Tidak, bukan hanya hilangnya sang mempelai pria yang dia tangisi tapi isi pesan yang baru saja dia kirimkan kepadanya, pria itu kabur bersama sang adik yang juga sama sekali tak terlihat di aula pernikahan mereka.
"Dia kabur sama Icha ma, Icha yang udah bawa calon suamiku kabur!" Untuk pertama kalinya dalam satu jam ini, Cinta akhirnya mengeluarkan suaranya saat mendapatkan desakan dari sang ibu tiri.
"Jaga ucapanmu, Cinta! Kita sama sama tahu jika Icha adalah gadis yang baik, dia pasti melakukan ini semua karna kamu!" Ujar Tiara, wanita yang terlihat baru berumur empat puluh tahun itu bersuah payah untuk memperlihatkan kepada semua orang yang ada di sana jika anak kandungnya sama sekali tidak bersalah.
"Anak baik baik? Mama aja yang nggak ada mata." Ujar Cinta, dia sudah kalut. Selama ini dia hanya diam menghadapi kelakuan adiknya yang sangat menyebalkan belum lagi ibu tirinya yang selalu menindasnya, sekarang dia sudah berada pada limitnya.
Plak!
Sebuah tamparan terlihat langsung mendarat tepat di pipi Clara, tak apa lagi pula ini bukan pukulan pertama yang dia dapatkan dari ayahnya sendiri. Raden, pria itu terlihat berdiri dengan nafasnya yang naik turun. Beberapa menit yang lalu dia bahkan kesulitan untuk berdiri, namun ketika istri dan anak kesayangannya Cinta cela pria itu bahkan tak lagi merasakan apapun dan sigap untuk menghajarnya.
"Jaga bicaramu, Cinta! Dia ibumu." Ujar pria itu dengan kesal.
Cinta hanya diam, tangannya terangkat untuk membenarkan bunga melati yang menggantung di kedua sisi kepalanya.
"Udah pa, cukup pa. Cinta nggak salah, ini salah mama yang kurang dalam mendidik dia." Ujar Tiara, wanita itu mengelus dada Raden dengan mata yang berkaca kaca. Pemandangan yang nampak manis itu malah terlihat menjijikkan dimata Cinta.
"Mama itu terlalu memanjakan dia! Jadinya dia begini sekarang." Ujar Raden dengan nada kesal.
"Pantas saja dia di tinggalkan oleh David dan kekasihnya malah membawa kabur anak kedua kita, ya kelakuannya begini! Punya mulut tapi nggak pernah di jaga." Ujar Raden dengan nada kesal, dia bahkan tak menaruh kasihan kepada anaknya yang di tinggalkan oleh kekasih tiga tahunnya dan lebih memilih untuk mencela Cinta yang bahkan tak salah sama sekali di sini.
"Papa nggak mau tahu, semua tamu akan berkumpul dalam satu jam lagi dan papa nggak bisa menahan malu hanya karna calon suami dan juga adik kandungmu kabur. Jika orang orang tahu mereka pasti akan menghina papa, terus mau di taro dimana muka papa dan mama, huh? Sekarang kamu cari siapa saja yang bisa menikahi kamu. Entah itu preman, pengemis, punk sekalipun papa tidak peduli yang jelas kamu harus menikah dengan siapa pun itu! Pernikahan ini harus tetap di laksanakan, tidak peduli apapun alasannya." Ujar Raden dengan nada kesal dan di liputi oleh amarah.
"Tapi pa, bagaimana Cinta bisa menikah dengan orang asing?" Tanya Cinta dengan nada yang lirih, tidak pernah menyangka jika ayahnya yang dahulu sangat hangat bahkan memintanya untuk menikahi orang asing yang tak dia kenal nantinya bahkan tak memperdulikan jika dia menikah dengan siapapun itu.
"Yang terpenting sekarang adalah wajah keluarga kita dan sekarang kamu harus membereskan masalah yang kamu buat ini." Ujar Raden, setelah itu dia pun langsung meninggalkan ruangan itu di temani oleh Tiara yang terlihat tersenyum senang saat melihat anak sambungnya yang menderita.
Cinta tahu, ibu sambungnya itu pasti sangat bahagia mengingat dia memang mendambakan David untuk menjadi menantunya karna status pria itu yang seorang manager di sebuah perusahaan ternama.
Sementara itu di sisi lain, seorang pria terlihat melangkahkan kakinya dengan terburu buru menjuju ke sebuah kamar kecil yang ada di sebelah ruangan yang menjadi tempat Cinta di rias. Pria itu mengeluarkan ponselnya yang sejak tadi berdengung tak karuan.
"Ada apa?" Tanyanya dengan serius tanpa melirik siapa yang baru saja memberikan panggilan padanya.
"Mantan kekasih anda melahirkan seorang bayi laki laki, pak." Ujar pria itu dengan nada pelan dan juga takut takut.
Kenandra, pria yang baru saja masuk ke dalam kamar mandi itu terlihat langsung diam dengan kedua tangan terkepal sempurna, menatap menuh amarah pada pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
"Bayi laki laki?" Tanyanya meyakinkan.
"Iya pak, seorang bayi laki laki." Jelasnya dengan nada pelan.
"Berhenti mengikutinya lagi, aku sudah tidak ingin tahu apapun tentangnya." Ujar Kenandra, pria itu kemudian langsung mematikan panggilannya dan menatap ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Nafasnya naik turun, mantan kekasih yang sangat dia dambakan saat ini sudah bahagia dengan pria pilihannya sendiri, sementara Kenandra masih berjalan di tempat bahkan tak ada wanita yang bisa menggetarkan dirinya setelah kepergian Anna, wanita yang amat dia cintai.
Setelah mematikan panggilan itu, dia pun langsung keluar dari kamar mandi itu. Awalnya dia datang atas undangan dari bawahannya dan karna pria itu lumayan berjasa, Kenandra jadi tidak bisa menolak untuk tidak datang ke pernikahan bawahannya sekaligus teman SMAnya dahulu.
"Apa yang harus aku lakukan? Hiks." Kenandra menghentikan langkah kakinya saat mendengar suara tangisan dari sebuah ruangan yang baru saja akan dia lewati, sebelumnya dia mendengar suara teriakan dan juga makian, namun kali ini dia mendengar suara isak tangis yang terdengar sangat menyedihkan di dalam sana.
"Apa yang harus aku lakukan? Jika aku tidak mencari mempelai pria pengganti papa pasti benar benar akan membunuhku." Gumam Cinta, dia tahu di atas hubungan darahnya dengan sang ayah masih ada reputasi keluarga yang lebih berharga baginya dan sekarang semua beban atas kesalahan kekasih dan juga adik tirinya sudah di limpahkan kepada Cinta membuatnya harus menanggung semua ini sendirian.
"Lagi pula dimana aku bisa mencari mempelai pengganti dalam waktu satu jam? Bahkan pengemis pun pasti akan menganggapku gila." Ujar Cinta sekali lagi. Air matanya tak kunjung berhenti, menatap kasihan pada pantulan dirinya sendiri yang terlihat sangat menyedihkan.
"Di sini, disini mempelai penggantimu nona. Aku yang akan menjadi mempelai priamu." Terdengar suara pintu yang terbuka di iringi dengan munculnya seorang pria tampan dan gagah dengan balutan baju mahal di setiap jengkal tubuhnya.