalam akad nikah itu, dan saat jawaban qabul meluncur dari bibir Kaelan, dunia Rhea seketika runtuh. Ia baru sadar-dirinya bukan sekadar penerima tamu, tapi mempelai wanita dalam pernikahan yang tak pernah ia setujui. Lebih buruknya lagi, ia hanyalah pengganti bagi seseorang yang seharusnya berdiri di tempatnya. Terjebak dalam pernikahan penuh intrik, pengkhianatan, dan rahasia yang menyesakkan, bagaimana Rhea akan menghadapi nasib barunya? Mampukah ia bertahan dalam rumah tangga tanpa cinta, atau justru menemukan sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya dalam diri Kaelan?
Di kerajaan yang penuh intrik dan pengkhianatan, Isolde Varelle dipaksa menikahi Duke Severian Valemont, seorang pria yang ditakuti karena kekejamannya dan rumor bahwa ia adalah iblis berwujud manusia. Pernikahan ini bukan karena cinta, melainkan satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa ayahnya, yang difitnah sebagai pengkhianat oleh Raja Aldebrand-penguasa lalim yang tamak dan terkenal memburu wanita untuk kesenangannya sendiri. Terjebak dalam istana dingin sang Duke, Isolde harus bertahan di antara ketakutan dan rahasia kelam yang menyelimuti suaminya. Tapi semakin lama ia mengenalnya, semakin ia menyadari bahwa Severian bukan hanya sekadar monster yang dikisahkan orang-orang. Di balik tatapan dinginnya, ada dendam yang membara-dan Isolde mungkin adalah satu-satunya yang bisa menghidupkan kembali sisi manusianya... atau menghancurkannya sepenuhnya. Namun, saat ancaman dari raja semakin mendekat, Isolde dihadapkan pada pilihan: mempercayai suaminya yang mengerikan, atau mencari jalan lain yang mungkin justru mengantarnya pada kehancuran.
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
SESUAI JUDULNYA CERITA INI AKAN SANGAT PANAS DAN BERBAHAYA TIDAK HANYA SEKEDAR ROMAN DEWASA TAPI JUGA MISTERI YANG AKAN MERANGSANG PEMBACA UNTUK TERUS IKUT BERPIKIR MEMECAHKANYA! Berawal dari Geby yang terpaksa menikah dengan Jeremy Loghan seorang billionaire keji yang penuh dendam dan kebencian. Geby yang masih mencintai kakak laki-laki dari Jeremy membuat pria itu hanya ingin semakin membenci istrinya. Jeremy selalu kasar dalam menangani istrinya di atas ranjang. Sampai akhirnya sebuah rahasia besar perlahan-lahan terbongkar dan Jeremy sudah terlajur jatuh cinta pada Geby ketika seharusnya dia jadi wanita yang paling dia benci sebagaiman mestinya. Apa kira-kira yang akan dipilih Jeremy, dendam atau cintanya kepada Geby? Cerita ini akan pemuh kebencian, dendam, dan konspirasi yang licik dari keluarga bangsawan kaya raya! ADA TIGA SEASON YANG KUGABUNG JADI SATU DALAM CERITA INI KARENA ITU BABNYA TERLIHAT PANJANG, COBA BACA DULU DAN KUJAMIN TIDAK AKAN BISA BERHENTI. (seting cerita Yorkshire Inggris sejarah dan budaya akan menyesuaikan)
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.