/0/23211/coverbig.jpg?v=0893f926a4d317f0ff0357123c5604b5)
Kebanyakan orang akan memilih move on dan melupakan segalanya ketika cintanya telah usai, atau pun bertepuk sebelah tangan. Tetapi tidak dengan Aira. Aira justru malah semakin merasa tertantang dan memilih maju untuk memperjuangkan dan merebut kembali cintanya yang telah direbut oleh wanita lain. Baginya, cinta itu tidak terlalu penting dan bukanlah segalanya. Namun, harga diri di atas segalanya. Aira juga tidak begitu peduli dengan mantan kekasihnya, tetapi ia hanya ingin mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi haknya. "Kau salah lawan, Akista. Aku tidak akan membiarkan kau menang dariku." ~ Aira Setyanda Liebra
Aira melihat pantulan dirinya di sebuah kaca yang tertempel di dinding kamar mandinya. Matanya sembab, karena menangis terlalu lama. Ia baru saja ditinggalkan oleh kekasihnya.
Dirinya tidak pernah menyangka, sepupunya sendiri tega merebut laki-laki yang sudah menjadi tunangannya dari tahun lalu. Entah apa motifnya, Aira juga tidak mengerti.
Yang jelas kali ini, Aira tidak mau membiarkan hal ini terjadi begitu saja pada dirinya. Setidaknya ia harus memberikan pelajaran agar kedepannya tidak ada seseorang yang berani menindas dirinya lagi seperti ini.
Perempuan itu sudah benar-benar keterlaluan, bahkan setelah ia berhasil merebut Raka darinya, ia tetap tak puas dan memfitnah bahwa Aira berselingkuh. Bahkan cacian dan hinaan keluar dari mulutnya. Dengan dalih, sudah sangat mengenal Rania padahal jelas-jelas, mereka berdualah yang berselingkuh.
Aira berbalik dan bersandar di dinding toilet. "Aku memang bisa mengikhlaskan Mas Raka, tetapi aku tidak akan membiarkan harga diriku diinjak-injak siapapun, termasuk keluargaku sendiri."
Ia mengelap air matanya menggunakan tisu lalu mencuci wajahnya dengan air.
"Aku harus bisa menenangkan diri."
Aira menghela nafasnya, ia keluar dari toilet dan duduk di tepi ranjangnya. Ia membuka handphonenya. Matanya membelalak lebar melihat angka notifikasi yang tertera di sana, 983 email belum terbaca.
Ternyata tanpa ia sadari, selama ini sudah cukup lama dirinya mengabaikan semua email dari klien-kliennya karena terlalu sibuk mengurus percintaannya dengan Raka.
Aira melempar handphonenya ke kasur, ia merebahkan tubuhnya kesal.
"Rasanya bodoh sekali, mengapa aku sampai segitunya mengurus hubunganku dengan Raka. Padahal dia sendiri tidak berniat mempertahankan hubungan yang sudah sejauh ini."
Sehak 2 bulan terakhir Rania tidak mengurus bisnis-bisnisnya lagi, dan meminta orang kepercayaannya untuk memegangnya. Tetapi di sisi lain, ada hal yang tak bisa dihandle orang selain dirinya, yaitu tentang profesinya sebagai seorang konsultan keuangan.
Banyak yang membutuhkan jasanya, tetapi Rania sudah memutuskan untuk break sejenak dan fokus pada persiapan acara pernikahannya.
Dirinya berfikir tidak butuh bekerja lagi karena sudah mau menikah dan suaminya mampu membiayainya, tetapi naas calon suaminya itu malah terpergok selingkuh dengan sepupunya sendiri, dua hari sebelum acara pernikahannya.
"Hufft, urusan binisku semuanya jadi hancur berantakan cuma karna percintaan konyol ini."
"Sudahlah, aku harus siap-siap dan berangkat sekarang."
Rania segera menyiapkan segala keperluannya untuk meeting hari ini. Ia mungkin sudah kehilangan beberapa kliennya, tetapi beberapa juga masih tersisa dan ia harus mempertahankannya.
Partner A Share location
Cafe Lorenia 📍
Taksi yang anda pesan telah sampai
Dua pesan terkirim ke handphonenya. Ia pun mengambil tas selempang dan beberapa dokumennya dan bergegas pergi.
__________________
Seorang pria berpostur tubuh tinggi menyapanya, dia adalah Mr. Putra Handiwijaya, klien setianya sejak 2 tahun lalu yang kini sudah berumur 50 tahun.
Perawakannya tinggi dan berwibawa, dengan jaz berwarna biru navy yang ia kenakan membuatnya semakin bergaya meski sudah berumur.
"Halo Nona Aira, akhirnya kita bisa bertemu kembali. Saya kira anda tidak datang, karna mendengar dari klien-klien anda sebelumnya, anda akhir-akhir ini sibuk dan membatalkan semua jadwal anda."
Airq hanya tersenyum tipis dan mengangguk mendengar itu, dan berusaha memberikan sedikit penjelasan. Padahal jauh di lubuk hatinya ia juga merasa menyesal.
"Maaf Mister, akhir-akhir ini saya memang sedang banyak urusan dan ada sedikit masalah. Jadi saya tidak bisa handle semuanya."
Pria itu pun mengangguk kecil dan mempersilahkan Aira untuk duduk.
"Baik, Nona Aira. Sekarang bisa kita mulai topik pembicaraan kita?"
"Baik."
Mister Putra pun menjelaskan beberapa masalah yang sedang dihadapi oleh grup Handiwijaya, salah satunya adalah kebocoran dana perusahaan sehingga perusahaannya mengalami kerugian besar.
Aira menduga bahwa hal ini pasti ada kaitannya dengan penggelapan dana yang dilakukan oleh orang dalam perusahaan itu sendiri. Dan Mister Putra nampaknya juga setuju dengan asumsi Aira.
"Jadi bagaimana solusinya, Nona Aira?" tanya Mister Putra.
"Baiklah, Mister Putra. Kita tidak boleh bertindak gegabah dalam hal ini. Sepertinya kita harus memperketat sistem pemantauan keuangan perusahaan."
"Selain itu sepertinya kita harus membekukan akun-akun yang melakukan aktivitas mencurigakan, sebelum lebih banyak dana berhasil dicuri."
"Dan saya pikir pasti bapak memiliki data-data kejanggalan yang sebelumnya terjadi di perusahaan bapak. Ini akan sangat berguna untuk kita menelusuri pola pelaku."
"Benar, saya memiliki data-data kejanggalan terakhir sebelum terjadinya kebocoran dana terbesar dalam perusahaan terjadi."
"Serahkan pada saya dan saya akan mengurusnya. Dalam hal ini kita juga tidak bisa bertindak sendirian, Mister. Kita harus menyewa cybersecurity untuk mengamankan data-data kita."
"Baiklah, saya mengerti. Data-datanya akan saya kirim lewat email. Saya juga akan menyewa para cybersecurity dan meminta mereka untuk melindungi data perusahaan."
Mister Putra menghela nafasnya, sedikit merasa lega.
"Selebihnya saya serahkan pada anda. Saya berharap kita bisa segera menemukan pelakunya sebelum masalah ini merambat dan semakin parah."
Aira mengangguk mantap.
"Jangan khawatir, Mister Putra. Saya akan menyusun langkah selanjutnya dan memberi tahu perkembangannya secepat mungkin."
Ia merapihkan dokumen di depannya lalu berdiri. Mister Putra pun ikut berdiri dan menjabat tangannya.
"Terima kasih atas waktunya, Nona Rania. Saya akan menghubungi anda lagi untuk tahu lebih lanjut."
"Sama-sama Mister Putra, silahkan saja anda menghubungi saya, tidak perlu sungkan."
Setelah mengucapkan kata terakhir itu, Aira melangkahkan kakinya keluar dari kafe dengan langkah yang lebih ringan.
Meskipun ada masalah baru, setidaknya dia bersyukur pada Tuhan karena sudah menunjukkan jalan yang membuatnya sadar akan cinta palsu itu.
________________
Aira berjalan mendekati sebuah taksi yang sedang berhentilah di depan kafe, sambil sesekali melihat handphonenya. Ia berusaha mencocokkan plat nomor mobil dan nomor yang tertera di aplikasi.
Saat Aira selangkah hampir sampai, seseorang menarik tangannya. Aira menoleh, matanya langsung bertemu dengan seseorang yang pernah ia cintai. Sosok itu adalah Raka.
Aira sempat terpaku sejenak, rasanya aneh. Nyatanya ia memang masih mencintai Raka. Tetapi mengingat kelakuannya, membuat Rania muak.
"Apa yang kau lakukan di dini?" Tanya Aira dingin dan menatapnya tajam, ia langsung menepis tangan Raka.
"Akulah yang seharusnya bertanya, Aira. Sedang apa kau di sini? Kau terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini."
Aira menatapnya sinis. "Cih, apa kau masih peduli denganku?"
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
"Dapatkan wanita itu untukku. Malam ini dia akan menjadi milikku!" ujar Leo De Vana kala mata glasialnya menangkap mangsa yang menarik malam ini. ••• Leo De Vana ketua mafia Cosa Nostra yang terkenal bengis dan kejam akan musuh- musuhnya. Menduda selama 5 tahun tidak membuat Leo merasa kesepian. Dia sangat anti dan benci dengan sesuatu yang berurusan dengan wanita. Hingga Leo merasakan jatuh cinta kali pandangan pertama pada gadis SMA yang mampu meluluhlantahkan hatinya yang sudah lama mati sejak perselingkuhan istri dan sahabatnya. Demi bisa mendapatkan gadis tersebut, Leo merebut kehormatannya demi bisa menjerat gadis tersebut untuk menjadi milik Leo De Vana seutuhnya.
Jatuh dari keningratan, Zen Luo menjadi budak yang rendahan yang digunakan sebagai karung tinju untuk para mantan sepupunya. Secara tidak sengaja, dia menemukan cara untuk mengasah dirinya menjadi senjata dan sebuah legenda dimulai karena itu. Dengan keyakinan yang kuat untuk tidak pernah menyerah, dia berusaha untuk membalas dendam dan mengejar impian yang besar. Pendekar dari berbagai klan bersaing untuk kekuasaan dan dunia menjadi kacau. Mengandalkan tubuh yang sebanding dengan senjata ampuh, Zen mengalahkan banyak musuh dalam perjalanannya menuju keabadian. Akankah dia berhasil pada akhirnya?