Unduh Aplikasi panas
Beranda / Anak muda / Antara Sahabat dan Cinta
Antara Sahabat dan Cinta

Antara Sahabat dan Cinta

5.0
27 Bab
814 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Ini kisah tentang persahabatan tiga orang manusia yang baru saja naik ke kelas tiga SMK. Rania, Ray, dan Gia sudah bersahabat selama lima tahun lamanya. Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja saat mereka di kelas dua SMP dan berakhir menjadi sahabat sejati. Banyak orang bilang bahwa tidak mungkin ada persahabatan yang murni di antara laki-laki dan perempuan. Mereka yakin kalau salah satu di antaranya pasti ada yang memendam rasa rasa. Kebanyakan takut kalau mengungkapkan rasa itu akan menghancurkan persahabatan, tetapi ternyata dengan semakin memendam malah menghancurkan diri mereka sendiri. Sedih, senang, tangis, dan tawa mereka lalui bersama sebagai kenangan manis di masa sekolah. Namun, apakah hati bisa terus berbohong dan memendam selamanya? Apakah cinta bisa hadir di antara mereka?

Bab 1 01; Hari pertama sekolah

Juli 2015

Pagi yang cerah ini menjadi hari pertama para murid masuk sekolah setelah libur panjang kenaikan kelas. Jam sudah menunjukkan pukul enam lebih lima puluh menit, sebentar lagi upacara akan segera dimulai.

SMK Cahaya Bangsa adalah salah satu sekolah kejuruan terbaik yang menyandang predikat sekolah favorit. Segudang penghargaan telah didapat yang membuat sekolah ini harum namanya. Yang menjadi ikon adalah predikat sekolah terbersih di kota ini.

Tidak mudah untuk bisa sekolah di sini. Anak-anak yang terpilih sudah melalui tes atau berdasarkan nilai akhir ujian. Selain itu, SMK Cahaya Bangsa juga menerapkan peraturan yang sangat ketat dan menerapkan punishment and reward.

Namun, pasti ada saja murid yang yang tidak begitu tunduk pada peraturan. Salah satunya adalah seorang siswi yang baru saja melewati gerbang sekolah dengan langkah santai. Bahkan dia tidak peduli dengan murid lain yang tidak sengaja menabrak bahunya dari belakang.

"Kak Rania, ayo bentar lagi upacara nya dimulai!"

"Udah sana duluan aja," balasnya pada orang lewat yang ia tidak kenal tadi.

Dia adalah Rania Ghassani, siswi kelas 12 jurusan Pemasaran yang cukup aktif di sekolah. Karena bel terakhir sudah berbunyi, gadis itu tidak bisa menyimpan tas terlebih dahulu di kelas sebelum mengikuti upacara. Alhasil dia terpaksa menyimpan tasnya sementara di UKS.

"Itu yang namanya Kak Rania anak kelas 12 PS-2 itu?"

"Iya. Keliatan biasa aja, 'kan?"

"Iya ya. Tapi kok bisa bikin peraturan keramat sekolah diganti gitu aja karena dia?"

"Ada sesuatu kali?"

"Ap‒"

"Heh bukannya keliling, malah ngobrol! Cepet cek anak-anak yang upacara!"

"I-iya, Kak."

Rania mengangkat sudut kiri bibirnya saat tidak sengaja mendengar pembicaraan orang-orang itu. Mungkin ini salah satu konsekuensi menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) yang akhirnya bisa mengubah aturan sekolah paling kuat.

Bagi mereka yang tidak mengenal Rania, seringnya berpikir kalau gadis itu adalah orang yang dingin dan cuek. Ekspresi wajah yang terlalu jujur daripada mulut juga menjadi ciri khas. Apalagi ketika merasa tidak suka dengan seseorang.

Sekitar tiga puluh menit berlalu, upacara hari Senin pun selesai. Rania bergegas mengambil tas yang ada di ruang UKS. Matanya mungkin tidak melihat, tetapi dia bisa merasakan tatapan dan suara bisik-bisik yang mengarah ke padanya.

Rania tidak mau ambil pusing, langkahnya tetap santai menuju kelas Pemasaran 2 (PS-2). Rasanya tidak sabar ingin segera masuk ke kelas untuk bertemu teman-teman kelas dengan wajah baru. Kabarnya kemarin ada pengaturan ulang untuk setiap kelas.

Saat Rania baru sampai di ambang pintu, beberapa anak sudah berkumpul di depan kelas sambil tersenyum lebar ke arahnya. Rania seketika tertawa geli sambil menggelengkan kepala melihat tingkah teman-temannya.

"Weh ini dia pahlawan kitaaaa."

"Rania Ghassani si pembawa perubahan!"

"Panutanku!"

Rania berjalan ke arah mereka sambil masih tertawa. "Apaan sih lo pada? Biasa aja kali."

"Coba aja dari dulu ada yang berani ngomong kayak gitu, udah dari dulu kali itu peraturan diganti," ujar seorang perempuan dengan tulisan nama Saras di baju seragam.

"Yaudah lu pada traktir gue, ya. Buat tanda terima kasih!" seru Rania.

Mereka semua pun tertawa bersama. Beberapa anak masih ada yang mengungkit-ungkit kejadian saat LPJ kemarin. Hingga akhirnya tawa Rania hilang setelah melihat wajah seorang laki-laki yang familiar muncul dari kerumunan.

"Hai, Raniaaa."

Gadis itu langsung memasang wajah sebal sambil berdecak. "Hendra anjing."

Rania melangkahkan kaki menuju bangku ketiga dari depan di barisan paling kanan. Laki-laki yang bernama Hendra itu langsung mengapit leher Rania yang tinggi tubuhnya lebih pendek darinya. Tangannya pun ikut usil mengacak rambut gadis itu yang tergerai.

"Dosa apaan gue sekelas sama lo lagi," gerutu Rania sambil menjauhkan tangan Hendra.

Sudah bukan pemandangan baru kalau Hendra senang menggangu Rania. Ini adalah kegiatan rutinn sejak mereka masih kelas 1 SMP. Kebetulan mereka bersekolah di SMP yang sama dan sempat dua tahun di dalam kelas yang sama.

Jangan tanya bagaimana tersiksanya Rania dan bahagianya Hendra saat itu. Sayang sekali, ini adalah tahun ketiga mereka berada di kelas yang sama. Padahal Rania sudah sangat berharap di tahun terakhir SMK ini dia tidak sekelas dengan Hendra lagi.

"Lo tuh harusnya bersyukur bisa sekelas lagi sama gue, Ran," timpal Hendra.

"Bersyukur apanya?! Anjing lo!" kesal Rania.

Hendra langsung menyentil bibir Rania. "Mulut lo kasar banget! Enggak boleh!" serunya dengan nada yang dibuat-buat membuat si gadis semakin kesal.

"UDAH AH SANA! JANGAN GANGGU GUE!" teriak Rania sambil mendorong tubuh Hendra menjauh.

Hendra hanya tertawa puas dan kemudian berjalan ke bangku yang menjadi tempat berkumpul para murid laki-laki. Rania menjatuhkan tasnya di atas meja dengan asal karena suasana hati seketika memburuk. Keberadaan Hendra di hidupnya bahkan lebih menyebalkan dari apa pun yang ada di sekolah ini.

Situasi di dalam kelas PS-2 cukup ramai. Biasanya kalau setelah selesai upacara, anak-anak akan pergi ke kantin untuk membeli sarapan. Namun, kali ini Rania memilih untuk mendengarkan lagu menggunakan earphone sambil menenggelamkan wajah di balik tangannya.

"Raannn, ada yang nyariin tuh," ucap seorang perempuan dengan suara keras.

Namun, Rania tidak merespon sama sekali. Dia terlalu larut dalam alunan musik hiphop dengan tempo dan lirik yang cepat.

"Ran! Ada Gia nih nyariin lu!" Kali ini gadis itu datan menghampiri dan kemudian menekan-nekan tangan Rania.

Rania seketika mengangkat wajahnya dan menatap siswi tersebut yang ternyata adalah Sonya. Gadis itu kemudian duduk di sebelah Rania sambil menyimpan tas di atas meja. Sepertinya Sonya akan menjadi teman sebangku Rania tahun ini.

"Lo tidur, Ran?" tanyanya.

"Enggak. Kenapa?"

"Tuh ada Gia di depan kelas. Nanyain lu," jawab Sonya sambil menujuk ke arah pintu kelas.

"Oh oke."

Rania akhirnya bangkit dari bangku sambil melepaskan kabel earphone dari ponsel dan meletakkan gulungan itu di bawah meja. Dia berjalan menuju pintu kelas dengan benda pipih itu di genggaman tangan.

"Kantin?" tanya Gia dengan senyum lebar.

"Ayok!" jawab Rania dengan semangat.

***

Raynaldi Saputra adalah salah satu siswa berparas rupawan yang terkenal sering tebar pesona dari kelas Pemasaran 1 (PS-1). Ray juga salah satu anggota MPK, tetapi dia sudah tidak terlalu aktif semenjak setahun yang lalu. Meski begitu, tak lantas mengurangi kepopulerannya.

"Gila gila gila!!!" seru seorang siswa Bernama Andri yang baru saja datang sambil membawa satu plastik kecil berisi gorengan hangat.

"Apa sih tiba-tiba gila? Lo gila?" tanya Gilang sambil menatap keheranan.

Andri langsung menoyor kepala Gilang karena tidak terima disebut gila. Dan yang terjadi selanjutnya adalah Gilang dan Andri yang saling toyor-menoyor kepala. Ray yang duduk di antara kedua temannya itu hanya bisa tertawa.

"Lu lagi malah ketawa!" timpal Andri sambil menoyor kepala Ray. "Si Ray nih diem-diem deketin si Nabila juga," ucapnya dengan berapi-api.

"Nabila mana?" tanya Gilang sambil mengambil bakwan milik Andri secara diam-diam.

"NABILA ADIK KELAS KITA YANG ASOY ITU!!!" seru Andri yang semakin heboh.

"ANJIR??? INI BARU HARI PERTAMA SEKOLAH, PLEASE???"

Andri dan Gilang langsung merapat pada Ray, membuat tubuhnya terhimpit agar tidak bisa pergi. Padahal mereka sedang berada di depan mini market sekolah. Kalau yang orang namanya Nabila itu lagi ada di sini, bagaimana coba?

"Bagi-bagi coba kalo punya stok cewek tuh, Ray," ucap Gilang.

Ray tiba-tiba tertawa. "Ya gue gampang kalo mau bagi. Mereka nya mau enggak?"

"Mulut lo!"

"Tapi nih ya, ini nasib si Nabila bakal sama kayak cewek-cewek sebelumnya, enggak?" tanya Andri.

"Emang kenapa?" tanya Ray.

"Halah pura-pura bego! Antara lo yang mundur karena milih si doi atau Nabila yang mundur terus doi lu nambah musuh," tutur Gilang. Andri mengangguk semangat.

"Doi gue siapa?" tanya Ray.

Bukannya menjawab, Gilang dan Andri langsung bangkit dari duduknya sambil menyampirkan tas ke bahu mereka. "Udah lah si Ray tinggalin aja," ajak Andri.

"Pusing sama yang kebanyakan cewek mah," sahut Gilang.

Ray langsung berdiri di tengah mereka berdua kemudian merangkulnya. "Jangan gitu dong sob."

"Sab sob sab sob!"

Ya, seperti itulah Ray. Satu sekolah tahu bagaimana sikap Ray ke setiap siswa perempuan. Manis banget sampai susah untuk ditolak. Bukan hanya di kalangan siswa, guru-guru saja tahu bagaimana tingkahnya.

Namun, meskipun begitu, satu sekolah juga tahu kalau hanya ada satu nama perempuan yang selalu berkaitan dengan Ray di manapun dan kapanpun. Jadi, julukan playboy tidak bisa disematkan padanya.

"Rania!" Teriak Ray saat melihat gadis itu berjalan menuju mini market. Tas ransel sudah digendong, sepertinya siap untuk pulang.

"Paduka Ratu datang nih!" seru Gilang.

"Apa sih lo!" balas Rania sambil mencubit lengan Gilang.

"Udah ah gue sama Gilang balik duluan. Dadah Rania!" ucap Andri sambil menarik tas Gilang.

"Gue engak di dadahin juga?" tanya Ray.

"NAJIS!" seru Andri dan Gilang secara bersamaan.

Ray dan Rania hanya tertawa sambil melihat Andri dan Gilang yang berjalan melewati gerbang sekolah. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk duduk di depan mini market setelah bel pulang berbunyi. Banyak yang berkumpul untuk sekedar mengobrol, jajan, dan masih banyak lagi.

"Gia mana?" tanya Ray.

"Masih di kelas. Katanya nanti nyusul," jawab Rania sambil mengeluarkan ponsel dari saku seragam.

Seketika Ray ikut memperhatikan Rania dan ponselnya yang sedang diutak-atik. Di layer, terpampang kolom obrolan dengan kontak bernama 'Kak Jovan'. Ray langsung memalingkan wajahnya sambil menghembuskan napas kasar.

"Masih aja sama Kak Jovan?" tanya Ray.

"Ya masih dong. Udah mau tiga tahun, langgeng kan gue?" balas Rania dengan bangganya.

Ray langsung menoleh pada Rania. "Halah! Awas aja kalo nanti gue sampe di telepon sama Kak Jovan lagi cuma gara-gara lo ngga ada kabar," ujar Ray yang terlihat kesal. "Eh tau nya malah jalan-jalan ke CFD sama kenalan baru!"

Rania langsung memukul bahu Ray cukup kerasa. "Masih diungkit aja!"

"Sakit, Ran! Lo kuat banget sih," Ray meringis kesakitan sambil mengusap bahunya.

"Tau ah lo nyebelin," balas gadis itu yang kemudian kembali sibuk dengan ponselnya. "Daripada handphone lo udah kayak asrama putri, tapi enggak ada yang berhasil satu pun," ejeknya.

"Ya bagus gini dong!" Sanggah Ray dengan bangganya. "Jadi gue bebas jalan sama siapa aja. Enggak terikat status kayak lo yang tau-tau berantem aja. DUAR!!!"

"Bener-bener setan ya punya sahabat kayak lo! Tai lah," kesal Rania sambil memukul bahu Ray sekali lagi.

Pesan yang sudah diketik pun tak kunjung dikiri karena Raina sibuk menyerang Ray dengan cubitan, tetapi beberapa berhasil dihindari. Sampai tidak lama kemudian ada tangan asing yang melingkar di leher Ray dengan cukup kuat.

"GUE KECEKEK INI!" seru Ray yang hampir terjatuh ke belakang sambil memegangi tangan asing itu.

"Hukuman buat playboy kayak lo!" seru Gia yang kemudian melepaskan tangannya dari leher Ray.

"Jangan dicekek doang, Gi. Botakin sekalian," kata Rania sambil tertawa puas.

"Bagus juga ide lu! Oke nanti kita botakin Ray!" seru Gia sambil tertawa juga.

"ENAK AJA!" protes Ray.

Mereka bertiga kemudian duduk di bangku kosong di depan penjual lumpia basah yang kebetulan berjualan di depan mini market sekolah. Ternyata Gia datang sambil membawa tiga botol minuman dingin kesukaan mereka.

"Seneng banget enggak sih udah kelas 12 lagi aja? Bentar lagi lulus," ucap Ray setelah minum.

"SENENG BANGET LAH GILA! Kita lengser dari MPK, enggak perlu ekskul lagi, terus langsung jadi senior. Yang paling penting, kita enggak usah pramuka wajib lagi," ujar Rania yang terlihat bersemangat.

"Bener banget!" sahut Gia yang tidak kalah semangat. "Gue terima berapa aja nilai pramuka dah."

"Gue juga bener-bener nerima berapa pun nilai pramuka. Orang tiap dites enggak pernah lulus," timpal Rania.

Ray hanya bisa menertawakan obrolan dua gadis itu yang selalu malas dengan kegiatan tersebut semenjak aturan wajib pramuka diberlakukan di sekolah. Tiba-tiba pedagang lumpia basah menawarkan jualannya dan mereka bertiga pun setuju untuk memesan.

Perempuan yang baru bergabung itu namanya Gianna Michelle. Berbeda dengan kedua sahabatnya, Gia ini anak jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Meskipun wajahnya terlihat imut dan manis, Gia memiliki fisik yang lebih kuat sampai disamakan seperti laki-laki.

"Pulang, Nab?"

Rania dan Gia langsung mengikuti arah pandang Ray yang sedang menyapa seorang siswi yang baru saja lewat. Gadis itu tersenyum tipis sambil mengangguk. Pertama menatap Ray dan kemudian beralih memandangi Rania dan Gia sekilas.

"Iya, Kak."

"Hati-hati, ya," ucap Ray sambil tersenyum.

Namun, wajah gadis itu terlihat sinis saat melihat Gia dan Rania yang duduk bersebelahan. Sadar dengan perubahan ekspresi itu, Rania tetap memasang wajah datar sambil terus mengikuti siswi yang tidak ia ketahui namanya.

"Nab? Siapa lagi sih anjir baru aja masuk sekolah udah adaaaaaa aja mangsa baru," oceh Gia.

Rania pun menoleh pada Ray. "Nab? Jenab?"

"Nabila, anjir. Main asal ganti nama orang aja," jawab Ray.

"Yeu mana gue tau," ucap Rania dan Gia bersamaan.

"Doain yang ini lancar sampe jadian. Masa iya gue doang yang jomblo. Kalah sama kalian," ujar Ray.

"Dikira pacaran kek lomba agustusan," celetuk Rania.

Gia langsung tertawa kemudian menepuk pelan bahu Ray. "Iya, gue doain ya sama si Jenab ini lancar sampe jadian."

"NABILA GUE BILANG!" seru Ray.

"JENAB!" seru dua gadis itu.

***

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY