Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Gairah Terpendam Istri Ceo
Gairah Terpendam Istri Ceo

Gairah Terpendam Istri Ceo

5.0
5 Bab
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Menjadi istri pajangan bukanlah pilihan hidup Ayumi. Setiap hari ia merasa terpenjara dalam pernikahan tanpa cinta, hanya dihargai saat suaminya membutuhkan keindahannya. Luka di hatinya semakin dalam saat ia menyaksikan sang suami bermesraan dengan wanita lain di luar sana. Ayumi akhirnya mengambil keputusan besar-ia ingin bercerai. Namun Adrian, sang suami, menolak melepaskannya begitu saja.

Bab 1 Ceraikan Aku

"Aku ingin bercerai, Tuan," ucap Ayumi dengan suara bergetar saat menatap suaminya yang sedang duduk di sofa kulit berwarna hitam, terlihat begitu tenang, dingin-dan jauh.

Adrian, seperti biasanya, tak memberikan respon. Tatapannya lurus menatap layar ponsel di tangannya, seakan tak mendengar suara lirih istrinya. Ia mengabaikan wanita yang telah lima tahun hidup bersamanya, seolah Ayumi hanya angin yang lewat tanpa arti.

Ayumi menahan napas, mencoba menenangkan degup jantungnya yang berdebar kencang karena emosi yang sudah lama dia pendam. "Adrian, aku sudah lelah dengan pernikahan seperti ini! Aku ingin bercerai!" katanya lagi, kali ini lebih keras dan tegas.

Kata-kata itu akhirnya memaksa Adrian untuk mengangkat wajahnya. Tatapan matanya tajam, menusuk, namun tetap tanpa kehangatan. "Kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu ingin bercerai denganku? Apakah uang yang aku berikan masih kurang?" tanyanya datar.

Ayumi menggeleng pelan. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi ia tetap berdiri tegar. Ia tidak kekurangan uang, bahkan bisa membeli apa pun yang ia mau. Tapi satu hal yang tak pernah ia miliki-dan tak pernah bisa ia beli-adalah cinta suaminya.

"Uangmu tidak kurang," ucapnya pelan, suaranya bergetar oleh emosi yang ditahan terlalu lama. "Tapi menjadi istri pajangan selama ini membuatku hancur. Aku lelah hidup seperti ini, Adrian. Aku bukan boneka cantik yang bisa kau pajang lalu kau lupakan begitu saja. Aku manusia, aku perempuan yang juga ingin dicintai."

Butuh keberanian besar untuk mengucapkan semua itu. Tapi hari ini, Ayumi merasa tak ada lagi yang bisa dia simpan. Dia telah menahan diri terlalu lama, menahan luka dan penghinaan yang tak kasat mata namun begitu menyakitkan.

Adrian tampak terganggu, rahangnya mengeras. "Jangan konyol, Ayumi! Aku tidak akan pernah menceraikanmu."

Matanya memerah, bukan karena sedih, tapi karena amarah yang mulai menggelegak. Tapi Ayumi tak lagi takut dengan kemarahan itu.

"Kenapa?" Ayumi menantangnya. "Bukankah kamu sudah memiliki wanita lain di luar sana? Bukankah kamu lebih sering menghabiskan waktu bersamanya daripada denganku, istrimu sendiri?"

Pernikahan mereka hanyalah hasil dari perjodohan. Ayumi tahu itu sejak awal. Tapi dia berharap, seiring waktu, perasaan itu bisa tumbuh. Dia mencintai Adrian dengan tulus, tapi harapannya musnah ketika wanita dari masa lalu pria itu datang kembali.

"Aku tidak memiliki wanita lain di luar sana!" bantah Adrian cepat.

"Jangan berbohong, Adrian! Aku sudah melihatmu bersama dia. Tertawa, bergandengan tangan, bermesraan seperti sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Kapan terakhir kali kamu tersenyum padaku seperti itu?"

Suara Ayumi nyaris pecah. Air matanya kini jatuh, tetapi tetap saja, wajah suaminya tidak menunjukkan rasa bersalah.

Adrian dijodohkan dengan Ayumi oleh ayahnya sebelum sang ayah meninggal. Ia berjanji untuk menjaga Ayumi seumur hidupnya. Tapi menjaga bukan berarti mencintai. Dan itu yang tidak pernah ia lakukan-mencintai Ayumi.

"Aku mohon, Adrian. Biarkan aku hidup tanpa status istrimu. Aku ingin bebas."

Adrian mengalihkan pandangannya, tatapannya kosong. "Sudahlah, lupakan kata cerai itu. Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu."

"Kamu egois!" teriak Ayumi. "Kamu tidak ingin menceraikanku, tapi kamu juga tidak memperlakukanku sebagai istrimu. Lalu apa gunanya semua ini? Apa gunanya pernikahan kita kalau hanya aku yang mencintai, hanya aku yang berjuang?"

Tapi bukannya memberi jawaban, Adrian justru mengeluarkan ponselnya. Dalam hitungan detik, sebuah notifikasi masuk ke ponsel Ayumi. Satu miliar rupiah. Sebuah nominal yang besar-dan dingin.

"Aku sudah mengirim uang. Tolong jangan minta cerai lagi."

Ayumi menatap nominal itu dengan hati hancur. "Kamu pikir perasaanku bisa dibeli dengan uang?"

Dia tertawa kecil, getir. Air mata kembali jatuh dari pelupuk matanya, kali ini tak tertahan.

"Sudahlah Ayumi, jangan marah lagi. Aku lelah," ucap Adrian, mencoba menutup pembicaraan.

"Kenapa kamu hanya lelah saat bicara denganku? Tapi begitu penuh semangat saat bersama kekasihmu? Kenapa aku tak pernah cukup?"

Tatapan Adrian berubah tajam. "Kau tidak berhak membahas urusan pribadiku di rumah ini!"

Ayumi membalas tatapan itu, tak gentar. "Rumah ini? Aku tinggal di rumah ini, tapi aku tidak punya tempat di hatimu. Aku hanya benda yang ada di sini. Kamu pulang hanya untuk formalitas."

Adrian tak menjawab. Ia diam, dan diamnya adalah ketidakpedulian yang paling menyakitkan.

"Aku sudah muak dengan hubungan seperti ini, Adrian. Biarkan aku pergi. Biarkan aku hidup sebagai manusia yang layak dicintai."

Ayumi memandang wajah pria itu untuk terakhir kalinya hari ini. Harapannya telah mati. Mewahnya hidup yang ia jalani ternyata tak mampu menghangatkan hatinya yang dingin karena cinta sepihak.

"Aku sakit, Adrian," bisiknya. "Sakit karena setiap hari harus menelan luka saat melihatmu mencintai wanita lain. Aku lelah... dan aku ingin lepas."

Air matanya jatuh deras, dan sialnya... pria itu masih tetap tak tergugah.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 5 Kesempatan kedua   04-25 14:41
img
1 Bab 1 Ceraikan Aku
11/04/2025
3 Bab 3 Perdebatan
16/04/2025
4 Bab 4 Bertemu Adrian
16/04/2025
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY