Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Terpaksa Menikahi Rival
Terpaksa Menikahi Rival

Terpaksa Menikahi Rival

5.0
5 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

"Gue udah muak sama lo, Nayla!" bentak Raka, menatap gadis di depannya dengan penuh frustrasi. Nayla hanya menyeringai sambil melipat tangan. "Lah, siapa suruh lo sok jadi polisi sekolah? Lo kira gue takut?" "Kalau lo masih bikin ulah, gue bakal pastikan lo dikeluarin dari sekolah ini!" ancam Raka. "Silakan, Ketua OSIS tersayang. Tapi kalau gue dikeluarin, lo bakal kehilangan orang paling seru di hidup lo," Nayla menjawab santai, matanya berkilat menantang. Raka mendengus kesal. Sejak kapan gadis ini selalu bisa membuatnya kehilangan kesabaran? "Oh ya, Raka. Jangan galak-galak amat sama gue, gue cantik pinter bikin orang jatuh cinta soalnya." Nayla sengaja berkedip nakal menggoda Raka sebelum pergi meninggalkan Raja begitu saja.

Bab 1 Raka VS Nayla

"NAYLA ARDANA! LO LAGI-LAGI BIKIN MASALAH!"

Suara berat dan penuh amarah itu menggema di lorong sekolah. Semua siswa yang sedang berkeliaran langsung menepi, memberi jalan bagi seorang cowok berseragam rapi dengan lencana Ketua OSIS yang terpampang jelas di dadanya. Tatapan tajamnya terkunci pada seorang gadis yang berdiri dengan tangan bersedekap, wajahnya penuh rasa tak bersalah.

"Apaan sih, Raka? Pagi-pagi udah nyari ribut," balas Nayla santai, bersandar di loker dengan sikap masa bodoh.

Raka Pratama menghembuskan napas panjang, mencoba meredam emosinya. "Jangan pura-pura bego! Gue udah bilang berapa kali? Gak boleh coret-coret tembok sekolah!"

Nayla melirik ke belakangnya. Sebuah mural besar penuh warna terpampang jelas di dinding sekolah. Gambar seorang guru dengan jubah superhero dan tulisan besar berbunyi: "PAHLAWAN SEJATI GAK CUMA NGASIH TUGAS, TAPI JUGA NGERTI SISWANYA".

"Gue sih ngerasa ini seni," kata Nayla santai sambil menatap karyanya. "Bagus, kan?"

"Bagus dari mananya? Ini vandalisme!" bentak Raka, urat di lehernya mulai terlihat.

Nayla mendecak. "Dasar Ketua OSIS sok suci. Lo pikir sekolah ini penjara? Sedikit warna gak akan bikin gedung ini runtuh, tahu."

"Lo beneran gak peduli aturan, ya?"

Nayla tersenyum miring. "Aturan itu dibuat untuk dilanggar."

Raka mengerang frustrasi. "Gue sumpahin lo bakal kena hukuman yang bikin lo kapok, Nayla."

"Silakan. Gue gak takut," jawab Nayla enteng, meski jauh di lubuk hatinya, ia tahu satu hal: kalau Raka yang ngomong, berarti itu bakal jadi masalah besar.

Dan benar saja. Dua jam kemudian, namanya sudah terpampang di papan pengumuman:

"Nayla Ardana – Wajib Bekerja Sama dengan Ketua OSIS dalam Proyek Festival Sekolah."

Nayla menatap tulisan itu dengan ekspresi horor.

"APAAA?!"

Sementara itu, dari kejauhan, Raka hanya menyeringai puas.

"Gue gak mau!" Nayla menolak mentah-mentah sambil melipat tangan di dada.

Di depannya, Raka duduk di kursi Ketua OSIS dengan ekspresi puas. "Lo gak punya pilihan, Nay. Ini perintah kepala sekolah."

Nayla mendengus. "Gue lebih baik disuruh bersihin toilet sekolah sebulan daripada harus kerja sama sama lo."

Raka mengangkat alis. "Boleh aja. Mau gue ajukan ke kepala sekolah?"

Nayla mendengus kesal. "Bangsat lo."

Raka hanya tersenyum sinis. "Santai, Nay. Gue juga gak seneng-seneng amat harus kerja bareng lo."

Mereka berada di ruang OSIS yang cukup luas, penuh dengan tumpukan berkas dan papan rencana untuk acara festival sekolah. Setiap tahun, festival ini selalu jadi ajang bergengsi yang menentukan reputasi OSIS, dan sekarang... Nayla harus ikut campur di dalamnya.

"Dengar, lo cuma perlu bantu gue ngurus beberapa hal, terus kita bisa pura-pura gak saling kenal lagi setelah ini," kata Raka, menyodorkan selembar kertas ke arah Nayla.

Nayla mengambil kertas itu dengan malas. Matanya menyipit saat membaca daftar tugas yang Raka buat. "Ngurus sponsor? Dekorasi? Pengisi acara? Lo gila?! Gue bukan budak lo, Ketua OSIS sok kuasa."

"Gue gak minta lo jadi budak, gue minta lo kerja," balas Raka santai. "Atau lo mau dihukum lagi?"

Nayla menggeram. "Lo ngancam gue?"

"Gue cuma mengingatkan."

Nayla menatap Raka tajam. Dalam hati, ia ingin melempar kursi ke arah cowok itu. Tapi, di sisi lain, dia tahu gak ada gunanya melawan kali ini. Kalau dia gak mau dikeluarkan dari sekolah, satu-satunya pilihan adalah... bertahan.

"Baiklah, Ketua OSIS sok perfeksionis. Gue bakal bantu. Tapi ingat, kalau lo nyuruh-nyuruh gue kayak pesuruh, lo bakal nyesel."

Raka terkekeh. "Kita lihat aja nanti."

Nayla mengetuk-ngetukkan pensilnya ke meja, menatap ruangan OSIS dengan tatapan bosan. Raka berdiri di depan papan tulis, menjelaskan rencana festival sekolah dengan detail yang menurut Nayla terlalu berlebihan.

"Jadi, kita perlu memastikan semua sponsor sudah deal sebelum akhir bulan," kata Raka, matanya menyapu seluruh anggota OSIS yang duduk di sekeliling meja. "Dan Nayla akan bertanggung jawab atas dekorasi serta konsep acara utama."

Nayla mendengus. "Lo yakin gak salah kasih tugas? Kenapa bukan lo aja yang ngurus?"

Raka menghela napas panjang. "Karena lo yang paling kreatif di sini, meskipun sering bikin masalah. Jadi, manfaatin kreativitas lo buat sesuatu yang berguna."

Semua mata tertuju pada Nayla, menunggu reaksinya. Dia menatap Raka dengan tatapan tak percaya sebelum akhirnya mendecak. "Fine. Tapi gue gak bakal kerja sendirian. Siapa yang bantuin gue?"

"Dafa dan Alya bakal bantu lo," kata Raka cepat.

Dafa, yang duduk di sudut ruangan, mengangkat tangan dengan malas. "Gue? Serius?"

Alya hanya tersenyum tipis. "Gue sih oke aja, asal Nayla gak ngilang tiba-tiba."

Nayla mengangkat bahu. "Santai aja, gue bakal kerja... dengan cara gue sendiri."

.

.

.

Hari pertama Nayla bekerja sebagai panitia festival sekolah berjalan... luar biasa buruk.

"NAYLA! APA-APAAN INI?!" Raka berteriak begitu memasuki aula sekolah dan melihat dekorasi yang jauh dari ekspektasinya.

Nayla menoleh santai dari tangga, tempat dia sedang menggantung lampion warna-warni yang tampak lebih cocok untuk pesta ulang tahun anak-anak dibanding festival sekolah. "Lo bilang gue harus kreatif, kan? Nah, ini kreativitas gue."

Raka mengurut pelipisnya. "Lo bercanda, kan? Gue minta dekorasi yang elegan dan formal, bukan-bukan sirkus begini!"

Dafa yang berdiri di dekatnya hanya terkekeh. "Sebenarnya, menurut gue ini keren sih. Unik."

"UNIK?!" Raka hampir frustasi. "Kepala sekolah bakal ngamuk kalau lihat ini! Nayla, lo harus ubah semua ini."

Nayla turun dari tangga dan berdiri di depan Raka dengan tangan bersedekap. "Gue udah kerja keras buat ini. Lo pikir gampang? Gue gak bakal ubah apa-apa, Ketua OSIS sok perfeksionis."

"Gue juga udah kerja keras buat acara ini berjalan lancar! Dan gue gak mau ada satu pun kesalahan!" Raka membalas dengan nada yang sama tegasnya.

Alya yang sedari tadi menyaksikan pertengkaran itu akhirnya angkat bicara. "Oke, sebelum kalian berdua saling bunuh, gimana kalau kita cari jalan tengah?"

Nayla dan Raka saling menatap tajam sebelum akhirnya mendengus bersamaan.

Dafa tertawa kecil. "Ini baru hari pertama, bro. Lo siap dengan lebih banyak drama?"

Raka hanya bisa menghela napas. Ini baru permulaan, dan dia sudah merasa kehabisan tenaga.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Sekolah   03-11 12:54
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY