masih sulit mempercayai kenyataan bahwa dirinya kini telah sah menjadi istri Raka, walaupun hanya sec
Di ruang tamu rumahnya yang hangat, Nayla duduk di antara kedua orang tuanya, mencoba mengendalikan emosinya yang berkecamuk. R
bukan sesuatu yang kamu rencanakan, kamu harus tetap menjalani tanggung jawabmu dengan baik. Rumah tangga itu bukan ha
mulai menggenang di pelupuk matanya. "Aku masi
yang tidak kamu inginkan. Tapi sekarang ini adalah kenyataan. Jangan jadikan pernikahan ini sebagai beban. Anggaplah ini sebagai fase
endengarkan. Raka menyadari tatapan itu dan mengangguk
lembut. "Jaga dirimu baik-baik, Nak. Dan ingat, rumah ini selalu
an meninggalkan rumah ini secepat ini. Rasanya baru kemarin ia berlarian di halaman rumah, be
emeluk kedua orang tuanya erat, merasakan kehangatan yang mungkin akan sangat ia rindukan. Setelah berpami
us pelan, membawa suasana yang syahdu. Nayla menatap rum
engemudi, menyalakan mesin mobil d
enenangkan dirinya. "Gue gak t
mulai melajukan mobilnya. Kini, perjalanan
jalanan yang perlahan mulai gelap seiring matahari terbenam. Biasanya, Nayla yang selalu berisik dan penuh semangat, tapi kali ini tidak ada satu
ar yang selalu membuat kepalanya pening di sekolah, kini terlihat begitu rapuh. Matanya sembab, bibirnya sedikit gemeta
as panjang. "Lo d
da ja
as menyerang dengan kata-kata pedas. Tapi kali ini, gadis itu hanya diam. Tatapan kosongn
uka melihatnya dalam kondisi seperti ini. Gadis itu memang sering membuatnya kesal se
o tahu, kan, ini pertama kalinya lo nggak bikin gue naik darah dalam sehari penuh?
teta
s lagi. Oke, ini lebih
ana. Tapi lagu yang mengalun malah melankolis, seakan dunia pun ikut bersimp
embut. "Gue tahu ini berat, tapi kita harus jalanin ini sama-sama. G
karena air mata yang hampir jatuh. "Lo gak ngerti, Rak. Gue ninggalin rumah gue. Gue ninggalin
ayla, tapi ia juga tidak tahu haru
n aja," kata Raka akhirnya. "Ini bukan
enatap ke arah Raka, berusaha me
ada buat gue, Ra
itu. Nayla yang biasanya kuat,
natap lurus ke depan.
it beban di dadanya terangkat. Ia kembali menatap ke luar jendela, tapi kali ini mat
rasa berhasil membujuk gadis palin
gugup. Rumah ini lebih besar dari yang ia bayangkan, dengan halaman luas dan taman yang
wanita anggun berdiri di depan pintu, menunggu kedatang
dan membuka pintu unt
berdiri di samping Raka. Matanya bertemu dengan
mendekati Nayla dan menggenggam tangannya. "Kami sudah menden
asi yang mudah untukmu, Nak. Tapi jangan merasa tertek
ndapatkan tatapan tajam atau pertanyaan penuh tuntutan, tetapi yang
katanya pelan. "Saya... Say
Sekarang, ayo masuk. Kamu pasti
am. Sementara itu, Nayla menghembuskan napas lega. Setidakny