/0/24184/coverbig.jpg?v=0884b830dacb6a8c096f288066221b7f)
Genevieve Reed Hidupku penuh kebahagiaan. Lulus dari universitas dengan cemerlang, dan mendapatkan lisensinya sebagai dokter hewan di usia relatif muda. Aku adalah gadis yang akan dibanggakan oleh orang tuaku. Sampai hari yang mengerikan itu datang. Penculikan itu terjadi selama satu minggu yang mengerikan. Siksaan dan rasa sakit yang tak tertahankan dari para pemburu yang mencari seorang Serigala. Ya. Seorang. Karena begitu menyadari siapa yang dia cari adalah seorang Manusia Serigala yang kemudian memerangkapku ke dalam dunianya. Easton Kane Takdirku telah digariskan. Aku akan menjadi pemimpin kawanan dan menjadi pelindung untuk mereka. Aku tak pernah berpikir hidupku akan berbeda, sampai akhirnya aku bertemu dengan Genevieve Reed. Dokter Hewan yang menolongku. Belahan Jiwa yang tak pernah kupikir akan kutemukan. Begitu aku ingin menjemputnya, pemburu sialan itu telah membawanya jauh dariku. Begitu mendapatkannya kembali, aku takkan membiarkannya lepas dari genggamanku.
Ini sakit.
Aku tidak tahan lagi. Aku ingin menyerah. Ini terlalu menyakitkan.
Sebuah tendangan kembali melayang ke kepalaku, tetapi aku segera menangkisnya dengan tanganku. Aku mengerang karena rasa sakit yang tak tertahankan ketika tanganku yang retak kembali berhadapan dengan kakinya.
"Berhenti!" gumamku diantara rasa sakit dan kelelahan. "Kumohon."
Namun mereka tidak berhenti. Mereka tidak akan menghentikan penyiksaan ini. Mereka membutuhkan sesuatu darimu, sesuatu yang tak kumiliki. Sayangnya, kenyataan tidak akan memuaskan mereka. Mereka akan selalu berpikir aku menyembunyikan apa yang mereka inginkan.
Aku perlahan berdiri. Tubuhku terlalu lemah untuk melawan. Aku tahu itu. Namun, aku takkan mati tanpa perlawanan.
Hal itu membuat salah satu penyerangku geram. "Kau gadis keras kepala sialan." Dia menendangku sekali lagi, dan untuk yang kesekian kalinya, aku terlempar ke lantai. Rasa sakit itu kembali membuatku kesulitan bernapas. Lelaki itu kembali menarik rambutku. "Beritahu aku dimana dia?"
"Aku tidak tahu," kataku dengan terengah-engah. "Aku benar-benar tidak tahu."
Lelaki itu menendangku lagi. "Sial.
Pintu ruangan gelap itu kembali terbuka. Rekannya kembali entah dari mana dengan roti di tangannya. "Dia belum mengatakan apa pun?"
Lelaki pertama melepaskan rambutku. "Wanita sialan ini tidak mau buka mulut." Dia mendesis dan menamparku sekali lagi. Aku terhuyung ke lantai. Dia menginjak punggungku. "Kalau kau tidak mengatakan apa pun, aku bersumpah kau akan–"
"Relaks, Liu." Lelaki kedua itu menarik Liu, dan berjongkok di depanku. "Kita tidak ingin dia mati. Tapi, sebaiknya kau segera memikirkan kembali keputusanmu untuk menyembunyikan keberadaan Serigala itu." Aku berusaha bangkit, tetapi lelaki itu meraih leherku dan menekanku untuk tetap berbaring ke tanah. Mata lelaki itu berkilat dengan penuh amarah. Satu-satunya yang terlintas di kepalaku saat itu adalah BAHAYA. Aku segera menggeliat. "Aku tidak punya banyak waktu, Gadis Kecil. Kau sebaiknya memikirkan kembali keputusanmu sebelum aku membunuhmu."
Ini keterlaluan.
Aku tidak bisa bernapas. Keberadaannya seolah menarik udara dari paru-paruku, dan aku tidak bisa bernapas. Tolong. Kumohon. Siapa pun tolong aku.
Aku meraih tangannya. Berusaha untuk menariknya menjauh dariku, mencakarnya, memukulnya, apa pun, tetapi aku terlalu lemah untuk membuatnya bergeming. Mataku berair, tetapi aku berusaha untuk tetap fokus. Rasanya begitu sulit untuk fokus ketika dia berusaha membunuhku.
"Lan, kau hampir membunuhnya." Liu berkata.
Lan hanya tersenyum dan melepaskanku seolah dia tidak baru saja berusaha mencekikku sampai mati. Dia meletakkan sepotong roti dan sebotol air di sebelahku.
"Minum," perintahnya.
Liu hanya memicingkan mata dan meninggalkan ruangan.
Aku berusaha untuk bangkit dan melakukan apa yang dia perintahkan. Tanganku yang memegang botol gemetar.
Lan menatapku dengan kedua matanya yang tajam. Dia memperhatikan seluruh gerak-gerikku dengan teliti, seolah dia takkan melewatkan sedikitpun gerakan yang kulakukan.
"Kau seharusnya menjawab pertanyaannya, Gadis Kecil. Tidak ada untungnya melindungi serigala-serigala itu. Kami tidak ingin menyiksa manusia, tetapi kau tidak memberikan kami pilihan."
Apa itu adalah teknik manipulasinya yang lain untuk membuatku berbicara? Tetapi, Lan keliru, aku benar-benar tidak tahu apa-apa.
"Aku ... tidak ... tahu," kataku terbata-bata. Leherku sakit sekali karena cekikannya. Aku yakin cetakan tangannya timbul di leherku.
Lan menghela napas. "Kenapa kau begitu melindunginya?"
Aku menggeleng putus asa. "Aku benar-benar... tidak tahu."
Lan memiringkan kepala. Tangannya meraih rahangku dan aku menutup mata. Takut dia akan mencekikku lagi.
"Lihat aku! Katakan padaku bahwa kau benar-benar tidak tahu."
Napasku tercekat. Namun, aku memaksakan diri untuk membuka mata dan menatapnya. "Aku tidak tahu apa-apa."
Lan terdiam selama beberapa detik sebelum dia mengumpat. Lelaki itu bangkit dan menyugar rambutnya. "Lantas bagaimana bisa baunya ada padamu?"
"Bau?"
"Katakan padaku, Little Girl. Apa kau bertemu dengan anjing besar atau serigala?"
Aku bersandar pada dinding yang lembab. "Aku adalah dokter hewan. Tentu saja aku bertemu dengan banyak hewan besar, termasuk anjing. Namun, beberapa hari yang lalu seseorang membawa seekor anjing yang tertembak. Aku tidak yakin apa jenis anjing itu, karena orang yang membawanya begitu terburu-buru. Dia hanya memintaku mengeluarkan peluru dari tubuh anjing itu dan dia membawanya pergi setelah memberiku segepok uang. Hanya itu yang kutahu. Sungguh."
Lan terdiam cukup lama. Sepertinya berharap bisa menemukan kebohongan dari penjelasanku. Namun, aku tidak berbohong. "Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal?"
"Rekanmu, Liu, tidak mempercayaiku. Aku sudah menjelaskannya."
"Kau bilang dia ditembak, huh?" Dia mengeluarkan pistol dan aku terperanjat. Berusaha untuk merangkak menjauh darinya. "Relaks. Aku tidak akan membunuhmu sekarang." Dia mengeluarkan pelurunya. Berbeda dengan peluru lain yang pernah kulihat, pelurunya memiliki warna putih bersih seperti silver. "Apa pelurunya seperti ini?"
Aku mengangguk perlahan.
"Tidak heran kau memiliki baunya." Lan menatapku dari atas ke bawah, kemudian menghela napas. "Kau kelihatannya memang sial, Little Girl."
"Apa?"
Lan tidak menjawab. Berbeda dengan Liu, dia hanya memperhatikan dari jauh.
Mereka menculikku dari rumahku sejak tiga hari yang lalu. Liu menyiksaku selama tiga hari sambil menanyakan pertanyaan yang sama. 'Dimana serigala itu?' Sebuah pertanyaan yang sudah kujawab ratusan kali. Aku tidak tahu. Liu akan terus berusaha memeras jawaban yang dia inginkan keluar dariku. Sementara itu, Lan hanya akan melihat, memperhatikan, dan begitu dia melakukan, dia mematikan.
Aku jauh lebih takut padanya daripada Liu.
"Apa sebenarnya yang kalian cari?"
Lan kembali fokus padaku. Dia menatapku dalam diam sejenak sebelum berjongkok di depanku. Tangannya menyingkap rambutku dan meletakkannya ke belakang telingaku.
"Kau benar-benar tidak tahu, ya?"
Aku menggeleng. "Serigala apa yang kau maksud? Kenapa kau begitu keras kepala?"
Lan tidak menjawab. Matanya hanya berfokus pada tubuhku. Kemudian dengan perlahan dia mengecek luka-lukaku.
"Kau akan perlu ke dokter," katanya seolah dia bukan orang yang menyiksaku sejak awal. "Aku harus mengkonfirmasi pernyataanmu, Little Girl. Beri tahu aku nama lengkapmu."
"Genevieve Reed."
"Genevieve Reed. Tentu. Aku akan mencari tahu tentang apa yang kau katakan, Little Girl. Namun, jika kau berbohong, kau akan tahu akibatnya."
Aku meneguk ludah gugup dan mengangguk.
"Beristirahatlah. Aku akan mengambil kotak obat dan membersihkan lukamu. Makanlah roti itu dulu, aku akan membawakan makanan untukmu."
Lan kembali beberapa menit kemudian dengan kotak obat yang dia janjikan. Aku terlalu takut untuk mempertanyakan segala hal. Jadi, aku hanya berfokus pada kelembutan sentuhannya. Dia benar-benar berbeda dengan apa yang dia tunjukkan padaku selama tiga hari terakhir.
Mungkin dia memang percaya padaku. Mungkin kebaikannya adalah bagian dari teknik interogasinya. Namun, apa pun itu, aku bersyukur dia mau mengobati lukaku. Aku mungkin dokter hewan, tetapi aku juga memiliki sedikit pengetahuan untuk luka manusia. Kalau saja dia tidak mengobati dan membersihkan lukaku, aku bisa mengalami infeksi dan semuanya akan menjadi lebih runyam.
"Ketika kami mengkonfirmasikan apa yang kau ucapkan, aku akan mengembalikanmu, Little Girl. Namun, dengan satu syarat, kau tidak akan memberitahu apa pun tentang kami. Lagipula, mereka tidak akan bisa menemukan kami."
Tanganku mengepal erat. Siapa sebenarnya orang-orang ini?
Daniel Aku harus melakukan sesuatu secepatnya. Harus menghentikan kegilaan yang dilakukan oleh Alpha kawananku yang gila. Namun, aku terlalu lemah. Aku hanya sendiri dan seluruh kawanan ini begitu tak sabar untuk mengoyak leherku. Outcast, mereka memanggilku, dan aku memiliki sesuatu yang mereka inginkan, meskipun aku tidak tahu apa itu. Hingga aku bertemu dengannya. Sesuatu yang mereka inginkan. Pengorbanan terakhir yang mereka butuhnya. Satu-satunya harapkan yang sangat kubutuhkan. Seorang begitu berani sekaligus rapuh disaat yang sama. Kawanan yang menghancrukan kehidupanku menginginkannya, dan mereka harus melangkahi mayatku sebelum dapat menyentuh bahkan seujung rambutnya. Fiona Aku selalu menginginkan kemandirian, dan rumah masa kecilku adalah satu-satunya harapan yang dapat kumiliki di perekonomian yang mencekik ini. Sehingga aku tanpa ragu mengambil kesempatan itu dan pindah ke kota kecil bernama Moonvile. Hingga kemudian aku menyadari bahwa kota ini lebih mengerikan daripada yang kupikirkan. Aku mungkin tidak takut pada hal gaib, tetapi Manusia Serigala yang berkeliaran di hutan itu berbeda. Mereka akan menyakitiku. Aku terkepung, dan takkan bisa melarikan diri. Satu-satunya kesempatan yang kumiliki adalah Manusia Serigala yang bersumpah akan melindungiku. Aku tahu dia tidak menginginkannya dengan cuma-cuma. Aku harus menyerahkan diriku, dan begitu mendapatkannya, dia menginginkan hatiku. Namun, apakah aku mampu memberikan hatiku di atas nampan dengan sukarela?
Aku adalah monster Itulah kata yang seluruh hiduku dengan baik. Aku adalah monster dalam tubuh manusia yang berusaha menjadi bagian dari mereka dengan tipu daya. Hidupku begitu sempurna, hingga kematian-kematian aneh itu bermunculan. Mereka tiba-tiba menakhiri hidup dengan melompat begitu saja menuju kematian mereka. Aku tidak ingin berurusan dengan itu, tetapi seorang pemburu bernama Kenneth tiba-tiba muncul dan membawa badai dalam hidupku. Seorang Siren menggunakan lagunya untuk menarik para korban pada kematian mereka. Aku ingin berhenti. Aku tidak ingin ikut campur. Namun, ketika Siren itu menargetkan orang yang kusayangi, aku tahu aku harus bergerak. Sayangnya, aku tidak menyangka akan terseret dalam kerumitan yang terlalu dalam di permasalahan dunia supernatural. Aku ingin berhenti, tetapi .... aku jatuh terlalu dalam pada Pemburu yang seharusnya membunuhku.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Niat untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh, karena membutuhkan pekerjaan tambahan demi menyambung hidup dan membiayai pengobatan ayahnya, justru mengantarkan Laura pada kegilaan Greyson yang merenggut kesuciannya, dan mengikat untuk menjadi pemuas nafsu. Akankah Laura bersedia menjadi budak pemuas Grey demi sejumlah uang untuk pengobatan ayahnya?
(Cerita mengandung FULL adegan dewasa tiap Babnya Rated 21++) Bertemu di kapal pesiar membuat dua pasangan muda mudi memiliki ketertarikan satu sama lain. Marc dan Valerie menemukan sosok yang berbeda pada pasangan suami istri yang mereka temui secara tidak sengaja di kapal pesiar. Begitu pula dengan Dylan dan Laura merasakan hal yang sama kepada Marc dan Valerie. Hingga sebuah ide tercetus di pikiran mereka karena rasa penasaran yang begitu besar. “Sayang, hanya satu hari, haruskah kita bertukar pasangan dengan Valerie dan Marc?” ucap Dylan menatap sang istri. Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Apakah perselingkuhan ini akan berakhir atau membawa sebuah misteri kehidupan baru bagi kedua pasangan ini...
Kehidupan rumah tangga Vee dan Damar harus berakhir ketika dirinya mengetahui perselingkuhan suaminya dengan asisten rumah tangga mereka. Bercerai dengan Damar bukan berarti permasalahan telah selesai. Vee mendapatkan teror dari istri baru suaminya dan mengakibatkan dia harus kehilangan orang yang paling disayang. Vee tidak tinggal diam. Dibantu sahabatnya, dia mengungkap kejahatan istri baru mantan suaminya hingga membuat Damar yang tadinya tidak mempercayai ucapan Vee menjadi berbalik percaya. Bagaimana cara Vee mengungkap semua kejahatan mantan asisten rumah tangga yang kini telah menjadi istri Damar? Lantas, apa yang akan dilakukan oleh Damar saat mengetahui kebenarannya?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.