/0/23844/coverbig.jpg?v=9a5c3f715756d17f93406660f7a1b6f5)
Menjadi istri pajangan bukanlah pilihan hidup Ayumi. Setiap hari ia merasa terpenjara dalam pernikahan tanpa cinta, hanya dihargai saat suaminya membutuhkan keindahannya. Luka di hatinya semakin dalam saat ia menyaksikan sang suami bermesraan dengan wanita lain di luar sana. Ayumi akhirnya mengambil keputusan besar-ia ingin bercerai. Namun Adrian, sang suami, menolak melepaskannya begitu saja.
"Aku ingin bercerai, Tuan," ucap Ayumi dengan suara bergetar saat menatap suaminya yang sedang duduk di sofa kulit berwarna hitam, terlihat begitu tenang, dingin-dan jauh.
Adrian, seperti biasanya, tak memberikan respon. Tatapannya lurus menatap layar ponsel di tangannya, seakan tak mendengar suara lirih istrinya. Ia mengabaikan wanita yang telah lima tahun hidup bersamanya, seolah Ayumi hanya angin yang lewat tanpa arti.
Ayumi menahan napas, mencoba menenangkan degup jantungnya yang berdebar kencang karena emosi yang sudah lama dia pendam. "Adrian, aku sudah lelah dengan pernikahan seperti ini! Aku ingin bercerai!" katanya lagi, kali ini lebih keras dan tegas.
Kata-kata itu akhirnya memaksa Adrian untuk mengangkat wajahnya. Tatapan matanya tajam, menusuk, namun tetap tanpa kehangatan. "Kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu ingin bercerai denganku? Apakah uang yang aku berikan masih kurang?" tanyanya datar.
Ayumi menggeleng pelan. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi ia tetap berdiri tegar. Ia tidak kekurangan uang, bahkan bisa membeli apa pun yang ia mau. Tapi satu hal yang tak pernah ia miliki-dan tak pernah bisa ia beli-adalah cinta suaminya.
"Uangmu tidak kurang," ucapnya pelan, suaranya bergetar oleh emosi yang ditahan terlalu lama. "Tapi menjadi istri pajangan selama ini membuatku hancur. Aku lelah hidup seperti ini, Adrian. Aku bukan boneka cantik yang bisa kau pajang lalu kau lupakan begitu saja. Aku manusia, aku perempuan yang juga ingin dicintai."
Butuh keberanian besar untuk mengucapkan semua itu. Tapi hari ini, Ayumi merasa tak ada lagi yang bisa dia simpan. Dia telah menahan diri terlalu lama, menahan luka dan penghinaan yang tak kasat mata namun begitu menyakitkan.
Adrian tampak terganggu, rahangnya mengeras. "Jangan konyol, Ayumi! Aku tidak akan pernah menceraikanmu."
Matanya memerah, bukan karena sedih, tapi karena amarah yang mulai menggelegak. Tapi Ayumi tak lagi takut dengan kemarahan itu.
"Kenapa?" Ayumi menantangnya. "Bukankah kamu sudah memiliki wanita lain di luar sana? Bukankah kamu lebih sering menghabiskan waktu bersamanya daripada denganku, istrimu sendiri?"
Pernikahan mereka hanyalah hasil dari perjodohan. Ayumi tahu itu sejak awal. Tapi dia berharap, seiring waktu, perasaan itu bisa tumbuh. Dia mencintai Adrian dengan tulus, tapi harapannya musnah ketika wanita dari masa lalu pria itu datang kembali.
"Aku tidak memiliki wanita lain di luar sana!" bantah Adrian cepat.
"Jangan berbohong, Adrian! Aku sudah melihatmu bersama dia. Tertawa, bergandengan tangan, bermesraan seperti sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Kapan terakhir kali kamu tersenyum padaku seperti itu?"
Suara Ayumi nyaris pecah. Air matanya kini jatuh, tetapi tetap saja, wajah suaminya tidak menunjukkan rasa bersalah.
Adrian dijodohkan dengan Ayumi oleh ayahnya sebelum sang ayah meninggal. Ia berjanji untuk menjaga Ayumi seumur hidupnya. Tapi menjaga bukan berarti mencintai. Dan itu yang tidak pernah ia lakukan-mencintai Ayumi.
"Aku mohon, Adrian. Biarkan aku hidup tanpa status istrimu. Aku ingin bebas."
Adrian mengalihkan pandangannya, tatapannya kosong. "Sudahlah, lupakan kata cerai itu. Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu."
"Kamu egois!" teriak Ayumi. "Kamu tidak ingin menceraikanku, tapi kamu juga tidak memperlakukanku sebagai istrimu. Lalu apa gunanya semua ini? Apa gunanya pernikahan kita kalau hanya aku yang mencintai, hanya aku yang berjuang?"
Tapi bukannya memberi jawaban, Adrian justru mengeluarkan ponselnya. Dalam hitungan detik, sebuah notifikasi masuk ke ponsel Ayumi. Satu miliar rupiah. Sebuah nominal yang besar-dan dingin.
"Aku sudah mengirim uang. Tolong jangan minta cerai lagi."
Ayumi menatap nominal itu dengan hati hancur. "Kamu pikir perasaanku bisa dibeli dengan uang?"
Dia tertawa kecil, getir. Air mata kembali jatuh dari pelupuk matanya, kali ini tak tertahan.
"Sudahlah Ayumi, jangan marah lagi. Aku lelah," ucap Adrian, mencoba menutup pembicaraan.
"Kenapa kamu hanya lelah saat bicara denganku? Tapi begitu penuh semangat saat bersama kekasihmu? Kenapa aku tak pernah cukup?"
Tatapan Adrian berubah tajam. "Kau tidak berhak membahas urusan pribadiku di rumah ini!"
Ayumi membalas tatapan itu, tak gentar. "Rumah ini? Aku tinggal di rumah ini, tapi aku tidak punya tempat di hatimu. Aku hanya benda yang ada di sini. Kamu pulang hanya untuk formalitas."
Adrian tak menjawab. Ia diam, dan diamnya adalah ketidakpedulian yang paling menyakitkan.
"Aku sudah muak dengan hubungan seperti ini, Adrian. Biarkan aku pergi. Biarkan aku hidup sebagai manusia yang layak dicintai."
Ayumi memandang wajah pria itu untuk terakhir kalinya hari ini. Harapannya telah mati. Mewahnya hidup yang ia jalani ternyata tak mampu menghangatkan hatinya yang dingin karena cinta sepihak.
"Aku sakit, Adrian," bisiknya. "Sakit karena setiap hari harus menelan luka saat melihatmu mencintai wanita lain. Aku lelah... dan aku ingin lepas."
Air matanya jatuh deras, dan sialnya... pria itu masih tetap tak tergugah.
Aurora winters harus menyembunyikan kegembiraannya, suaminya Julian Ryder tak menginginkan kehadiran seorang bayi dalam pernikahannya. sedangkan Aurora winters terkejut ketika dia harus menerima kenyataan jika dirinya hamil, dia tak menginginkan menggugurkan kandungannya. dia memikirkan bagaimana cara menyembunyikan bayinya dari sang suami.
"Kau menjebakku Elena!" Devandra marah ketika teh yang baru saja dia minum ternyata dibubuhi obat perangsang. Elena yang tidak tahu menahu tentang obat perangsang di teh milik Devandra pun terkejut dan berusaha untuk menjelaskan semuanya. Sialnya Kesucian Elena justru di renggut secara tidak hormat oleh Devandra.
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Setelah memutuskan hubungan dengan keluarganya yang terjerat kasus korupsi, Magnus bekerja pada keluarga Montgomery, sebuah perusahaan lokomotif terbesar di dunia. Dan dia harus menikah dengan Cressa, putri bungsu Montgomery yang pemarah. Bersama, Magnus dan Cressa punya tujuan masing-masing dalam pernikahan itu. Namun, perlahan-lahan Cressa mengungkap jati diri Magnus yang sebenarnya. Magnus bukan anak koruptor semata, lalu siapa sebenarnya dia?
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?