/0/23647/coverbig.jpg?v=0eddc5c25b26a6b4bb9028e243c491ec)
"Kau menjebakku Elena!" Devandra marah ketika teh yang baru saja dia minum ternyata dibubuhi obat perangsang. Elena yang tidak tahu menahu tentang obat perangsang di teh milik Devandra pun terkejut dan berusaha untuk menjelaskan semuanya. Sialnya Kesucian Elena justru di renggut secara tidak hormat oleh Devandra.
"Kau berani menjebakku Elena!"
Mata Devandra memerah, ketika tubuhnya terasa sangat panas ketika baru saja minum teh hangat yang diberikan oleh Elena sekretaris barunya.
Elena terkejut ketika bosnya mengatakan bahwasanya dia menjebaknya, dia yang tidak merasa melakukan kesalahan pun segera berusaha membersihkan namanya.
"Maaf Tuan, Aku sama sekali tidak menjebak anda! Lalu apa yang membuat Anda marah sampai seperti ini?"
"Apakah kau berpura-pura bodoh Elena?" Tanya Devandra dengan penuh kemarahannya.
Bodoh?
Elena semakin bingung dengan tuduhan yang diucapkan oleh bosnya barusan.
Sungguh dia tidak merasa menjebak atasannya, lantas mengapa atasannya sangat marah seperti ini padanya.
Elena masih terdiam bingung memikirkan kesalahan yang dia lakukan, sedangkan Devandra sudah tidak bisa menahan lagi panas yang ada di dalam tubuhnya.
Devandra mendorong tubuh Elena sampai terjatuh tepat di atas ranjang hotel tempat yang ia pesan untuk beristirahat, bukan untuk berniat menyalurkan hasratnya.
Tetapi malam ini, ranjang kamar itu bukan cuma sekedar tempat untuk beristirahat, tetapi justru menjadi saksi hilangnya kesucian Elena malam ini.
Elena yang mengetahui jika Devandra akan melakukan hubungan intim dengannya, wanita itu berusaha untuk menolak.
Dia tidak menginginkan jika kesuciannya harus berakhir secara tragis seperti malam ini.
"Tuan Tolong jangan lakukan ini! Sungguh Aku sama sekali tidak tahu menahu tentang obat perangsang yang ada di dalam teh tuan!"
"Kau jangan pura-pura tidak tahu Elena! Aku yakin wanita seperti dirimu memang sudah merencanakan ini semua!"
Devandra tidak mau mendengarkan penjelasan Elena, selama ini dia tidak pernah dijebak oleh sekretarisnya, sialnya malam ini dia justru merasakan sebuah jebakan dari sekretaris barunya.
Karena tidak merasa bersalah Elena berusaha menjelaskan pada Devandra, tetapi pria itu tidak mau mendengar penjelasan yang diucapkan oleh Elena.
Yang ada di dalam kepalanya adalah bagaimana cara menuntaskan hasrat yang begitu sangat membara di dalam tubuhnya.
Setelah devandra sudah menyelesaikan semua itu, pria itu pun melempar Elena dengan sejumlah uang.
"Wanita miskin seperti dirimu hanya menginginkan uang bukan?" Tanyanya dengan nada sangat marah pada Elena.
"Maaf Tuan, saya bukan pelacur!"
Elena tak terima jika dirinya dianggap sebagai wanita pelacur oleh atasannya, tetapi semua itu justru membuat devandra semakin marah.
" Apakah kamu menginginkan aku sebut sebagai pendamping hidupku? Setelah kesucianmu aku renggut secara paksa seperti malam ini?"
"Oh sungguh sangat malang Elena, Aku bukan pria bodoh yang mau percaya begitu saja dengan kepolosanmu!"
Elena masih memegangi lututnya sambil terus meneteskan air matanya, dia tak menyangka jika dirinya harus mengalami hilangnya kesuciannya tanpa arti.
"Cepat ambil uangnya! Bukankah kamu menginginkan uang? Kenapa masih terus berpura-pura jual mahal seperti ini?"
Setelah memarahi Elena, pria itu pun pergi untuk membersihkan tubuhnya.
Sedangkan hati Elena terasa sangat sakit, dia yang sama sekali tidak berniat menjual tubuhnya, tetapi harus dianggap sebagai wanita murahan yang hanya bekerja menjual tubuhnya saja.
Elena mengabaikan lembaran-lembaran uang yang berjajar di sekeliling tubuhnya, dia tidak peduli seberapa banyak uang itu, yang ada di dalam pikirannya adalah dia bukanlah wanita pelacur seperti yang dikatakan oleh atasannya barusan.
"Aku harus pergi dari tempat ini!"
Elena tidak ingin jika dia dianggap terus-menerus menjadi wanita murahan, dia pun segera mengambil pakaiannya lalu mengenakannya.
Membiarkan lembaran-lembaran uang yang tadi sempat dilempar pada tubuhnya tetap berada pada tempatnya.
"Maaf tuan, meskipun aku miskin, bukan berarti aku ingin menjual tubuhku hanya demi mendapatkan uang," batin Elena terasa sangat sakit sambil berjalan meninggalkan kamar tersebut.
Sedangkan Devandra yang baru saja keluar dari kamar mandi, pria itu pun terkejut ketika melihat Elena sudah tidak ada di ranjang tempat tidurnya, dan matanya pun membelalak ketika melihat uang yang tadi sempat ia lempar di tubuh Elena masih berada di tempatnya seperti semula.
"Sebenarnya apa yang wanita ini inginkan? Kenapa dia tidak mengambil uangku?"
Aurora winters harus menyembunyikan kegembiraannya, suaminya Julian Ryder tak menginginkan kehadiran seorang bayi dalam pernikahannya. sedangkan Aurora winters terkejut ketika dia harus menerima kenyataan jika dirinya hamil, dia tak menginginkan menggugurkan kandungannya. dia memikirkan bagaimana cara menyembunyikan bayinya dari sang suami.
Menjadi istri pajangan bukanlah pilihan hidup Ayumi. Setiap hari ia merasa terpenjara dalam pernikahan tanpa cinta, hanya dihargai saat suaminya membutuhkan keindahannya. Luka di hatinya semakin dalam saat ia menyaksikan sang suami bermesraan dengan wanita lain di luar sana. Ayumi akhirnya mengambil keputusan besar-ia ingin bercerai. Namun Adrian, sang suami, menolak melepaskannya begitu saja.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Niat untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh, karena membutuhkan pekerjaan tambahan demi menyambung hidup dan membiayai pengobatan ayahnya, justru mengantarkan Laura pada kegilaan Greyson yang merenggut kesuciannya, dan mengikat untuk menjadi pemuas nafsu. Akankah Laura bersedia menjadi budak pemuas Grey demi sejumlah uang untuk pengobatan ayahnya?