/0/24503/coverbig.jpg?v=3f5062923bad204de01e5734406400a6)
Akakkakakakka
Akakkakakakka
Bab 1
"Semoga malam ini Mas Gabut pulangnya gak lama. Masakan kesukaannya sudah siap," ucap Gina penuh semangat. Dia menghidangkan ikan mas pindang di atas meja makan lalu, menutupnya.
Belakangan ini, suaminya sering pulang larut malam. Selain itu, banyak perubahan yang terjadi dari sikap suaminya. Dulu, Gabut sangat menyayangi dan menghargai istrinya sebelum dia menjadi manajer di salah satu perusahaan swasta ternama di kota itu. Namun, Gina masih tetap bersabar dalam mempertahankan rumah tangganya.
Gina duduk di kursi menunggu suaminya pulang.
Beberapa jam telah berlalu, Gina sempat ketiduran sambil menunggu suaminya yang tak kunjung pulang. Gina menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 01.00 dini hari.
"Ya Tuhan, Mas ... kenapa sih belakangan ini kamu selalu membuat aku kecewa?'' kata Gina pada dirinya sendiri.
Di saat bersamaan, terdengar suara deru mobil yang merapat ke halaman rumahnya. Gina langsung bangkit dari tempat duduknya.
Dingdong,
Bel rumahnya berbunyi.
"Ya, Mas, tunggu sebentar," sahut Gina sambil mempercepat langkahnya ke arah pintu utama.
Kleet,
Gina membuka pintu.
"Lama banget sih bukanya!'' bentak Gabut. Dia menerobos masuk ke dalam rumah. Gina hanya bisa menarik napas.
"Kenapa kamu galak terus sama aku, Mas?'' kata Gina di dalam hati.
"Mas, ayo kita makan dulu. Aku sudah masakin lauk kesukaanmu," ucap Gina.
"Aku gak lapar. Aku capek, mau tidur," tukas Gabut dengan nada suara ketus.
Gina menghampiri suaminya. Dia membuka tudung saji untuk memperlihatkan kepada Gabut apa yang dia masak. Menurutnya, setelah melihat apa yang dia masak hari ini, Gabut tidak akan menolak lagi.
"Tada! Ikan mas pindang kesukaanmu. Ayo Mas, kita makan." Gina tetap mengajak suaminya untuk makan dengan raut wajah ceria.
"Kamu ini peka atau gimana sih? Aku sudah bilang gak lapar, masih aja kamu maksa." Gabut terlihat semakin kesal. Raut wajahnya terlihat memerah.
Raut wajah Gina berubah sayu.
"Mas, kamu kenapa?" tanyanya lembut.
"Kenapa? Aku biasa aja kok. Kamu tuh yang sensitifan," tukas Gabut.
"Selama ini kamu gak pernah begini, Mas.''
"Begini, apanya? Memangnya aku kenapa? Ahk! Aku malas, aku ngantuk."
Gabut meninggalkan Gina sendirian di ruang makan. Gina menatap sendu kepergian suaminya.
"Fix, kamu benar-benar berubah, Mas. Kamu gak memikirkan bagaimana perasaanku atas sikapmu yang cuek ini," kata Gina sendirian.
Kruk, kruk
Terdengar bunyi keroncongan dari dalam perutnya. Gina memegang perutnya yang belum diisi malam ini karena menunggu suaminya pulang.
"Kalau Mas Gabut gak mau makan, biar aku makan sendiri saja."
Gina pun menyantap makanannya sampai habis. Selesai makan, Gina masuk ke dalam kamar. Dia melihat suaminya yang sibuk chattingan sambil senyum-senyum.
"Mas Gabut lagi chattingan dengan siapa tuh?" gumam Gina.
"Mas, belum tidur?'' sapa Gina yang berdiri di ambang pintu. Sapaan Gina membuat Gabut terkejut. Dia langsung menekan tombol tengah di layar ponselnya.
"Balas chat klien," jawabnya.
"Klien, tengah malam begini, Mas?'' timpal Gina heran. Dia merasa ada sesuatu yang di rahasiakan oleh suaminya. Namun, dia tidak mau asal tebak karena takut salah sangka.
"Huff!''
Gabut menarik nafas panjang.
"Kamu ini kenapa sih, gak percaya sama aku ya? Kamu pikir aku chattingan sama siapa, hah?'' Nada suara Gabut naik 3 oktaf.
"Kamu kok suka marah-marah sekarang, Mas?'' Gina masih tetap berbicara lembut pada suaminya meskipun, suaminya sudah berbicara dengan nada naik darah tinggi.
"Sudahlah Gina, malas aku ladenin kamu bicara yang dari tadi gak ada habisnya." Gabut turun dari ranjang. Dia keluar dari dalam kamar.
Gina hanya bisa terdiam dengan sikap suaminya itu. Dia sangat mencintai Gabut dan mencoba untuk mengabaikan semua perubahan suaminya.
"Mungkin, Mas Gabut kecapekan. Aku sebagai istri harus bisa mengerti keadaan suami sendiri supaya hubungan rumah tangga tetap terjaga," ucapnya.
Gina menarik selimut bulu untuk menutupi setengah tubuhnya.
Gina menguap.
"Huah, ngantuk banget."
Di ruang tamu, Gabut mencoba untuk menghubungi seseorang yang dari tadi tidak menjawab panggilannya.
"Angkat dong, Sayang."
Gabut berkali-kali menghubungi kontak yang bernama Ros itu tapi, tidak merespon.
Gabut menghempaskan bokongnya di atas sofa. Dia mulai meriang (merindukan kasih sayang) dari selingkuhannya itu. Gabut menyandarkan kepalanya di bahu sofa. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dia sangat bahagia ketika melihat kontak nama yang menelponnya.
Gabut langsung mengangkat telepon dari wanita itu.
"Sayang, kenapa kamu gak angkat telepon aku?'' nada suara Gabut begitu lembut, berbeda dengan nada suaranya ketika berbicara dengan istrinya tadi.
"Aku sebel sama kamu, Mas. Kamu gak balas chat aku tadi," jawab wanita itu dari seberang sana.
"Baru satu menit aku gak balas, Sayang."
"Bagimu satu menit, bagiku sudah satu jam, Mas," lirihnya manja.
"Maaf, Sayang ... tadi, istriku datang," terang Gabut.
"Sampai kapan sih Mas, kita sembunyi-sembunyi begini?''
"Sabar, Sayang. Semuanya pasti akan indah pada waktunya. Aku sudah gak mood sama dia, aku maunya sama kamu, Sayang," goda Gabut dari balik ponselnya.
"Hum, gombal. Gak mood, buktinya sampai sekarang kamu masih pakai dia, Mas."
"Sabar ya Sayang."
"Kamu tau kan Gina itu gimana? Aku belum punya celah agar bisa menceraikan dia," timpal Gabut.
"Apa sih yang kamu pertahanin dari dia, Mas? Sudah 3 tahun kalian menikah, masa dia belum hamil juga," utas Rosleting.
"Tidak semudah itu untuk bercerai dengannya, Sayang. Ibuku juga sangat menyayanginya, dan tidak akan setuju kalau kami bercerai.''
"Lantas, aku ini apa, Mas?'' Rosleting semakin kesal dengan jawaban kekasih gelapnya itu.
"Kamu sendiri dulu yang bilang kalau kamu rela di madu asalkan, kita tetap berhubungan. Kenapa sekarang kamu bilang begini, Sayang?''
"Dulu, iya. Sekarang, aku mau kamu ceraikan dia. Aku mau jadi madu tapi, apa dia mau di madu juga?'' kata Rosleting.
Rosleting adalah sahabat Gina. Mereka bersahabat sejak SMA. Sahabat Gina itu sudah menjanda selama satu tahun. Dia diceraikan oleh mantan suaminya itu karena selingkuh akan tetapi, tidak ada yang tahu tentang itu. Rosleting justru memutar balikkan fakta, mengatakan kalau mantan suaminya itu berselingkuh.
Awal menjadi janda, Rosleting tinggal di rumah Gina selama satu bulan. Dari situlah dia dan Gabut mulai menjalani hubungan tanpa sepengetahuan siapa pun. Kemudian, Rosleting mendapatkan pekerjaan di sebuah cafe. Dia tidak lagi tinggal di rumah Gina.
Gina sangat mempercayai sahabatnya itu. Sedikit pun tidak ada rasa curiga kepada mereka.
"Sudah lah Sayang, gak usah bahas itu. Bagaimana kalau kita bahas yang lain aja?'' ucap Gabut sembari tersenyum dibalik layar ponselnya.
"Udah ahk, aku malas. Aku tidur duluan, ngantuk plus capek bicara sama orang yang gak jelas," ucap Rosleting judes.
Hubungan rumah tangga yang awalnya baik-baik saja berubah menjadi hambar. Gabut, suami Gina yang sibuk dengan dunianya sendiri membuat Gina merasa sendiri. Di saat rumah tangganya diambang kehancuran, muncullah sosok pria matang yang bernama Arya. Arya jatuh cinta kepada Gina. Arya terkejut ketika tahu bahwa wanita yang dia cintai adalah istri keponakannya.
Rumah tangga yang awalnya baik-baik saja seketika berubah. Gabut yang sibuk dengan dunianya sendiri membuat Gina merasa tidak dihargai. Di saat rumah tangga mereka diambang kehancuran, muncullah sosok pria matanh ynh berma Arya. Arya langsung jatuh cinta kepada Gina. Dia terkejut ketika mengetahui bahwa wanita yang dia cintai itu adalah istri keponakannya.g yang
Hubungan pernikahan yang sebelumnya baik-baik saja menjadi hambar ketika Gabut, suami Gina sibuk dengan dunianya sendiri. Di saat rumah tangga diambang kehancuran, muncullah sosok pria matang bernama Arya dan langsung jatuh cinta kepada Gina. Yang paling mengejutkan adalah ketika Arya mengetahui bahwa wanita yang dia cintai itu adalah istri keponakannya.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Dua tahun lalu, Nina menikah dengan pria yang belum pernah ditemuinya. Dia tidak tahu namanya atau usianya; dia tidak tahu apa-apa tentang orang yang dinikahinya ini. Pernikahan mereka tidak lebih dari sebuah kontrak dengan kondisi, dan salah satu klausulnya adalah bahwa dia tidak boleh tidur dengan pria lain. Namun, Nina kehilangan keperawanannya kepada orang asing ketika dia mengetuk pintu yang salah pada suatu malam. Dengan kompensasi yang harus dia bayar membebaninya, dia memutuskan untuk membuat perjanjian perceraian sendiri. Ketika dia akhirnya bertemu suaminya untuk menyerahkan surat-surat itu, dia terkejut menemukan bahwa suaminya tidak lain adalah pria yang telah "selingkuh" dengannya!
Kepala ku mulai naik turun mengoral penis nya yang membuatku selalu terbayang. Sementara tangan kiri ku ikut mengocok naik turun. "Oooohhhh.... Cinta Stop...! Nanti keluaarrr! Aaaahhhh.....", lenguh Robi meminta ku berhenti mengoral penisnya. Aku berhenti dan kemudian berbalik badan, kami kembali saling pandang tanpa bicara satu kata pun. Lalu tiba-tiba tubuhku dipeluknya dan segera dibaliknya hingga kini posisi kami berganti menjadi Robi diatas tubuh ku dalam posisi missionary. Robi memandang tajam mata ku bebrapa saat seakan meminta ijin pada ku, aku hanya mengangguk dan berkata. "Pelan-pelan, ya!". Robi membelai pipi ku dan sesaat kemudian ia mencium kembali bibir ku agak lama dan setelah itu ia bicara dengan suara bergetar. "Jika sakit ngomong, ya. Ini juga yang pertama bagi ku, yang!". Aku hanya memejamkan mata saat kurasakan penisnya sudah berada di depan bibir vagina ku, di gesek-gesekannya sejenak supaya aku kembali bisa mengeluarkan cairan lubrikasi ku. Sambil terus menggesekkan penisnya di bibir vaginaku, Robi kemudian menggenggam penis nya dan mengarahkan serta menuntunnya ke bibir vagina ku. "Aawww....", pekik ku sambil meringis kesakitan saat kepala penis nya mulai membuka jalan, menuju vagina ku, 1/4 batangnya sudah memenuhi vagina ku yang kurasakan sesak dan penuh. "Sakit, Rob!", keluh ku. Robi yang melihatku meringis kesakitan kemudian ia mendiamkan sejenak sambil ia mengelus rambut dan mendaratkan ciumannya ke kening ku. Aku seperti merasa nyaman dengan perlakuannya barusan, sambil tersenyum aku berbisik pada nya. "Ambillah sayang, aku ikhlas menyerahkan untuk mu". Aku kembali memejamkan mata dan berusaha pasrah dan rileks, aku tahu ini bakalan sangat sakit dan merupakan kebanggan bagi kaum perempuan tapi rasa sayang ku menutup kesadaran ku saat itu, aku menanti dengan berdebar menyerahkan kehormatan ku pada lelaki yang sudah menaklukan hati ku. Melihat aku dengan pasrah di bawah membuat Robi mantap untuk memasukkan penis nya lebih dalam lagi hingga bisa merobek selaput darah ku. Lalu ia menghentakkan pinggulnya dengan keras sehingga membuat ku menjerit kembali. "Aaaaaawwwww..... Aduh.....! Aaaaaahhhhkkkk....".
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
© 2018-now Bakisah
TOP