/0/2398/coverbig.jpg?v=0b2b1c54e4252520e4b43f1d7776df14)
Apa yang dirasakan Izzah ketika orang-orang membicarakan kegendutan tubuhnya setelah menikah dengan Arman? Tentu saja dia malu, marah, dan ingin melakukan diet supaya kurus. Sayangnya, Arman justru menghalangi rencana dietnya dengan berbagai cara. Apalagi, Izzah diketahui mengandung anaknya Arman pada saat yang bersamaan. Izzah yang merupakan mantan tenaga kesehatan tahu persis bagaimana melakukan diet, menjaga kehamilan, ataupun menggugurkan kandungan. Lagipula, Izzah yang sudah memiliki dua anak, perempuan dan laki-laki, tidak perlu sangat untuk hamil lagi. Berbeda dengan Arman, yang merupakan duda tanpa anak dan selalu dituduh mandul oleh orang-orang sekitarnya, kehamilan ini begitu berharga sekaligus menjadi ajang pembuktian dirinya. Jadi, siapa yang akan berhasil mencapai tujuannya? Izzah yang ingin menguruskan badan, atau Arman yang ingin memiliki anak?
Aku baru saja terlelap tidur ketika tiba-tiba terdengar suara teriakan histeris dari istriku.
"Tidak...!"
Suaranya yang melengking dari ruang tengah itu langsung membuatku terlonjak. Aku segera melompat dari ranjang mencari keberadaan Izzah. Dia berdiri di atas timbangan dengan muka tegang.
"Ada apa, Zah? Kenapa teriak?"
"I-ini Mas... Timbangannya...."
"Kenapa timbangannya?"
"Jarumnya.... Geser ke kanan...."
Seketika aku tepuk jidat. Aku merasa kesal. Dia benar-benar lebay. Tega-teganya dia berteriak lantang hingga aku terbangun dengan nyeri kepala. Padahal aku bisa tidur siang seperti ini hanya di akhir pekan.
Kulihat dia menunduk dalam. Kakinya perlahan turun dari timbangan. Dia sepertinya merasa bersalah.
"Kamu berteriak tadi cuma karena ini?" tanyaku penuh emosi.
"Apa kamu bilang, Mas?" Tiba-tiba dia mendongakkan kepala. "Cuma karena ini?"
Aku mengernyitkan dahi.
"Ini perkara penting, Mas. Kamu jangan meremehkan, ya. Kalau berat badanku terus bertambah, Body Mass Index bisa bergeser dari normal-ideal menjadi gemuk bahkan obesitas. Kalau sudah obesitas, maka risiko terkena penyakit degenerative akan semakin meningkat, Mas. Apakah kamu mau jika aku terkena penyakit jantung, diabetes mellitus type 2, hipertensi, sesak napas, gangguan reproduksi, kanker, bahkan stroke?"
"Astagfirullah. Aku tak maulah, Zah." Aku mengelus dada.
"Makanya, jangan bilang 'cuma' gitu dong Mas!" Matanya berkaca-kaca.
Dia berlalu dari hadapanku dan berlari ke belakang rumah. Aku bingung sejenak. Perasaan tadi Izzah yang bersalah duluan, mengapa sekarang malah aku yang tersudutkan?
Aku pun menyusulnya. Ternyata, dia sedang menangis di pojokan. Pelan-pelan aku mendekatinya. Suara isak tangisnya terdengar semakin jelas.
"Zah," panggilku pelan. "Maafkan aku, ya."
Kata-kata itu meluncur lancar. Aku sudah terbiasa melakukannya. Meskipun tidak bersalah, aku seringkali meminta maaf lebih dulu. Bagiku, meminta maaf tidak akan menjadikan harga diri rendah. Justru orang yang mau meminta maaf lebih dulu itu berjiwa besar. Kusentuh bahunya penuh kelembutan dan berharap dia baik-baik saja.
"Maaf, ya, Zah. Aku tidak tahu kalau masalah berat badan itu penting sekali buatmu."
Izzah masih tetap menangis sesenggukan. Aku pun meraihnya ke dalam pelukan. Aku berdoa semoga saja tangisnya bisa reda.
"Maafkan aku, Zah." Aku mengucapkan maaf dengan tulus ikhlas. Aku paham bahwa setiap rumah tangga itu penuh drama. Namun, aku tak mau drama itu menggagalkan pernikahanku yang kedua kalinya. Pernikahanku yang pertama kandas karena aku tak punya anak. Sharma, istriku yang pertama, memiliki rasa cemburu yang sangat besar meski kami sudah mengangkat anak. Dia bahkan memfitnahku beberapa kali. Akhirnya, rumah tangga kami berakhir.
"Aku minta maaf, ya, Zah. Aku tidak tahu kalau masalah berat badan itu sangat penting buatmu." Aku meminta maaf sekali lagi. Dia mengangguk-angguk sambil tetap menangis. Kedua tangannya melingkari tubuhku saat ini.
"Besok aku mau diet, ya, Mas," katanya di sela-sela isak tangis.
"Iya, iya."
"Memangnya aku gendut banget, ya, Mas?"
"Tidak. Kamu tidak gendut."
"Halah. Bohong."
"I swear."
"Suar-suer. Bohong itu dosa lho, Mas. Nabi Muhammad saja tidak pernah bohong. Beliau punya sifat shidiq yang artinya jujur dan ibumu memberi nama Arman Muhammad itu pasti supaya kamu meniru sifat Nabi Muhammad yang salah satunya jujur. Ayahmu memberi nama tambahan Geraldson itu pasti supaya kamu menjadi anak kebanggaannya. Tidak ada orang tua yang bangga punya anak pembohong, Mas. Mereka pasti merana di alam barzah sana."
Aku tersentak ketika dia membawa-bawa nama kedua orang tuaku yang sudah meninggal. Aku tersadar, rupanya kata-kataku tadi salah. "Baiklah, aku jujur. Kamu gendut."
Dia tiba-tiba melepaskan pelukannya. "Apa katamu, Mas?"
"Kamu gendut, Zah."
"Kamu bilang apa, Mas?"
"Emm... Kurang jujur, ya?"
"Coba bilang yang benar!"
"Kamu gendut, Zah. Galak lagi."
"Huwwa...!"
Tangisnya langsung pecah. Dia berlari ke dalam rumah. Aku bingung juga, kali ini salahku di mana?
Tanpa pikir panjang, aku segera mengejarnya. Dia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Cepat-cepat aku mengetuknya.
"Zah, Izzah!"
"Apa?" Suara Izzah terdengar serak.
"Buka pintunya!"
"Tidak mau, sebelum kamu menyadari kesalahanmu!"
"Kesalahanku apa? Katanya berbohong itu dosa. Begitu jujur, kamu tetap marah juga."
"Kamu tidak tahu kesalahanmu, Mas?"
"Tidak."
"Dasar lelaki tidak peka!"
"Bukannya tidak peka, tapi ...."
"Ada tiga kebohongan yang dibolehkan berdasarkan hadist riwayat Imam Muslim. Pertama, kebohongan dalam kondisi perang untuk menyelamatkan nyawa. Kedua, kebohongan untuk mendamaikan pihak-pihak yang berseteru. Ketiga, kebohongan suami-istri untuk saling menyenangkan hati."
"Jadi, aku tadi...."
"Ya, kamu bersalah, Mas. Seharusnya tadi kamu tetap berbohong saja."
Aku kembali menepuk jidat. Aku bingung dan merasa serba salah. Ingin rasanya aku marah. Namun, aku sadar, marah itu tidak bisa menyelesaikan masalah. Salah-salah malah masalahnya semakin bertambah.
Aku memilih menghela napas dalam-dalam. Aku pernah membaca bahwa menarik napas seperti ini dapat meredakan emosi. Kemarahan pun dapat terkendali.
Kurasa, aku tak bisa membiarkan istriku ini merajuk terlalu lama. Aku hanya ingin kedamaian dalam rumah tangga. Meminta maaf pun tak apa-apa.
"Ya, sudah. Aku salah lagi. Aku minta maaf lagi. Jangan marah lagi, ya. Aku janji tidak akan mengulanginya. Kamu mau memaafkanku 'kan, Zah?"
Hening.
Tidak ada jawaban dari Izzah.
"Zah, jangan beginilah. Kamu satu-satunya keluarga yang kupunya. Kedua orang tuaku sudah meninggal. Saudara-saudaraku jauh semua. Anak angkatku dibawa Sharma. Apa kamu tega membiarkanku sendirian?"
Tiba-tiba pintu terbuka. Izzah menubruk badanku dan memeluk erat. Betapa manja istriku sekarang. Padahal, dulu sebelum menikah denganku, Izzah ini sosok perempuan yang mandiri, tangguh, kokoh dan berdaya.
"Aku juga minta maaf, ya, Mas. Aku tidak bermaksud begini, tapi entah mengapa aku menjadi sangat sensitif. Apa lagi jika menyangkut pembicaraan tubuhku yang gendut. Aku jadi insecure."
Aku tersenyum, merasa sangat lega di rongga dada. "Tak apa-apa, Zah. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Kamu tak perlu merasa insecure seperti itu."
Kedua tanganku pun melingkari tubuhnya.
"Tapi, Mas ...."
"Sssttt! Jangan bicara lagi jika hanya membuatmu makin sedih sendiri. Kamu tahu? Aku ikut berduka kalau kamu tidak bahagia."
Izzah mengangguk-angukkan kepala. Kami kemudian saling diam cukup lama. Kata-kata memang tidak selalu dibutuhkan untuk mengungkapkan cinta. Salah-salah malah bisa memicu perang dunia ketiga dalam rumah tangga.
"Ehm!" Terdengar suara dari jendela ruang tengah.
Spontan kami melepaskan pelukan dan menoleh ke sumber suara. Di sana terlihat seonggok kepala dengan rambut acak-acakan dan terlihat menyeramkan.
"Huwwa...!" Izzah yang penakut itu langsung melompat ke dalam kamar dan meringkuk di pojokan.
Aku geleng-geleng kepala melihat tingkahnya. Sejurus kemudian aku kembali memusatkan perhatian pada jendela. Aku mengamati dengan saksama. Pelan-pelan aku mendekatinya. Ternyata, seonggok kepala yang membuat Izzah ketakutan adalah ....
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?